Bagaikan dandelion, meskipun terlihat rapuh dan lemah, akan tetapi bunga dandelion itu sebenarnya kuat dan tangguh. Ketika ia jatuh di suatu tempat, ia tidak putus asa. Ketika ia jatuh, ia tidak merasa semua harapannya hancur. Ia yakin bahwa ini bukanlah akhir. Ketika ia rapuh sampai bertebaran karena diterpa oleh kencangnya angin, ia tidak merasa tumbang, melainkan berani dan jatuh untuk kembali bangkit sampai menghasilkan kehidupan yang baru. Ketika ia sudah berada di suatu tempat atau kehidupan baru, ia bisa beradaptasi baik dengan kehidupan barunya.
Begitulah diriku, hidup bagaikan dandelion. Lemah, rapuh dan tidak berdaya. Namun aku memiliki sisi dimana aku selalu berusaha untuk bisa menjadi sosok yang lebih dewasa, kuat, sabar dan mampu menjadi tempat bersadar bagi sahabat-sahabatku yang sama lemahnya denganku. Aku bisa mudah berteman dan beradaptasi baik dengan lingkungan baruku meskipun terkadang itu tidak semudah membalikan kedua telapak tangan. Aku sangat senang membahagiakan orang lain. Aku juga tahu bagaimana rasa sakit dan terluka jika tidak pernah dianggap atau dihargai, sehingga karena itu atas izin Allah mampu membuatku menjadi makhluk perasa yang mudah tersentuh meskipun tidak jarang orang lain selalu memanfaatkannya.