bc

DUREN SUPER (Duda Keren Suka Perawan)

book_age16+
12.7K
FOLLOW
145.5K
READ
others
family
goodgirl
tomboy
drama
tragedy
comedy
twisted
sweet
humorous
like
intro-logo
Blurb

Warning 21+

Maya seorang penjual es buah berlangganan buah pada Reno. Wanita itu kerap menggoda dan mengejek status Reno yang seorang duda. Sikap absurd Maya membuat pria itu jatuh hati.

Maya yang memang anti dengan duda kini justru dilamar oleh Reno. Emak Maya langsung menyetujui lamaran Reno, namun gadis itu masih saja mengatakan 'tidak'. Reno harus terus berjuang mendapatkan hati Maya.

"Kan Om Reno...udah duda ya...pasti udah pernah begituan ya sama mantan isterinya. Anunya bekas orang lain gitu. Masa Maya dapat yang bekas sih."

-Maya-

"Kamu sering ngejekin saya ini duda,kan...kalau gitu kita menikah saja supaya saya enggak duda lagi."

- Reno -

chap-preview
Free preview
Bab 1
Pergi ke Marindal, Nyasar ke Minahasa, Salam kenal, Saya Adiatamasa.   Jalan-jalan ke carita, Teman-teman Saya punya cerita.   Main bola dapat posisi Kiper, Cerita saya judulnya Duren Super.   Naik pesawat singgah ke Kenya, Selamat membaca semuanya. Bibir dikulum minum ichi Ocha, Assalamualaikum, Pembaca.   Ulat bulu, nempel dikaca, Ayo senyum dulu baru dibaca   Main bola ditangkap kiper, Selamat membaca Duren super.     Wanita berambut pendek sebahu turun dari angkutan umum membawa tas besar tepat di depan jalan jambu, dimana rumahnya berada. Lantas ia berjalan ke dalam jalan menuju rumah nomor sepuluh. Rasanya sudah lama sekali ia tidak menghirup udara segar pedesaaan. Ia pun segera melangkahkan kaki ke halama rumah yang sejak kecil ia tinggali besama keluarga. "Emak!"panggilnya dengan nada ceria. “Iya!” Wanita paruh baya itu tergopoh-gopoh membukakan pintu saat mendengar suara anak bungsunya datang."Maya!" Maya memeluk sang Ibu."Maya kangen,Mak." "Ya ampun, akhirnya kamu pulang juga." "Ih, Emak, Maya pasti pulang dong." Maya menyeret tasnya ke dalam rumah. "Makan dulu, Mau, Emak udah masak makanan kesukaan kamu." "Iya, Mak." Maya duduk di kursi yang sudah usang. Di hadapannya sudah ada masakan sang Emak, tersaji dengan begitu nikmat dan menggoda. Emak duduk di depannya, menatap Maya. "Kenapa Emak natap Maya kayak gitu?" "Emak mau minta maaf sama Maya."Emak menunduk sedih. "Kenapa, Mak?" "Soalnya Emak suruh kamu balik ke kampung. Enggak usah kerja di kota besar. Di sini aja biar Emak ada temennya." Maya mengembuskan napas berat. Sebenarnya ia berat meninggalkan pekerjaannya di kota. Baru enam bulan yang lalu ia dinyatakan sebagai sarjana. Lalu baru tiga bulan belakangan ia merasakan menjadi pegawai kantoran dan bisa mengirimkan uang ke kampung. Tapi, sekarang ia harus membuang semua itu jauh-jauh. Emak seorang janda, tinggal sendirian di rumah. Kakak Maya sudah berkeluarga dan tinggal di luar kota. Kondisi Emak yang sudah tua dan kadang suka sakit-sakitan membuat Maya berpikir ulang tentang permintaan Emaknya yang memintanya pulang kampung saja dan bekerja di sini. "Mak, enggak apa-apa. Lagi pula...ini juga kemauan Maya. Nanti Maya cari kerja di sini,"kata Maya yang kemudian mengambil uang dari tas sandangnya."Ini gaji Maya bulan lalu. Emak simpan ya buat pegangan kita selama sebulan. Buat modal jualan Emak juga." "Beneran, nih, May?" Emak menyeka air yang mengalir di  sudut matanya. "Iya, Mak. Maya ikhlas...karena Maya sayang Emak." "Ya ampun,May, Emak doakan semoga kamu segera dapat kerjaan ya. Ini yang bakalan Emak pakai sebagian buat modal jualan,"kata Emak dengan semangat. "Oh, ya...gimana jualan Emak? lancar?" "Lancar...tapi, Emak pengen deh jualan itu...apa sih yang kayak di Tv. Sop buah gitu...biar agak modern." "Wah, Emak gaul bener. Iya, Maya tahu ... Di kota sama juga banyak dijual. Emak mau jualan itu? Biar Maya bantuin, Maya tahu resepnya..." "Yang bener? Kamu bisa buat?" Maya mengangguk pasti."Bisa, Mak. Gampang kok. Nanti Maya yang jualan. Emak bikin rujak sama makanan yang lainnya." "Tapi,kamu enggak apa-apa, May...sarjana jualan beginian?" "Enggak apa-apalah,Mak... Maya Sarjana jualan Sop buah. Daripada Maya korupsi atau nyuri." "Ya udah nanti sore kamu beli buahnya ya di pasar,"kata Emak sambil berdiri karena harus membuka dagangannya siang ini. "Iya, Mak, beres. Udah lama juga Kaya enggak ke pasar." Maya mulai makan dengan lahap. Setelah itu ia memilih tidur siang karena badannya terasa pegal setelah menempuh enam jam perjalanan dari Ibu kota provinsi. Sore harinya, setelah bangun tidur dan mandi, Maya pergi ke pasar, lalu menuju ke penjual buah yang paling besar di pasar ini. Pandangannya terpusat pada seorang pria di sana. Pria itu baru saja melayani pembeli, sudah dipastikan orang tersebut penjualnya."Om, beli buah apel." "Berapa,Mbak?" "Setengah kilo,"kata Maya sambil mengedarkan pandangannya ke arah buah-buahan yang lainnya. Pria yang bernama Reno itu melayani Maya sesuai pesanannya."Ada lagi, Mbak?" "Buah naga, satu biji aja,Om,"kata Maya tanpa menatap Reno. Matanya kembali melihat buah-buahan yang terhampar di depan mata. Reno menatap Maya."Kamu orang baru di sini?" Maya menatap pria di hadapannya. Tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua. Usianya diperkirakan sekitar tiga puluh tahun lebih. Untuk ukuran seorang penjual Buah, gayanya terlalu necis."Om kali ,ya, yang orang baru. Soalnya saya sudah dari orok tinggal di kampung ini." "Masa sih saya enggak pernah lihat kamu. Padahal saya udah sepuluh tahun dagang di pasar ini," balas Reno. Maya terkekeh."Tuh,kan...Om yang ngarang. Saya aja udah dua puluh tiga tahun di sini. Sering ke pasar ini juga...tapi enggak pernah lihat Om jualan di sini." "Neng Maya! Kapan Dateng?" Tiba-tiba Bu Odah, tetangga Maya menyapa. "Eh, Bu Odah...tadi pagi nyampenya." Maya melihat ke arah Reno yang sudah membungkus buah naganya."Buah pir setengah kilo, Om." "Memangnya rujak Mamah kamu sekarang pakai buah naga dan apel, May?" "Eh bukan, Ibu, ini besok mau jualan Sop Buah. Maya yang bikin. Dateng ya besok buat beli...dijamin enak, Bu,"kata Maya bersemangat. "Sip lah." Bu Odah mengacungkan jempolnya."Mas...beli jeruknya dong sekilo. Yang manis ya kayak Mas." "Ibu Odah...genit banget, nanti isterinya marah loh," kata Maya sambil tertawa. "Eh, dia mah duda...ya enggak apa-apa digodain, Bu Odah juga becanda...biar akrab aja gitu." "Oh, jadi Om ini Duda," kata Maya dengan suara yang keras. Reno yang sedari tadi menimbang jeruk pesanan Bu Odah hanya bisa tersenyum dan melirik Maya dengan kesal, menyebut dirinya duda dengan keras."Ini, Bu Odah." "Terima kasih." Bu Odah menyerahkan uang pas pada Reno lalu pergi. "Ada lagi, Mbak?" "Alpukatnya dua, melonnya satu, terus...nanasnya satu...." Maya menunjuk buah-buahan yang ia perlukan dengan cepat. "Pelan-pelan ngomongnya, nanti aku kelupaan,"cetus Reno kesal. Maya meringis,"Om,jangan galak-galak,Om, nanti enggak ada yang mau loh." Reno diam saja sambil mengambilkan pesanan Maya."Ini udah...?" Maya mengangguk."Udah, Om...berapa totalnya?" "Enam puluh ribu," jawab Reno. Maya menyerahkan selembar uang seratus ribuan, yang beberapa detik kemudian disambut oleh Reno."Om duda, wajahnya jangan ditekuk gitulah. Nanti pembeli pada takut loh." "Wajah serem ini khusus untuk pembeli kayak kamu!" kata Reno sambil menyerahkan kembaliannya. "Nih, kembaliannya." Maya tertawa."Terima kasih, Om Duda." "Jangan panggil Om Duda,lah...udah Om pake duda lagi,"protes Reno. Maya menggeleng."Itu panggilan yang bagus loh, Om. Oke...Saya pulang dulu." Maya melambaikan tangan dan melenggang dengan santai menuju penjual sirup. Reno tersenyum sendiri, harinya jadi merasa aneh setelah dipanggil Om Duda. Bukankah biasanya para wanita akan menggodanya. Ia bahkan masih layak dipanggil ‘Mas’ atau ‘Reno’ saja karena ia masih terlihat muda. Tapi, kali ini matanya benar-benar terbuka dan menyadari bahwa ia memang sudah berumur dan berstatus duda.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M
bc

I Love You Dad

read
282.7K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.0K
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
310.8K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.3K
bc

RAHIM KONTRAK

read
418.1K
bc

T E A R S

read
312.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook