bc

When The Rain Comes

book_age0+
189
FOLLOW
1K
READ
possessive
family
friends to lovers
sensitive
student
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

Siapa sangka dua remaja ini dipertemukan lagi dalam satu sekolah. Penantian panjangnya menunggu gadis itu ternyata terbayar. Entah Dia mengingat kejadian itu atau tidak, tapi perasaan Dimas pada Dirinya tetap sama seperti dulu. akankah Cinta mereka dapat mekar di masa-masa SMA ini? ataukah akan kandas di tengah jalan? Takdirkah yang menyatukan mereka atau Takdir juga yang akan memisahkan keduanya!

chap-preview
Free preview
When The Rain Comes
Aju nice!!- lantunan lagu very nice dari Seventeen terdengar keras di kamar Raina. “Enggak ah Des! gue kagak punya duit. Paling yang tahun depan aja lah.” Raina “Buset dah padahal doi mumpung di indo loh rain, sayang banget dahh...” Hai, aku Raina Permana aku siswa SMA Harapan Jaya di Jakarta. Aku tinggal di Jakarta dengan kakak perempuan ku, orang tua kami sudah meninggal 5 tahun yang lalu karena kecelakaan.Aku mempunyai sahabat yang sangat baik, tapi kalau dipikir lagi enggak juga sih ! ngomel mulu hobinya. Deska adalah sahabat yang sudah seperti saudaraku sendiri walaupun dia berasal dari keluarga yang tergolong kelas atas namun dia tidak malu berteman denganku yang hanya seorang gadis yang hidup serba apa adanya. “Ahhh elahh ayolah Rain! gue bayarin dulu deh gapapa, temenin gue lah.” rengek Deska. “Ogah ahh Des! masak lu bayarin mulu, apalagi ini konsernya seveenteen.. jutaan men!” timpal Raina, fokus dengan buku yang dibacanya. Raina dan Deska berteman sejak SMP karena kesukaan mereka pada Kpop mebuat mereka dekat apalagi deska yang termasuk orang yang introvert sangat susah untuk bergaul dengan orang lain. Setelah dia dekat dengan raina dia merasa cocok dengan raina dan sejak itu mereka mulai berteman akrab. Keesokkan harinya di sekolah mereka sedang bercanda tiba-tiba ada yang memanggil Raina dari belakang. “Raina !” suara yang tidak asing bagi Raina dan Deska membuat dia menoleh ke belakang untuk memastikan, “Eh Bu Endang, iya buk gimana?” tanya Raina “Rain, ternyata lombanya di majukan minggu depan dikarenakan ada beberapa hal yang dikoreksi dari pihak panitia, jadi kamu siap-siap ya minggu depan kita berangkat ke Bandungnya” Bu Endang sambil pergi meninggalkan mereka berdua menuju kantor. “Baik bu!” jawab Raina. “Tuh kan Des! mana bisa aku mikirin nonton konser, lombanya aja minggu depan!” ucap Raina ke Deska tidak lama setelah Bu Endang pergi. “Yaahh... by the way, minggu depan gue sendiri dong di sekolah, mau ngomong sama siapa gue” rengek Deska yang menunjukan ekspresi sedihnya. Raina adalah siswa berprestasi di sekolahnya bahkan sudah sejak duduk di kelas 1 SMA dia sering mengikuti berbagai perlombaan Cerdas Cermat dan lomba Tari Tradisional ataupun Tari Kontemporer. Saat ini dia sedang mempersiapkan untuk lomba Tari Modern Kontemporer Tingkat provinsi yang dia ikuti. “Elah Des, 4 hari doang kok, sabar ya zheyeng” Raina mencubit pipi Deska gemas. Sesampainya di kelas dia disambut dengan suara yang sudah sangat bosan dia dengar. Ya, sandra dia adalah teman sekelas Deska dan Raina yang sangat membenci Raina, entah apa alasannya. Namun Raina adalah tergolong siswa yang baik di sekolahnya dan bisa dibilang cukup populer dikalangan murid-murid lainnya dan guru-guru karena prestasi nya di Akademik atapun di non-akademik. “Yes... minggu depan gue nggak bakalan liat muka anak cupu itu dong gengs” kata Sandra dengan wajah yang tersenyum menyebalkan. “Wahh, enggak ada yang cari perhatian ke guru dong selama 4 hari. Duhh sedih deh san gue hahaha” timpal Dona yang satu geng dengan Sandra yang sering membuli Raina. Sandra dan dona tertawa puas yang membuat Deska naik pitam. “Heh uler! Dia kesana tu buat lomba karena berprestasi. Emang elo, yang bisanya Cuma ngoceh padahal nilainya merah semua bakat juga enggak punya!” sindir Deska sinis membela Raina. “Udah lah des buat apa tu orang diladeni” bisik Raina ke Deska lalu mengajaknya duduk. “Ngomong apaan lo?” Sandra yang tersinggung langsung menghampiri Deska dengan penuh emosi. “Emang iya kan !” jawab Deska sinis. “Berisik! Bisa diem  enggak  !” teriak seorang laki-laki yang membuat seisi kelas terdiam melihatnya. “Sandra! Deska!  kalian bisa diem nggak sih, pagi-pagi bikin rusuh!” Ari yang menatap mereka dengan sinis. Ari adalah ketua kelas di kelas Raina. Bukan hanya tampan, Ari juga seorang murid teladan dan pandai. Dia selalu bersaing dengan Raina di bidang akademik. Tentu saja tidak heran kalau Ari populer di sekolahnya. “Iya iya-” jawab Sandra. “Nyebelin banget sih tu Sandra, untung Ari ngelerai! kalo enggak udah gue gampar tu anak” bisik Deska ke Raina. Raina hanya menatap Ari dari belakang. Bu retno ke kelas tak lama setelah pertengkaran selesai. Kelas pun dimulai, hari ini ada praktek lab di ruang sains. Mereka dibagi kelompok oleh Bu Rento yang tidak disangka Ari satu kelompok dengan raina. “Langsung ke lab dan berkumpul ke kelompok yang sudah saya bagi masing-masing ya!” Bu Rento meninggalkan kelas dan menuju ke laboratorium sains terlebih dadulu untuk mempersiapkan tempat dan barang yang akan digunakan untuk mengajar. “Iya bu!” jawab sekelas serempak Mereka langsung siap siap menuju Laboratorium Sains, Raina dan Deska tidak menjadi satu kelompok yang membuat Deska merengek sepanjang jalan ke lab.  “Rain..” rengek Deska, sambil berjalan menuju Laboratorium Sains. “Ya gimana lagi des, Bu Retno yang bagi sih” jawab Raina. “Eh Rain, By The Way lu sekelompok sama si balok es ya? padahal kan dia rival lo selama ini!”. “Iya nih Des,tapi untung di gue juga sih! Dia kan pinter nih, untung dong di nilai gue hehe” jawabnya. “Tapi Kan sekarang elo yang juara 1, ih enggak adil banget sih! masak orang pinter jadi satu kelompok!” Deska mendengus kesal Raina mengangkat pundaknya dan hanya tersenyum. Sesampainya di lab Bu Retno langsung memberikan kertas untuk petunjuk apa yang akan di lakukan sekarang. “Ari,!tolong di bagikan per kelompok satu bendel ya” Bu Retno menyerahkan tumpukan hard file panduan untuk praktek hari ini. “Baik bu” Ari mengambilnya dan membagikannya ke setiap kelompok. Mereka memulai praktek sesuai denganpanduan yang diberikan oleh bu Retno. Kelompok Ari dan Raina sangat fokus mengerjakan tugas yang diberikan. “Eh!” Tangan Raina dan Ari tidak sengaja bersenggolan saat akan mengambil gelas takar. Dalam sekejap mereka langsung menarik tangan masing-masing dan memalingkan wajah. “Apaan sih tu anak!” Di sebrang meja mereka ada seorang yang memperhatikan mereka dari tadi. Karena merasa terusik dia beranjak dari tempatnya. “Ar! Pipet lo di pake enggak?” Dimas langsung menghampiri meja Ari dan bertanya ketus ke Ari. “Sorry Dim, masih kita-kita pake!” jawab Ari. Ari merasa tatapan Dimas begitu aneh, dan jarang-jarang dia ketus saat berbicara dengannya.  Kelas berjalan dengan cepat, memasuki jam istirahat lonceng terdengar sangat nyaring yang membuat seisi kelas bersorakan karena mereka merasa lelah dengan tugas yang diberikan Bu Retno. “Rain yook ke belakang sekarang, udah laper nih” Deska menarik tangan Raina. “Bentar Des, gue mau beresin dulu. Hari ini kan gue nih yang piket!” jawab Raina lesu. “Gue bantu deh!”. Saat membereskan lab, Raina menemukan sebuah pulpen dengan tulisan yang diukir yang sangat indah. Dia merasa tidak asing dengan pulpen yang dia temukan. “Punya siapa nih?” gumam Raina. Setelah melihat lihat pulpen itu, Dia memutuskan untuk menyimpannya terlebih dahulu kalau-kalau ada yang mencarinya nanti. Selesai membersihakan lab Raina langsung mengajak Deska yang dari tadi sudah megeluh terus ke Raina. Raina dan Deska memang jarang ke kantin, mereka lebih memilih membawa bekal. Karena sekarang tinggal berdua, Raina dan Ayu memutuskan untuk selalu membawa bekal untuk menghemat uang jajan mereka. Sehingga, tidak heran jika Raina membawa bekal  setiap harinya. Deska yang sudah lama bersama Raina pun menjadi ikut terbiasa membawa bekal ke Sekolah.  “Woow, Rain lihat tuh!” Deska menujuk laki-laki yang ada di lapangan Basket. “Siapa sih?” Raina menoloh dan mencari orang yang di maksud Deska. “Gilaa! Abs nya di Andi! Kek oppa!” Deska melihat ketua basket yang sedang beristirahat itu dengan tatapan yang seksual. Raina merasa risih dengan tatapan Deska,  “Zina mata teross!” Deska seperti tidak peduli dengan ucaran Raina, dia terus melihat Andi dari sebrang lapangan. “Udah ah, jangan diliatin mulu, anget kan rahim lo! Mau makan eggak?” Raina membuyar kan lamunan Deska. “Anget banget Rain!” jawab Deska sambil memegang perutnya. Raina menyeret Deska karena geregetan denganya. Sampai di Balkon belakang mereka langsung duduk dan membuka bekal yang mereka bawa masing-masing. “Rain, Nih gue bawa buah tadi si mbok bilang kalo kemarin di pasar ada diskon jadi dia kepikiran kita, terus dibawain deh hari ini” deska menawari rainna “Wahhh... jadi kangen Mbok Nah. Udah lama enggak kerumah lu sih” sambil melahap buah yang dibawa Deska. “Iya nih, kapan lo mau maen ke rumah gue lagi. Si mbok juga kangen sama lo!” “Abis lomba selesai deh, Gue mau fokus lomba dulu” ungkap Raina Deska hanya mengangguk, mereka segera melahap bekal yang mereka bawa. Sebentar lagi masuk karena tadi waktu berkurang karena Raina harus piket bersih-bersih lab terlebih dahulu. “Teng teng teng...” Tidak lama setelah menyelesaikan makan mereka, bel sudah berbunyi. Mereka segera membereskan tempat makan dan buru-buru kembali ke kelas. Pelajaran segera dimulai. Pelajaran kali ini diisi Bu Indah selaku guru Bahasa Inggris di Sekolah itu. “Hello, How are you my beloved student?” tanya Bu Indah sambil masuk ke dalam kelas 2-A. Suara heals yang khas dari Bu Indah sudah terdengar sejak beliau berjalan di koridor Sekolah. “I’m fine Mrs. Indah” jawab para murid serempak. Senyum Bu Indah merekah mendengar jawaban muridnya. “Okey, Today we have a amazing topic, we will talk about Dreams!”  “Jadi tema hari ini what’s your dream? Kalian bisa saling berpasangan sebangku dan silahkan kalian mengobrol tentang mimpi kalian, gunakan Bahasa Inggris sebisa kalian. Nanti ibu akan keliling untuk memeriksa!” tambahnya. “Bu Indah, apa boleh gantian pasangan?” tanya sandra. Mata bu indah membesar, dia kaget dengan pertanyaan Sandra “Yes, you can !” jawab Bu Indah. Bahkan satu kelas langsung menoleh ke arah Sandra. Disaat yang sama Sandra memilih Ari sebagai pasangannya, namun dengan tegas Ari mengatakan dia tetap mau berpasangan dengan teman sebangkunya Dimas. “Ar, Sama gue aja yukk!” ajak Sandra “Ogah, Gue udah sama dimas. Lo sama Dona aja, biar nggak ribet!” jawab Ari ketus, seisi kelas menyoraki Sandra. Sudah bukan rahasia lagi kalau Sandra mengincar Ari, sejak kelas 1 SMA Sandra mengejar Ari namun juga sudah berkali-kali di tolak. “Sudah.. sudah.. Dan sandra! karena Ari tidak mau, kamu tetap sama Dona aja ya!” kata Bu Indah. “Rain, ajarin gue ya, kalo gue salah benerin” bisik Deska ke Raina “ Okey, santuy Des” Raina cekikikan melihat ekspresi lucu Deska. Mereka pun mulai berbincang dengan pasangan masing-masing. Bu Indah pun mulai berkeliling untuk mendengarkan percakapan mereka. “I have a big dream, i want to be a  Dance Teacher and have my own sanggar on future!” “Why” tanya Deska “Actually i have a lttle story behind of that, when i was child my mother and my father meet because of dance, and when i watch they do some dance. I was thinking, wow... they are  so cool and they looks so happy. And then, when i tried to dancing for firstly , wahh i think that is true. So funny! I want do this all time! And now i feel like a dance make me forget my problem and i just thinking a beautifull moment when i do that” jawab Raina “Really??” dahi Deska mengernyit, Raina berbijara terlalu cepat dan terlalu panjang sehingga sulit bagi Deska untuk memahami yang dikatakan Raina. “Hahaha- pokoknya itu” Raina membisikan sambil tertawa geli melihat wajah Deska. “And what’s your dream, Deska?” tanya Raina “ I want be a Pianist” jawab Deska singkat, dia tidak tau akan mengatakan apa lagi. Dia sudah merasa puas dengan jawabannya, karena itu point dari jawaban yang di butuhkan Raina. “Ahh I See” jawab raina singkat dan mengangguk mengerti. Karena lama menjadi teman Deska, Raina sudah tau kalau Deska adalah pemain piano yang hebat, bahkan saat smp dia pernah mengikuti perlombaan hingga tingkat provinsi. Deska berencana untuk kuliah di Jerman untuk menekuni piano saat lulus nanti sedangkan Raina tetap ingin belajar macam-macam tarian mulai dari Tradisional ataupun Modern Kontemporer. Sedangkan dari sisi sandra dan dona mereka hanya diam saja karena sandra yang merasa bad mood karena diacuhkan ari saat mau mengganti pasangan tadi. Dona tidak mampu menentang sandra, sandra seakan bosnya bila bersamanya. Ari dan dimaas mengobrol secara lancar karena dibanding yang lain dimas dan ari yang paling berada dalam standar yang bagus dalam bahasa inggris. Tidak lama, Bu Indah yang tadi ke kantor guru sebentar beliau kembali. “Baiklah murid-murid! karena hari ini ibu ada persiapan lomba untuk minggu depan membantu Bu Endang sebagai pembina, maka pelajaran sampai ini dulu dan silahkan kalian beres-beres untuk pulang kerumah” info dari Bu Indah  membuat seisi kelas loncat-loncat kegirangan seperti mendapat hadiah besar dari lotre. “Oh iya, Raina, Dimas dan Ari tolong ke ruangan guru setelah ini!” tambah Bu Indah. Mata Raina dan Ari bertemu, Dimas yang lagi-lagi merasa terusik dengan interaksi mereka langsung menyenggol Ari untuk mengalihkannya. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

HELP ME - BAHASA INDONESIA (COMPLETE)

read
9.9M
bc

True Love Agas Milly

read
197.4K
bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M
bc

PASSIONATE LOVE [INDONESIA] [END]

read
2.9M
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
473.9K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook