bc

Mala

book_age16+
2.0K
FOLLOW
25.2K
READ
like
intro-logo
Blurb

Ini tentang Mala, wanita yang harus merasakan pahitnya hidup di dunia pernikahan. Memiliki seorang suami yang tak pernah peduli padanya. Memperlakukan nya dengan buruk, bahkan menyelingkuhi nya.

Wanita itu akan terus merasa sangat tersiksa dalam hidupnya.

Hanya karena sebuah dendam yang mendalam.

Dendam dari suaminya dan melimpahkan semuanya kepada dia yang tak bersalah.

chap-preview
Free preview
Datar
Aktivitas di malam hari ini, seperti biasa Mala akan menunggu kedatangan suami Mala. Sangat lama sekali dia datang. Hari sudah menunjuk tengah malam, mungkin beberapa jam lagi hari akan berganti dan pagi akan datang. Dia menguap kecil, merasakan kantuk yang amat sangat dan rasanya ingin cepat tertidur. Namun, sebisa mungkin aku menahan rasa kantuk ini dan kembali fokus dengan menatap ke arah depan. Sebuah mobil telah memasuki pekarangan rumahnya ini. Mala berseru dengan gembira, berdiri dan pergi dari balkon kamarnya. Melewati kaca, Mala langsung menengok penampilan malam ini. Cukup baik dan tak terlihat jelek setidaknya dengan penampilan seperti ini, dia jauh lebih percaya diri jika berhadapan langsung dengan suamiku. Kaki nya melangkah, menuruni tangga dengan cepat dan berusaha untuk menjaga keseimbangan agar tak terjatuh dari tangga ini. Pintu utama langsung terbuka, dia pun memberhentikan lari ini. Melihat suaminya yang datang dengan wajah lelahnya, dan memegang jas kerjanya itu. Dia tersenyum lebar, hanya sambutan ini yang Mala berikan kepada suami nya ini. Menghampirinya dan hendak mengambil tas kerja dia agar bebannya berkurang sedikit. Namun, suami Mala langsung menjauhkan tangannya dan pergi dari tempat itu. Mala hanya bisa menarik napas dengan panjang, berusaha untuk menahan kesedihan yang tengah dia rasakan saat ini. "Mungkin lelah," lirih nya. Pandangan dia teralih, melihat suaminya itu menaiki tangga dan kemungkinan besar akan masuk ke dalam kamar kami. Dia melihat ke arah jam dan kembali berjalan menuju dapur. Membuat minuman yang segar adalah kebiasaan Mala setiap malam, berharap jika suaminya dapat merasakan tenang setelah meminum teh hangat yang dibuatkan olehnya. Berjalan dengan menaiki tangga, tangannya memegang tatakan gelas tersebut dengan hati-hati, agar setetes air tak jatuh. Mala tersenyum kecil, melihat pintu kamarnya. Dia membuka pintu itu dan melihat suaminya yang tengah terduduk di sofa dengan laptop di pahanya. "Aku buatkan minuman--" "Aku tak butuh." Mala mengedipkan matanya secara berkali-kali, sebisa mungkin dia tersenyum kecil. Menahan kesedihannya kali ini, adalah sesuatu yang sangat sulit sekali. "Namun, kau pasti lelah--" "Kau tak mendengar ucapan aku?" tanya dia. Mala pun hanya bisa mengangguk dan menundukkan kepalanya. Melihat teh nya dengan asap yang mengepul itu. "Baiklah, jika kau tak mau." Mala berbalik. Terpaksa teh ini harus dibuangnya secara sia-sia, dia pun sedang dalam keadaan suasana hati yang tak baik. "Mala!" panggil dia. Mala langsung tersenyum lebar. Apakah ini sebuah harapan? Dia langsung berbalik dan melihat suami nya itu. Senyum lebar dan manis tetap menghiasi wajahnya dan berharap kalau suaminya akan mengatakan sesuatu yang membuatnya senang. "Besok ibu akan datang. Bersihkan kamar untuk mama." Dia berucap dengan sangat singkat. Fokus nya kembali kepada ponselnya, menyisakan Mala dalam kesedihan lagi. Wanita itu bagai dijatuhkan dari langit. Kecewa sekali, mungkin itu yang tengah dirasakan olehnya saat ini. "Bukankah mama sedang tinggal di London? Apa alasan ibu datang?" tanya Mala dengan rasa takut yang menghubungi hatinya. Dia menutup matanya kala mendengar suara laptop yang ditutup dengan kasar. Wanita itu hanya bisa menahan takutnya saat ini, melayangkan pertanyaan yang sangat salah. "Mengapa kau bertanya seperti itu? Dia adalah ibuku dan berhak untuk tinggal di sini!" Nada suaranya yang tinggi, berhasil membuat Mala mundur beberapa langkah. "Maaf, aku tak bermaksud." Dia melirik sejenak ke arah suaminya, yang masih menatap emosi kepadanya. "Pergi!" Mala mengangguk. Dia berbalik dan pergi dari tempat tersebut. Setidaknya, dia tak ingin melihat suaminya yang emosi itu. Suami yang begitu dicintai olehnya. Wanita itu hanya bisa menarik napasnya dengan panjang. Suami Mala adalah seorang pengusaha, bisa terbilang cukup maju karena perusahaan yang dimiliki oleh suaminya berjalan dibidang properti. Memiliki nama lengkap Abian Mahesa. Mala menaruh cangkirnya dia tas meja dapur. Terduduk sejenak di ruangan tersebut dan tengah berpikir. Wanita itu mulai membayangkan bagaimana jika mertuanya itu datang ke sini, membuatnya merasa merinding saja. "Semoga saja, semuanya baik-baik saja." *** Hanya lima jam, dia tertidur. Pukul 05.15 dia terbangun dari tidurnya. Tubuhnya terasa sangat sakit sekali saat ini. Bagaimana tidak, dia tertidur di sofa yang membuatnya tak nyaman. Mala menengok, melihat Bian yang tengah tertidur di atas ranjang dengan sangat nyenyak sekali. Mala tersenyum kecil, entah mengapa dia merasa sangat bahagia jika melihat kekasihnya itu tertidur. Membangunkan tubuhnya, dia berjalan dengan sangat lambat, berusaha untuk tidak menimbulkan suara agar suaminya itu tak terbangun. Selimut yang menutupi tubuh pria itu terbuka hingga sampai perut. Suhu rendah pada subuh ini, telah berhasil membuatnya kedinginan. Mengikuti inisiatif, Mala menutupi tubuh suaminya itu dengan selimut. Namun, tiba-tiba tangannya langsung ditarik dengan cukup kuat oleh Bian. Saat itu, Mala merasa sangat terkejut. Apakah Bian sudah bangun? Mati dia, bisa dibunuh oleh pria menyebalkan di depannya ini. "Dewi ...." Bian mengigau dengan menyebutkan nama seorang wanita. Wanita yang cukup dikenali olehnya. Tangan Mala mengepal dengan kuat. Sakit sekali, entah sudah berapa kali pria itu menyakitinya hari ini. "Aku mencintai mu, Dewi." Nama itu terus saja terucap di mulut Bian. Mala sudah tak tahan. Dia langsung melepaskan genggaman tangan Bian. Pergi dari tempat itu agar dirinya merasa lebih baik. Seperti ibu rumah tangga pada umumnya. Dia akan menyiapkan makanan untuk sarapan nanti. Urusan bersih-bersih, biasanya akan ditangani langsung oleh pelayan yang bekerja di tempat ini. Nasi goreng adalah menu yang tepat untuk pagi ini. Dia memasak denagn penuh semangat, seolah seluruh rasa sedihnya tadi telah raib dalam waktu singkat. Perlahan, waktu terus berjalan. Matahari sudah sepenuhnya muncul. Saat itu, telinga Mala mendengar suara ketukan sepatu, yang mengartikan jika suaminya sudah siap bekerja. Langsung saja dia menyajikan makanan di meja makan. "Sarapan dulu." Bian menatap nasi goreng yang dibuat oleh Mala sejenak dan dia mengangguk. Makanan untuk Bian sudah tersaji di piring. Mala menhambil tempat duduknya dan melihat reaksi dari pria itu, masih datar saja. Sangat sulit sekali untuk membuat pria itu mengeluarkan kata-kata manis untuknya. "Bagaimana rasanya?" "Biasa saja," jawabnya dengan singkat. Setelah menyelsaikan makannya. Dia langsung bangun dan meninggalkan Mala. Mala menatap sendu suaminya itu. Tangannya mengepal dengan kuat, menahan rasa sakit di dalam hatinya ini. "Sungguh, sangat sulit sekali membuatmu mencintai ku," ucap Mala dengan lirihnya. Dia menarik napasnya dengan kasar dan kembali lagi dengan makanannnya saat ini. "Dia pasti akan mencintai aku suatu hari nanti."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Yes Daddy?

read
798.0K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.1K
bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M
bc

Pengganti

read
301.7K
bc

Dependencia

read
186.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook