bc

DREAM

book_age16+
764
FOLLOW
6.6K
READ
friends to lovers
goodgirl
brave
bxg
multi-character
swordsman/swordswoman
magical world
another world
first love
friendship
like
intro-logo
Blurb

Namaku Rinai. Orang tua dan teman-temanku biasa memanggilku Rin. Aku bukan gadis yang terlalu pandai. Aku juga tidak punya banyak bakat. Bukan gadis populer, trendi atau apalah. Aku hanya gadis remaja yang biasa-biasa saja. Siswi 18 tahun, duduk di kelas 2 SMA. Tidak punya kekuatan. Tidak punya sayap. Biasa saja. Tidak ada yang istimewa.

Dunia fantasi? Aku tidak pernah percaya akan hal itu. Karena memang dunia itu tidak ada. Dunia itu hanya ada di dalam cerita dongeng fiksi yang sering dibacakan papa ketika aku masih balita. Papa selalu membacakannya sampai aku tertidur. Ya, itu hanya sebuah buku dongeng. Kisah fiksi. Tidak ada. Tidak nyata!

Tapi aku salah. Pendapatku berubah ketika pada suatu hari aku mendapat mimpi yang aneh. Bahkan sangat aneh. Mimpi yang panjang. Mimpi yang sangat panjang. Mimpi yang nyata. Sangat nyata.

Mimpi dimana aku tidur dan aku tidak tau bagaimana caranya bangun. Aku terjebak dalam negeri yang hingga kini masih kusebut dengan ‘Dunia Mimpi’.

chap-preview
Free preview
CHAPTER 1
“Rin, Sudah siang,cepat sarapan!” Suara mama memanggilku dari lantai bawah. Aku mengikat rambut sepinggangku. Menata ulang seragamku lantas turun sebelum mama meneriakiku untuk kedua kalinya. “Cepat sarapan. Papa sudah selesai sarapan dari tadi” Ucap mama. Aku melihat sepiring nasi goreng plis telur mata sapi serta segelas susuu coklat hangat. Melihat piring-piring di depanku sudah tandas dan aku mendengar suara mobil menderu, aku mempercepat sarapanku agar papa tidak terlalu lama menunggu. Aku selalu berangkat sekolah dengan papaku, karena sekolahku searah dengan kantor papa. Namaku Rinai. Sudah tau, kan? Orang tua, saudara, guru, dan teman-temanku biasa memanggilku Rin. Aku adalh gadis biasa saja. Tidak populer, tidak punya terlalu banyak teman, tidak fashionable, tidak ada istimewa-istimewanya. Kini aku tengah berjuang menyelesaikan sekolah menengah atasku. Ya, meskipun aku masih kelas dua SMA, aku harus lulus dengan nilai yang baik. “Rin berangkat ya, Ma” Aku mencium tangan mama berpamitan selepas sarapanku yang secepat kilat. Mama mengecup pelan dahiku. Jarak dari rumah kesekolahku sekitar sepuluh kilometer. Aku memang berangkat dengan papaku namun saat pulang nanti aku biasa naik angkot dengan teman-temanku. “Papa hati-hati ya, Rin masuk dulu” Aku mencium tangan papaku. Papa mengangguk menunggu aku turun dan masuk ke sekolah. Mungkin ini sudah menjadi tradisi kalau orang tua harus menunggu anak masuk ke dalam sekolah dulu sebelum pergi. Sekolahku sudah ramai. Aku segera menuju kelasku yang berada di lantai dua. Sekolahku termasuk sekolah ternama di kotaku. Selain sekolah yang dikenal dengan siswa yang berprestasi, sekolahku juga dikenal sebagai sekolah model –sebagai contoh untuk sekolah lain. Bangunan sekolahku ini terdiri dari gedung dua lantai, kelas sebelas dan dua belas berada di atas, sedangkan kelas sepuluh, Lab, perpustakaan, dan kantor guru berada di lantai bawah. Sekolahku memiliki laboratoium yang lengkap, bahkan olimpiade atau kejuaraan sains sering diadakan di sekolahku. Sekolahku adalah sekolah yang rimbun dengan pepohonan yang asri, jadi meskipun Ac di sekolah tidak dinyalakan sekolaku tetap dingin. Aku cukup bangga bisa bersekolah di sekolah yang bisa dibilang elit ini. “Selamat pagi, Rin!” Sapa teman sekelasku Lisa sesampainya aku di kelas. “Selamat pagi” Aku tersenyum menjawab sapaannya. Lisa adalah teman sebangkuku sejak kelas 10. Rambutnya hitam legam sebahu, dia selalu memakai hiasan rambut berbentuk pita dengan warna yang disesuaikan dengan seraagam yang dikenakan. Dia tinggi –bagiku, karena tinggiku hanya setelinganya. Dia menyukai makanan manis, sama sepertiku jadi kami sering jalan-jalan bersama. Terutama menjelajah kuliner di kota kami. Dia adalah anak yang terlihat pendiam, namun ketika sudah dekat dia bisa bicara apa saja. Jam pertama pagi ini adalah pelajaran Geografi. Guru geografiku adalah guru yang sangat disiplin waktu. Beliau akan masuk ke kelas selambat-lambatnya 5 menit setelah bel jam pertama. “Selamat pagi, Anak-anak!” “Pagi ,Bu!” Jawab teman-teman sekelasku kompak. Seperti kehidupan sekolah lainnya, sudah sangat biasa kalau murid menjawab guru dengan kompak kan? “Buka buku paket kalian halaman 112. Hari ini ibu akan menjelaskan tentang lapisan bumi.” Kami membuka buku paket seperti yang diperintahkan guru setengah baya itu. Beliau menjelaskan lapisan-lapisan bumi mulai dari dasar perut hingga lapisan teratas bumi. dua jam berjalan tanpa terasa. Guru perempuan itu menjelaskan dengan cara yang mudah dimengerti. Yang terakhir beliau membuka sesi tanya jawab sebelum mengakhiri kelas pagi ini. “Bu, apakah ada kehidupan lain selain di bumi ini?” Seorang teman mengacungkan tangan. Bu guru menoleh sambil merapikan buku-buku. Kemudian sedikit tersenyum. “Humm, makluk hidup membutuhkan air, oksigen, dan hal lain yang bisa menopang kehidupan makhluk tersebut. Nah, sampai saat ini. hal-hal itu hanya bisa ditemukan di planet bumi ini. Jadi tidak mungkin ada makhluk hidup lain yang bisa hidup selain di bumi ini.” Jawab guru geografi itu. “Bagaimana dengan dunia para peri bu?” Dia masih kekeh bertanya. “Kamu terlalu banyak baca buku fantasi ya? Jelas saja hal seperti itu tidak mungkin ada. Itu semua hanya dongeng. Di dunia nyata hal-hal seperti itu tak pernah ada.” Jawab beliau diiringi tawa seluruh kelas. Aku juga tertawa mendengar pertanyaannya. Bagaimana mungkin anak kelas dua SMA masih percaya bahwa dunia peri itu ada? Itu adalah pertanyaan terakhir sekaligus mengakhiri jam geografi ini. Cukup lucu bertanya mengenai dunia fantasi. Aku tau dunia itu tidak mungkin ada!             Sekolah berakhir pukul 13.30 aku berjalan dengan teman-temanku mencari angkot di pertigaan dekat sekolah. Sudah biasa bagi kami berjalan seperti ini. Beberapa dari mereka bukan teman sekelasku. Jadi karena perjalan ini aku mengenal banyak teman lain. Aku termasuk gadis yang pendiam –menurut teman-temanku. Aku tidak terlalu suka bergabung dalam percakapan mereka yang kebanyakan gossip-gosip terbaru sekolah. Maklumlah siswa SMA.             Aku melihat angkot berwarna kuning yang bertuliskan AG di ujung jalan menuju kea rah kami. Itu adalah angkot yang akan mengarah ke daerah tempat tinggalku. Sekitar tiga menit kemudian, angkot kuning itu sudah ada di depan ku. Aku melangkahkan kakiku menaiki angkot itu. Angkot ini tidak terlalu bagus, namun bersih. Di dalamnya terdapat dua kursi berhadapan seperti angkot pada umumnya. Hanya aku dan teman-temanku tadi yang naik, angkot ini jadi terasa cukup luas.             Aku sampai di rumah 15 menit kemudian. “Aku pulang Ma.” Aku menyapa mamaku yang tengah duduk sambil membaca majalah di meja makan. di depannya terdapat kudapan kecil. Sejenis biskuit yang diletakkan ke dalam toples kecil. Mamaku memang senang membaca, dan aku juga senang. Mungkin hobi ini memang menurun dari mama kepadaku. “Selamat datang.” Mamaku menjawab tanpa menatapku sebentar, kemudian kembali melanjutkan majalah dengan cover bergambar pegunungan itu. “Cepat ganti baju kemudian makan siang.” ucap mama lagi. Aku mengangguk dan segera naik ke kamarku yang berada di lantai dua. Aku meletakkan tas sekolah di tempat belajar yang terletak di sudut ruangan. Aku segera mengganti pakaianku dengan kaos lengan pendek dan celana pendek selutut, kemudian turun untuk makan siang. Perutku lapar sekali! “Bagaimana harimu?” tanya Mama. Mamaku memang selalu menanyakan hal itu tiap kali aku pulang dari sekolah. Mama juga sering bertanya tentang tugas dan teman-teman di sekolah. Hal ini memang sudah terjadi sejak aku masuk kelas satu Sekolah Menengah Pertama. Muungkin mama khawatir karena sejak SMP sekolahku lumayan jauh dari rumah. “Seperti biasa Ma.” Aku memasang senyum manis, kemudian menenggak jus jeruk buatan mama. “Mama sama papa punya rencana, minggu depan kan ada libur 3 hari, bagaimana kalau kita pergi?” ucap mama sambil menatapku menghabiskan seporsi nasi dengan lauk tumis wortel dan ayam goreng. “Pergi kemana Ma?” Tanyaku sambil terus mengunyah. “Yaa kamu maunya pergi kemana? Jarang-jarang kan kita pergi berlibur. Kamu pikirin tempatnya dulu, nanti kalau sudah dapat bilang ke Mama. Mungkin bisa jadi bahan rundingan sama papa. Sebenarnya Mama dan Papa sudah dapat tempatnya, tapi Mama mau nanya kamu dulu siapa tau kamu ingin pergi ke suatu tempat.” Mama meminum jus jeruk yang ada di depannya. Aku mengangguk tersenyum lebar lantas menghabiskan makananku. Ini menyenangkan! Pergi berlibur bersama Mama dan Papa ini kesempatan langka! Aku tidak sabar menunggu minggu depan. aku membantu Mama membereskan piring-piring dan peralatan makan. Ini memang sudah menjadi tugasku. Aku menghabisakan sisa sore dengan menonton televisi. Ditemani dengan kudapan kecil yang kubeli sepulang sekolah tadi. Setelah mandi sore, aku langsung masuk ke kamar untuk menyiapkan buku mata pelajaran untuk hari esok. Aku sibuk memikirkan kemana kami kan pergi berlibur. Aku membuka ponselku untuk mencari referensi tempat wisata keluarga. Aku menemukan lokasi yang bagus di kota sebelah. Yaitu penginapan di puncak. Aku terinspirasi dari cover majalah yang mama baca tadi. Aku akan bilang pada mama nanti.  Aku tengah duduk di kursi belajarku ketika suara gerbang berderit terbuka. Itu Papa yang baru pulang dari kantor. Itu berarti saatnya makan malam. Aku segera turun usai merapikan meja. Aku membantu Mama menyiapkan makan malam. Menu malam ini adalah telur dadar yang digulung dan juga ayam kecap. Aku suka ayam! “Pa, Mama sudah bicara sama Rin tentang wacana liburan itu.” Mama mencomot topic makan siang tadi. “Bagaimana Rin?” Tanya Papa menatapku tersenyum. “Rin setuju Pa! Rin senang! Bagaimana kalau kita pergi ke penginapan di puncak gunung di kota sebelah?” Aku memasang senyum terbaikku. Antusias. “Wah, saran yang bagus! Ya sudahlah, Ma. Kita ke tempat yang disarankan Rin saja, jaraknya cukup dekat dari sini.” Ujar papaku sambil mengambil sepotong kerupuk dari toples sebagai pelengkap makanannya.  Aku tersenyum girang. Orang tuaku juga turut terseyum. Kami menghabiskan makan malam dengan ceria. Membahas wisata keluarga yang sudah lama diidam-idamkan. Setelah membantu Mama membereskan meja makan dan mencuci piring, aku masuk ke kamar untuk membaca buku cerita. Memang sudah menjadi hobiku membaca karangan-karangan fiksi. Ini cukup untuk mengisi hari-hariku. Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku memang sering terlarut dalam cerita yang k****a hingga lupa waktu. Sebelum terlambat, aku menutup buku cerita dan bersiap untuk tidur. Aku berganti pakaian tidur., lalu mencuci kaki, gosok gigi, mencuci muka, kemudian segera meluncur ke tempat tidur. Aku mengambil selimut dan menutupkannya ke seluruh badanku. Malam terasa sangat panjang. Semilir angin malam membuat tidurku semakin lelap. “Hei!!” samar-samar suara itu masuk ke pendengaranku. “Hei!!” Suara itu sekali lagi derdengar. Suaranya terdengar semakin jelas. Tunggu, bukankah aku sedang tidur? Apakah aku bermimpi?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

MOVE ON

read
95.0K
bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
462.3K
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook