bc

Istri Muda Rahasia

book_age12+
1.5K
FOLLOW
8.1K
READ
others
drama
sweet
bisexual
female lead
realistic earth
like
intro-logo
Blurb

Nikah muda di usia 16 tahun menyebabkan Cetita drop out dari sekolah. Baru seminggu usia pernikahannya, suaminya pergi ke kota untuk melanjutkan kuliah. Perpisahan itu menyebabkan semuanya berubah. Cetita melahirkan putrinya sendirian. Dia berusaha kuat untuk anaknya. Dunianya takkan hancur karena ditinggalkan oleh orang yang dicintai.

Cetita memulai kehidupan yang baru di kota asal suaminya bersama Celita, putri mereka. Benang takdir mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang sangat berbeda. Lelaki yang dahulu dicintai telah berpaling. Dia tidak mengakui status Cetita bahkan sedang berusaha mengejar restu ayah gadis kekasihnya. Cetita pun menyadari kisah mereka cukup sampai di sana.

Sayangnya kisah cinta sang suami yang penuh liku membuat keduanya menjadi dekat. Dan mereka harus meresmikan pernikahan setelah terlibat dalam suatu peristiwa yang sangat memalukan.

chap-preview
Free preview
[01] Calon Mantu Pit Bulls
Pekanbaru, Awal Tahun 2019 Peluang mendapatkan pekerjaan di Kota Bertuah ibarat printer kehabisan tinta. Bagian awal yang menyembul terlebih dahulu kelihatan hitam dan pekat. Ketika bagian ujung muncul dari mulut printer, kecewalah yang didapat karena hasilnya hanya berupa garis putus-putus atau titik-titik saja. Begitulah nasib seorang pengangguran akut setamat kuliah setahun yang lalu dari Fakultas Ekonomi sebuah perguruan tinggi swasta di Pekanbaru. Tes demi tes yang dilakukan pada perusahaan pencari tenaga kerja akan lancar di awal lalu hasil akhir selalu tak sesuai harapan. Jawaban sama akan disampaikan saat interview oleh HRD yaitu, ”Maaf, kami membutuhkan lulusan ilmu murni bukan pendidikan.” Meskipun selalu gagal diterima oleh perusahaan kecil apalagi besar, Tala Diansyah tetap bersemangat mencari pekerjaan di kota itu. Tidak ada niatan darinya untuk hijrah ke kota lain. Bumi tempatnya lahir saja susah menerima lebih-lebih lagi tanah orang lain. Itu yang Tala sematkan dalam jiwa sehingga ribuan penolakan tetap ia hadapi dengan senyum sepuluh jari. Di kota itu ia tidak sepenuhnya menjadi pengangguran. Ia memiliki pekerjaan yang patut dibanggakan dan berpahala tentu saja. Jika ditanya, maka Tala akan menjawab dengan jemawa, ”Mengantar-jemput calon bidadari surga.” Demi mendapatkan hati Syerin Dahlia, Tala mencongkel habis tabungannya sejak sekolah untuk membeli sebuah sedan bekas. Gadis cantik itu aman dari terpaaan panas dan hujan dengan mobil Tala. Lagi pula apa kata Bapak Haji Zainal kalau melihat anak perawan satu-satunya Tala pulangkan dengan sepeda motor masa kuliahnya. Bisa-bisa Tala semakin jauh tersepak dari daftar menantu sang bapak gendut. ”Berhentiin di depan rumah sakit aja,” kata Syerin. Wajah putih yang dipolesi bermacam warna itu terlihat tidak bersahabat. Karena Tala begitu mencintai Syerin, mau bagaimana pun keadaan wajah wanita itu atau didempul dengan banyak warna seperti badut ulang tahun pun Tala tetap cinta. ”Ada acara apa di rumah? Kelihatannya lagi rame-rame. Siapa yang mati?” tanya Tala. Dia berharap bapak buncit yang galak seperti Pit Bulls itulah yang undur diri dari muka bumi. Rumah Pak Haji Zainal berada di seberang RSUD di kota itu. Dari tempatnya kini, kediaman orang tua Syerin terlihat sedang mengadakan suatu acara karena ada tenda-tenda kecil dan meja prasmanan. Karena pikiran buruk dan pertanyaan yang tak melewati sensor hati itu, Tala mendapat pukulan keras di kepala bagian belakang. Lelaki berkaus hitam fit body itu memekik seperti banci kaleng di Jalan Soekarno-Hatta. ”Bicara yang baik kenapa? Kalau mau mati, ya, mati aja sana!” balas gadis itu yang sama-sama tidak pakai hati. ”Bercanda, Non Cantik. Masak sih Non tega sama saya yang cinta mati sama Nona. Sampai sekarang Abang Tampan masih suka sujud minta restu kepada Papa Kumis.” ”Cinta tapi ngatain papa orang begitu! Ada enggak sih sekolahan mulut biar aku daftarin kamu.” Tala tertawa dan mengacak rambut Syerin. ”Kita mendaftar ke KUA aja enggak jadi-jadi. Daripada daftarin mulutku ke sekolah, mendingan uangnya kita tabung untuk daftarin sekolah anak kita kelak.” Warna pink pada pipi putih gadis di sebelah Tala semakin matang. Tala bersiul senang karena usahanya untuk menghapus kekesalan Syerin berhasil. ”Udah deh, enggak habis-habis bicara sama kamu. Aku turun di sini aja. Aku mau melindungi kamu dari pit buls-mu!” ucap gadis itu menyindir julukan Tala untuk papanya. ”Papa mertua nyunatin siapa sih, Dek? Apa mungkin papa sunat lagi?” tanyanya semakin ngawur. Syerin memukul punggung Tala. ”Diem! Tala jahat banget sih ngatain papa terus. Itu ada acara doa untuk uwak yang mau umroh.” Tala menggumamkan vokal o dengan panjang. Lelaki itu menunjuk pipi kirinya. ”Salam perpisahan dong,” rayunya. ”Ogah!” Syerin membuka pintu lalu menutup kuat-kuat dari luar. Dia menaikkan jari tengahnya dengan mata tajam. Sementara itu Tala dibuat semakin tertawa. Sesampai di rumah dengan bibir tak hentinya bersiul, lelaki berjeans bitu itu memutar tubuhnya. Lagu dangdut dalam hatinya semakin mendayu sehingga ia ingin selalu berjoget. ”Eh, ada Eneng Cantik,” ucapnya kepada anak perempuan berumur setahun lebih yang sedang asyik menikmati Tayo di televisi. ”Celi,” panggilnya. ”Diih sombong! Celi, Om Tala datang niiih!!!” teriaknya di telinga gadis kecil itu sembari menekan off pada remote televisi. Celita menangis keras sekali sehingga Diyas terburu-buru menghampiri mereka. ”Kamu!” Diyas memukul-mukul Tala dengan penggaris kayu. ”Anak orang sering kali dibuat nangis. Kalau kedengaran sama mamanya bisa tahu rasa kamu!” ”Cetita? Dia baik tidak suka marah-marah kayak Ibu.” Tala mengangkat Celita ke pundaknya. ”Cup cup enggak boleh menangis lama, nanti bibirnya dimakan ikan hiu loh,” ucapnya. Gadis kecil itu diam. Dia bertanya dengan menyebut ‘yu yu yu’ yang Tala tafsirkan sebagai apa itu ikan hiu. Tala jawab dengan lengkap sesuai dengan pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dia intip di ponsel. Jawaban unfaedah sekali bagi batita itu. ”Hai Celita genit,” tegur Novial, sahabat Tala, yang baru saja tiba di depan rumah. ”Yayaaya,” jawab gadis itu memanggil nama Novial kemudian meminta turun dari Tala karena ingin digendong oleh om satunya. Novial menunjuk pipi kanannya lalu Celita menempelkan bibirnya di sana. Basah tetapi yang dicium malah suka. ”Wah, kurang ajar sama anak gadis orang nih!” ”Anak siapa?” tantang Novial dengan alis naik. Lelaki itu berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan Celita. ”Suatu hari Celita akan jadi anaknya Om Yal dan Celita akan panggil aku papa. Oke?” tanya lelaki itu kepada batita cantik itu. ”Kee!” jawab Celita diiringi tawa. Diyas menyambung dari dalam, ”Cobalah meraih hati mamanya. Membuat Celi suka sama kamu itu gampang. Tapi kamu belum coba mendekati mamanya ‘kan? Percuma kalau gitu. Mau menunggu sampai kapan?” Novial melirik Tala yang bersiul meledeki Celita yang sedang memainkan kain perca milik Diyas. Batita itu begitu fokus sehingga abai terhadap rayuan dan godaan Tala. ”Menunggu papanya Celi mati dulu, Bu!” teriak Novial. ”Tabrakin motor lu ke jembatan sana biar mati lebih cepat!” sahut Tala. ”Papa kandungnya, Bongak (Bodoh)!” ujar Novial kesal. ”Kalian kenapa? Ada Celi yang dengar omongan kalian. Jangan bicara sembarangan di depan anak kecil.” Celita sudah seperti cucu sendiri bagi Diyas. Suatu hari anak kecil itu masuk ke rumahnya. Diyas yang saat itu sedang diburu-buru oleh jahitan terpaksa membiarkan Celita di rumahnya. Pintu ia kunci agar anak itu tidak dapat keluar. Selesainya dengan jahitan, Diyas mulai menemani Celita yang duduk di depan televisi memainkan boneka bikinan Diyas. Anak kecil itu tidak takut kepadanya bahkan terlihat sedang bermain di rumah sendiri. Sambil memikirkan apa yang dirasakan oleh orang tua gadis itu setelah menyadari anaknya hilang, Diyas memberi makan anak kecil itu puding yang selalu ia siapkan untuk anak lelakinya. Beberapa saat kemudian, terdengar ketukan di pintu. Seorang gadis kira-kira delapan belas tahun bertanya kepadanya dengan mata merah dan pipi basah oleh air mata. ”Anak saya hilang, Bu,” kata Cetita waktu itu membuat Diyas kaget. Wanita muda itu telah memiliki anak, Diyas kira dia masih sekolah jika dilihat dari perawakannya. ”Apakah yang di dalam itu anaknya?” tanya Diyas. Sejak saat itu, Celita lebih sering berada di rumahnya. Diyas mulai akrab dengan Cetita. Ketika menjemput Celita, Tita—panggilannya—akan dia ajak bercerita. Tita tinggal di Jalan Durian dan menjual pakaian dewasa serta anak-anak. Ia tidak memiliki karyawan sehingga Celita sempat lepas dari pantauan jika Tita sedang banyak pelanggan. Dugaan Diyas untuk usia Tita tidak salah. Wanita muda itu memang masih muda. Dia seharusnya baru tamat SMA tahun ini. ”Gimana dengan Syerin, Bro? Lancar?” tanya Novial setelah Diyas membawa masuk Celita dan memberikan gadis kecil itu botol s**u. ”Santailah. Dia juga enggak pengin nikah cepat-cepat. Dan aku belum bisa penuhi syarat bapaknya. s**l! Ternyata orang kaya itu matre juga.” ”Matre?” tanya Novial bingung. ”Iya. Menantu idaman si bapak gendut itu maunya dia seorang polisi, pejabat, pengusaha, presiden juga barangkali. Dia enggak satu frekuensi dengan anaknya yang cintanya sama aku, pengangguran luar binasa.” ”Bukan matre, Kawan. Itu hidup realistis. Orang kaya ingin mendapat menantu orang kaya juga.” ”Memangnya aku kurang kaya seperti apa heh? Aku kaya senyum dan kaya hati. Cinta sama anaknya tidak bisa dia ukur pakai timbangan duit.” Tala menyisir rambutnya dengan jari. Novial mendekati telinga Tala, tidak ingin orang lain mendengar pertanyaannya. ”Sudah jelas ‘kan, jadi kapan kamu lepasin dia?” Tala melotot kepada Novial lalu pergi meninggalkan sahabat kurang seuratnya itu. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.4K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

Mrs. Rivera

read
45.3K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook