bc

Savanah

book_age16+
210
FOLLOW
1.2K
READ
adventure
kidnap
arranged marriage
badgirl
bitch
drama
bxg
campus
illness
like
intro-logo
Blurb

Betapa dunia ini sangat memusingkan. Savanah sudah berkali-kali terlibat percintaan dengan sejuta pria tapi masih tidak kapok juga. Kali ini ia dipertemukan dengan seorang dokter muda bernama Mugo. Lelaki tampan dengan pesona yang memikat, dengan segala kesempurnaan yang dimilikinya Savanah jatuh kedalam jeratan Mugo.

Disaat yang bersamaan, orang tuanya memutuskan untuk menjodohkan Savanah dengan Skylar Gradatama. Ya Tama, seseorang yang dunianya jauh berbeda dengan Savanah. Begitu misterius dan sulit dijangkau.

Adalah takdir yang telah mempermainkan dirinya dalam pusaran kehidupan yang begitu rumit. Karena embun tak butuh warna untuk membuat daun jatuh cinta.

chap-preview
Free preview
#1 Life is about having fun
Malam ini pub tampak ramai dengan sekelompok mahasiswi cantik yang sedang melepaskan penat dengan kehidupan perkuliahan. Aroma alkohol dan dentuman keras musik menyeruak dibalik gemerlap pintu kaca. Semakin larut, semakin meriah suasana di dalamnya. Di bangku pojok ruangan, Savanah dan 5 orang temannya sedang asik menikmati malam selepas ujian Ilmu Penyakit Dalam. Mereka tampak bercengkrama sambil tertawa keras dan menjadi pusat perhatian pengunjung pub tersebut. Beberapa pasang mata dari para pria jelas-jelas memperhatikan gerak-gerik wanita-wanita cantik itu, menunggu untuk menerkam tepat pada waktunya. Sedangkan para mangsa tidak peduli dengan predator yang terang-terangan muncul tersebut. Bagi Savanah, hidup adalah bagaimana kita menjalaninya dengan bahagia. Jadi untuk apa memikirkan masalah yang tidak kunjung berhenti jika masih ada kebahagiaan yang bisa diraihnya. Life is a choice, dan pilihan Savanah adalah menjadi dirinya yang seperti ini, she doesn't give a s**t with other people talk about. Peduli amat dengan apa yang orang pikirkan tentang dirinya. Selama kehidupannya berjalan bahagia Savanah tidak akan berhenti menjadi dirinya. "Savanah, sampai kapan lo gak mau cobain nih minuman? Enak tahu ... Awas keburu mati duluan, ntar nyesel," ujar Vega, sahabat karibnya sejak tahun pertama di bangku perkuliahan, yang terlihat mabuk. Ditangannya ada sebotol minuman beralkohol dengan bau menyengat. “Apa sih Veg, malah bawa-bawa mati. Mabok lo dikontrol dong.” Gadis itu menggeleng, sambil menjauhkan botol yang disodorkan Vega. Ia tidak akan goyah dengan prinsipnya. Boleh saja jadi anak bandel, tapi no drugs and drunk. “Gak seru banget sih lo! Minum dikit kenapa sih? Nih!” jejal Vega tak mau kalah. “No, please. Jangan goyahkan prinisp gue. Gue gak mau perut seksi yang udah mati-matian gue jaga ini jadi buncit karena alkohol. Paham?” “Yaelah, tinggal workout lagi.” Daripada alkohol, Savanah lebih tertarik dengan pria. Jelas lebih banyak kebahagian yang bisa ditemuinya pada seorang pria ketimbang alkohol. Meskipun jutaan kali juga gadis itu dipermainkan oleh kaum adam tersebut hingga hatinya retak, namun Savanah tidak pernah jera, karena tak jarang Savanah yang akan mempermainkan mereka. Bosan mendengar celotehan kawannya yang dalam keadaan setengah sadar, Savanah memutuskan menjajalkan dirinya ke lantai dansa. Penatnya akan hilang jika ia bergerak. Irama musik dan gemerlap lampu dansa menuntun Savanah untuk bergoyang dan membuat kelenjar pituitary-nya melepaskan hormon endorphin* yang lumayan banyak. Relax girl. Seru wanita muda itu dalam hati. Pakaiannya yang cukup terbuka dan parasnya yang cantik mengundang beberapa lelaki untuk mendekat. Ditambah merek-merek mewah yang melekat pada barang yang dipakainya membuat para pria semakin tertarik. Sayangnya mereka tidak cukup menarik bagi Savanah, jadi gadis itu menolak mereka satu per satu. Setelah beberapa pria berlalu, seorang pria lain akhirnya menghampirinya. Mata Savanah membulat begitu melihat wajah tampan pria tersebut. “Wow,” siul gadis itu pelan. "Hey, mau minum dan mengobrol di sana?" ujar pria itu mengarahkan telunjuknya ke tempat yang terlihat sepi. Savanah memperhatikan lelaki itu dari ujung kaki hingga rambut. Jaket kulit campuran biru dan hijau muda keluaran terbaru Vallentino, jam tangan merek Armani, dan woven sneaker ala Marc Jacob. Classy, pria itu benar-benar tipenya. Selera berpakaian dan wajah di atas rata-rata yang jarang ditemui bagaikan malaikat yang dikirim tuhan untuk menemani malamnya hari ini. Nilai seratus untuk pria ini. Sensasi testosteron yang ada pada lelaki itu juga terasa begitu kuat, membuat Savanah sedikit kehilangan akal dan ingin menghabiskan waktu lebih lama bersamanya. Jadi ia memberikan senyum termanisnya dan mengikuti pria itu ke tempat bartender menyiapkan minuman. "Sendirian?" "Nope,” Savanah menggeleng, “Temen-temen gue sibuk disana," tunjuk Savanah ke sekelompok gadis-gadis gila yang sedang menggoyangkan pinggulnya dengan segelas minuman di tangan.  "Kamu gak ikutan?" Savanah menggeleng lagi. "Haha, nggak deh, terima kasih. Lo sendiri? kayaknya kita gak pernah ketemu disini sebelumnya, atau gue aja nih yang gak peka?" Lagi-lagi Savanah menunjukan senyuman manisnya yang selalu berhasil di hadapan pria manapun. "Aku baru datang ke Indonesia minggu lalu, baru ada waktu luang sekarang untuk hilangin stres. Belum banyak tahu tempat nongkrong yang asik. Sebenarnya tadi teman yang mengajak ke sini, katanya pub ini punya banyak koleksi cewek cantik dan manis, well dia benar, aku menemukan satu disini,” goda pria itu sambil menyunggingkan senyuman. "Haha, you're so lucky!" Savanah menyeruput minuman tanpa alkohol yang sudah dipesannya. "Ngomong-ngomong lo ini half blood prince ya?” Pria itu menautkan alisnya mendengar kata half blood prince yang diucapkan Savanah. “Half blood … what?” “Hm itu, aksen lo masih kentel banget, logatnya orang luar." Savanah menirukan cara bicara artis-artis blasteran di televisi yang Bahasa Indonesianya masih kurang lancar. Pria itu kemudian tertawa. "Ya, aku keturunan Indonesia, sedikit Latin dan Jepang, harusnya kelihatan dari mataku ini." Pria itu menyipitkan mata. "Hajimemashite, Watashi wa Savanah desu**" Savanah memperkenalkan diri seraya membungkukan badan layaknya orang Jepang. Padahal dirinya tidak mengerti sama sekali bahasa tersebut. "Haha, Savanah, nama kamu bagus. Pronounce-nya juga bagus. Apa kamu bisa ber-Bahasa Jepang?" "Ngg... ngga sih sebenernya haha, cuma pernah denger aja. Oh ya, lo ke sini dalam rangka apa?" "Aku lagi kerja, kebetulan juga aku lagi melanjutkan risetku di salah satu prodi kedokteran di sini." "Oh wow, lo ini dokter?" Mata Savanah membulat kala mengetahui pria itu koleganya. Akan sangat menyenangkan jika mereka Bersama. "Yep, bisa dibilang begitu." Ah memang sepertinya dirinya tidak bisa jauh-jauh dari para dokter kece. Bahkan di tempat seperti ini ada saja dokter muda tampan yang terpikat padanya. Yah meskipun ada sedikit bumbu 'geer' dalam kalimatnya barusan tapi Savanah tidak memungkirinya, terlihat dari tatapan mata pria itu Savanah yakin hampir bisa dipastikan 99% bahwa pria ini tertarik dengannya. drrrtt... drrtt... Percakapan mereka terhenti oleh panggilan dari ponsel lelaki tersebut. Ia mengangkatnya kemudian berbicara dalam Bahasa Jepang yang Savanah tidak mengerti. "Hey, sorry aku ada urusan mendadak,” raut kecewa terlihat jelas di wajah pria itu, sama halnya dengan perasaan Savanah. Baru saja bertemu dengan orang yang cocok, tapi dia malah ditinggal begitu saja. “Maaf banget Savanah, bisa minta nomer telfon kamu?" pria itu menyodorkan ponselnya kepada Savanah. "Ah, boleh." "Thanks, kapan-kapan kita ketemu lagi ya, selamat malam, Savanah." Tanpa berkata-kata lebih lanjut lelaki itu meluncur pergi dengan terburu-buru, meninggalkan Savanah dan angan-angannya sendirian. Sedetik kemudian Savanah tersadar ia belum menanyakan nama pria tersebut. Ia pun lupa meminta pria itu me-miss call-nya. Bodohnya, bagaimana ia bisa bertemu pria itu lagi. Savanah mendesah kesal dan kembali menuju meja teman-temannya. Dalam hati ia berharap semoga saja pria itu ingat dan menghubunginya secepat mungkin. Savanah sudah tidak sabar melihat wajah tampan pria itu lagi. * : hormon yang dilepaskan ketika merasa bahagia ** : perkenalkan, nama saya Savanah

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Satu Jam Saja

read
593.1K
bc

Everything

read
277.3K
bc

Married with Single Daddy

read
6.1M
bc

Istri Muda

read
391.6K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
112.2K
bc

Hubungan Terlarang

read
500.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook