bc

Jodoh Pilihan Eyang ( END )

book_age18+
35.1K
FOLLOW
181.9K
READ
love after marriage
arranged marriage
arrogant
goodgirl
confident
CEO
maid
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Hana, gadis yatim piatu berusia 25 tahun yang cantik dan mandiri. Cerdas dan juga ceria. Terpaksa menikah dengan Erkan, seorang CEO muda tampan yang dingin, yang bahkan tidak pernah memandangnya.

Setelah nenek Erkan meninggal, akankah kehidupan mereka berdua akan kembali seperti semula?

chap-preview
Free preview
Demi Eyang
" Eyaaaang...." Hana langsung berlari begitu ia melihat siapa yang dilihatnya melambaikan tangan dari kejauhan. Ia bahkan tidak memperdulikan pandangan orang lain yang menatap padanya. Miranti pun tak kalah bersemangatnya bertemu gadis kesayangannya. Sang asisten pun nampak kerepotan mengimbangi langkah sang majikan yang berjalan lebih cepat meski langkahnya kadang gontai. Hana langsung menghamburkan pelukannya kepada wanita tua yang masih menampakkan sisa kecantikan di masa mudanya itu. Wanita yang sudah ia anggap keluarganya sendiri. Wanita yang telah membantu membiayai pendidikannya, wanita yang telah memberikan begitu banyak sumbangan kepada panti asuhan dimana ia dibesarkan, wanita yang selalu membawa dirinya ke dokter ataupun Rumah Sakit terbaik ketika ia sedang sakit. " Hana ku sayang. Kesayangan eyang, kangennya eyang sama kamu nak" ucap Miranti sambil mengusap lembut rambut panjang kecoklatan cucu angkatnya itu. " Hana juga eyaang. Kaaangen banget. Eyang sehat?" tanya Hana memeluk erat tubuh Miranti. " Sehat sayang. Ayo, kita cari tempat ngobrol yang enak. Kamu mau makan dimana?" " Dimana aja Eyang, aku nggak begitu lapar kok." " Ya udah, kita makan di sana aja yuk" ajak Miranti pada Hana begitu melihat salah satu outlet yang menjual berbagai dessert di dalamnya. Hana mengangguk girang lalu mengeratkan pelukannya pada Miranti sambil berjalan mengiringi langkah lemahnya. Setelah mendapatkan tempat duduk yang nyaman, Miranti lalu mengusap lembut punggung tangan Hana dengan senyum yang tidak bisa hilang dari bibirnya. Ia sangat menyayangi gadis itu. " Kamu habis warnain rambut kamu?" tanyanya lembut. Hana mengangguk cepat dengan memegangi ujung rambut panjangnya. " Iya, kemarin kan aku kerja di salon gitu, terus aku ditawarin untuk jadi eksperimen buat cat rambut baru mereka. Kenapa? Jelek ya eyang?" "Nggak kok sayang. Bagus. Cocok sama kamu. Kamu jadi kelihatan tambah cantik. Bener kan Yun?" puji Miranti yang kemudian mencari pembenaran dari asistennya. Yuni tersenyum dan mengangguk setuju. " Tentu aja mbak Hana selalu cantik" " Kalian bisa aja. Mbak Yuni kok suka manggil aku mbak sih? Panggil Hana aja mbak" " Nggak apa-apa. Mbak Hana kan cucunya eyang. Semua cucu eyang juga saya manggilnya gitu. Oh iya, kalian mau pesan apa? Biar saya yang pesan." " Saya mau teh hangat aja Yun. Kamu mau apa sayang?" " Aku mau milkshake cookies and cream aja. Tolong ya mbak" Yuni mengangguk, dan mengerti kemudian dengan cepat berjalan menuju tempat pemesanan. " Hana, eyang kangen banget sama kamu. Kamu kemana aja? Kamu tinggal dimana sekarang? Sejak ibu panti meninggal, katanya kamu pindah juga. Eyang beberapa kali ke panti nyariin kamu" Hana tertunduk. " Aku nyari kerjaan aja eyang. Aku nggak enak di panti sama pengurus yang baru. Jadi aku tinggal sama teman aku dulu sementara." Miranti menoleh kepada Yuni yang berjalan mendekati meja mereka kemudian memberikan isyarat yang dengan mudah Yuni mengerti. " Bu, saya permisi mau nyariin pesanan mbak Erya. Mumpung kita ada disini" ucapnya ketika berdiri di samping meja mereka. " Ya udah, nanti kamu kabarin saya aja." " Mbak Hana, nggak apa-apa kan saya tinggal ibu Miranti sebentar? Saya ada keperluan." " Tentu aja nggak apa-apa mbak. Eyang aman sama saya." " Ya udah, kalau gitu saya permisi. Bu, saya tinggal sebentar ya". Miranti mengangguk pelan dan ketika Yuni sudah berjalan menjauh dari mereka, ia kemudian menyeruput teh hangat yang ada di hadapannya. " Eyang apa kabar? Eyang sehat? Maafin aku eyang ya kemarin nggak angkat telepon eyang. Aku cuma nggak mau bohongin eyang yang nantinya bakalan khawatir sama aku." " Gitulah sayang. Kemarin eyang habis ke dokter lagi." " Oh ya? Gimana katanya? Eh apa kabar dokter eyang itu?" " Kamu ini mau tau kabar eyang atau dokter eyang sih?" Lirik Miranti menggoda Hana. " Hehehe... Nggak lah, tentu aja kabar eyang." " Dokter Kenan bilang, eyang harus banyak istirahat, jangan stress, dan harus semangat" " Bener tuh kata Dokter Ken, eyang nggak boleh banyak pikiran"ucap Hana sambil mengaduk minumannya. " Emang eyang lagi mikirin apa sih sekarang? Kok sampai bisa sakit kayak kemarin lagi?" Miranti nampak menerawang. Hana menatap lekat kepada wanita yang ada di sisinya itu. Meski sudah renta, namun kerutan itu tidak bisa menghapuskan kecantikan yang dimilikinya. " Eyang mikirin cucu-cucu eyang" imbuh Miranti. " Loh, bukannya cucu eyang semuanya udah pada gede ya?" Miranti mengangguk. " Eyang nggak begitu khawatir sama Erina, suaminya baik. Begitu juga Erya, dia mandiri meski masih remaja." " Terus eyang mikirin siapa?" " Hana... Kamu sayang nggak sama eyang?" Hana seketika mengangguk cepat dan memeluk Miranti. " Banget eyang. Selain ibu panti, Hana cuma punya Eyang. Dari aku kecil, hanya kalian yang aku punya." Hana lalu melepaskan pelukannya. " Kok eyang nanya gitu?" " Sayang, boleh nggak eyang minta sesuatu sama kamu? Hanya kamu yang bisa bantu eyang. Tolongin eyang ya sayang." " Tentu aja eyang. Aku akan lakuin apapun untuk bantuin eyang. Asalkan eyang senang. Eyang bilang aja". ucap Hana sambil menarik sedotan dari gelas untuk menikmati minuman favoritnya. " Kamu mau ya menikah sama Erkan, cucu eyang." BUUFFFTT UHUK Seketika Hana menyemburkan minuman dari mulutnya secara refleks. Ia lalu dengan cepat menyeka bibirnya dengan tissue dan mendekatkan wajahnya pada Miranti. " Eyang, aku nggak salah dengar? Tadi eyang minta aku menikah?" Miranti tersenyum dan menyeka sedikit sisa minuman yang ada di sudut bibir Hana dengan ujung jarinya. " Iya, kamu nggak salah dengar sayang. Eyang minta kamu menikah sama cucu eyang. Namanya Erkan. Cucu kesayangan eyang seperti kamu." " Tapi eyang. Aku..." " Dia ganteng, dan lebih ganteng dari Dr. Kenan malahan. Dia juga mapan, dia baru beberapa bulan pindah ke Indonesia, selama ini dia ngurusin kantor di Singapura." " Tapi eyang, kenapa Hana?" " Karena eyang maunya kamu yang jadi istri Erkan. Eyang yakin kamu sama Erkan akan cocok. Dan yang paling penting, kalau kalian menikah, dua kekhawatiran eyang akan langsung teratasi. Kamu dan Erkan." Hana menarik napas dengan perlahan lalu kemudian menggenggam tangan Miranti. " Eyang, kenapa eyang harus khawatirin aku? Aku akan baik-baik aja. Lagian aku kan nggak harus menikah sama cucu eyang. Kasian loh dia eyang, dengan semua kelebihan yang eyang bilang tadi, sayang banget kalau malah beristrikan Hana nantinya. Lagian dia pasti punya calonnya sendiri." " Nggak. Eyang nggak mau dia sama orang lain dan dimanfaatkan lagi. Kamu pilihan terbaik eyang. Ketulusan kamu, kebaikan hati kamu, pasti bisa membuat kalian saling melengkapi. Kamu itu anak yang baik. Dan eyang juga nggak mau kamu di manfaatin atau disakitin sama laki-laki lain. Kalau kalian menikah, eyang yakin kalian nggak akan saling menyakiti." " Tapi eyang. Aku..." " Gini aja, kamu pikirin dulu permintaan eyang ya sayang. Eyang mohon, supaya kapanpun eyang harus pergi, eyang sudah tenang." " Eyang kok ngomong gitu sih? Eyang nggak akan kemana-mana, eyang akan selalu sama- sama aku. Kalau nggak ada eyang, aku sama siapa dong?" " Karena itulah kamu butuh Erkan sayang." " Tapi cucu eyang nggak butuh orang kayak aku." ucap Hana dengan senyum getirnya. Ia cukup tahu diri dengan keadaannya. " Kamu salah. Orang seperti kamulah yang paling dibutuhkan sama Erkan." *** Hana menghempaskan tubuhnya di atas kasur berukuran single yang terletak di salah satu sisi kamar kecilnya. Matanya tertutup memikirkan setiap ucapan Miranti padanya. " Eyang, eyang.. Yakali, orang kayak cucu eyang mau nikah sama aku. Orang dia tinggal nunjuk perempuan mana aja pasti udah dengan senang hati mau sama dia. Kenapa juga nggak dikawinin sama pacarnya aja. Nggak mungkin kan orang kayak gitu nggak punya pacar." Ia lalu membuka ponselnya ketika mendengar notifikasi pesan yang berbunyi. Sebuah pesan dari Miranti yang mengirimkan sebuah file foto yang sepertinya di ambil secara sembunyi. Dan tanpa sadar, sudut bibirnya terangkat ketika menatap wajah yang ada di ponselnya itu. Potret seorang pria yang nampak serius duduk di meja kerjanya. Menopang dagu dengan jari telunjuk berada di sisi hidung mancungnya. --- Eyang akan kenalin kamu ke Erkan. Hari sabtu ini kamu bisa?--- Pesan yang masuk dari Miranti itu tentu saja harus ia balas. Namun bagaimana jika Miranti jadi berharap lebih pada dirinya? Ia bukannya ingin menolak dengan sengaja. Hanya saja, ia tahu jika hal ini tidak akan berhasil. Perbedaan diantara mereka sangat jauh dan begitu banyak. Dan Hana tidak ingin hidupnya akan menjadi seperti drama nantinya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Not Dating

read
549.7K
bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.8K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.1K
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.3K
bc

Marriage Agreement

read
590.6K
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
289.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook