bc

Marbot Tampan dan Dokter Cantik

book_age18+
1.4K
FOLLOW
9.7K
READ
family
arranged marriage
self-improved
drama
female lead
campus
office/work place
others
poor to rich
brothers
like
intro-logo
Blurb

Setelah setahun bekerja di rumah sakit, kini Karina ditugaskan di sebuah puskesmas yang ada di Kampung Kapuk. Dalam menjalankan tugasnya, wanita yang akrab disapa Karin ini mengalami berbagai rintangan mulai dari lingkungan yang kurang mendukung, tingkat kejahatan yang masih tinggi, hingga fasilitas tempat tinggal yang kurang memadai.

Disisi lain, Karina bertemu pria yang sesuai dengan kriteria idamannya selama ini, dia adalah Farhan Mahendra. Farhan memang hanya seorang marbot tetapi sikap dan kepribadiannya mampu meluluhkan hati seorang Karina. Singkat cerita, keduanya sering bertemu hingga tumbuhlah rasa saling mencintai. Tak mau berpacaran, Farhan langsung ingin menikahi Karina. Begitu pula dengan Karina yang juga memiliki rasa yang sama.

Farhan datang ke rumah orang tua Karina untuk mengutarakan maksud dan tujuannya. Sayangnya, kedatangan Farhan tak disambut dengan baik. Orang tua Karina tak setuju dengan hubungan mereka apalagi saat tahu jika Farhan hanyalah seorang marbot masjid.

Dengan alasan saling mencintai, Farhan memohon pada orang tua Karina agar memberikan restu pada hubungan mereka.

Pada akhirnya, Ayah Karina menyetujui hubungan Karina dan Farhan tapi dengan syarat, Farhan harus memberikan uang 2 Miliar sebagai biaya pernikahan mereka berdua nanti dan Farhan harus memenuhinya sampai waktu Karina bertugas di kampung Kapuk selesai.

Ayah Karina mengatakan jika Farhan bisa memenuhinya, ia akan merestui hubungannya dengan Karina. Namun, jika Farhan tidak mampu memenuhinya, ia akan menikahkan Karina dengan Dimas, CEO kaya raya sekaligus anak sahabatnya.

Perjuangan Farhan untuk memiliki Karina memang berat mulai dari jatuh bangun dalam berbisnis hingga kemunculan orang-orang yang mengganggu hubungannya dengan Karina.

Mampukah Farhan yang hanya seorang Marbot memenuhi syarat dari orang tua Karina? Ikuti terus ya!

chap-preview
Free preview
Pertemuan Pertama
Sebelum bertugas di puskesmas, Karina diminta untuk menghadiri acara di kelurahan sekaligus nantinya akan mendapatkan arahan dari pak lurah. Karina sengaja berangkat pagi agar tidak terlambat sampai lokasi karena jaraknya lumayan jauh dari rumahnya. Karina mengenakan kemeja dan rok span pendek berwarna hitam serta jas dokter. Selain seragam yang rapi, Karina juga sudah menyiapkan berbagai keperluannya di puskesmas nanti. Setelah semua siap, Kirana bergegas menuju kampung Kapuk. Selama ini Karina lebih banyak menghabiskan waktu di kota, jadi ia tidak begitu mengenal apalagi paham jalan menuju kampung-kampung kecil. Seperti biasa, Karina selalu membawa mobil kesayangannya termasuk untuk bekerja. Setelah semua siap, Karina menghidupkan mobilnya dan mulai membuka aplikasi pelacak lokasi di smartphone. “Ini lokasinya dimana sih kok kelihatannya jauh banget” ujar Karina menyetir mobil sambil sesekali membaca petunjuk dari aplikasi tersebut Sudah satu jam lamanya Karina mengendarai mobilnya tapi kenapa ia tidak sampai-sampai di lokasi. Hal inilah yang menjadi kendala tersendiri bagi Karina. Berulang kali ia melihat penunjuk arah tetapi tak kunjung sampai di tempat yang dituju. Karina merasa bahwa aplikasi yang ia gunakan untuk mencari alamat malah membuatnya tersesat di jalan. Bukan hanya kesulitan menemukan lokasi puskesmas di kampung kapuk, Karina juga mengalami kendala lainnya yaitu mobil mogok di pinggir jalan. Disamping itu, ponselnya juga susah mendapatkan sinyal sehingga tidak bisa menghubungi siapapun. Karina hanya bisa pasrah dan berharap ada malaikat baik yang menolongnya. “Aduh, duh, kenapa nih mobil” ucap Karina, kemudian ia keluar dari mobil “Kamu kenapa lagi sih bil mobil? perasaan kemarin udah aku servis. Kalau kamu kayak gini terus, aku nggak segan-segan ya buat jual kamu!” gerutu Karina pada mobilnya yang mogok di pinggir jalan Karina lalu mengambil ponselnya untuk meminta pertolongan dari siapapun yang ia kenal tapi itu hanya sia-sia “Kok malah nggak ada sinyal, terus aku minta bantuan siapa dong” “Mana jalanan sepi, cuaca panas, bikin makin gerah aja” ucapnya dengan nada kesal Meskipun belum siang tapi cuacanya begitu terik sehingga membuat Karina gerah. Untungnya, Karina memakai kemeja panjang sehingga ia bisa membuka jasnya untuk mengurangi kegerahan ini. Setelah menaruh jasnya di dalam mobil, Karina lalu keluar dan membuka kap mobilnya. Karena tidak bisa mengatasinya, Karina pun menutup kap mobilnya lagi, kemudian duduk di atas kap mobil itu sembari menunggu keajaiban datang. Karina membawa banyak barang-barang penting di dalam mobilnya, sehingga Karina tak berani meninggalkan mobilnya untuk mencari bantuan atau berjalan kaki menuju kantor kelurahan. Karina lebih memilih menunggu ada orang yang lewat yang ia harapkan bisa membantunya. Karina tak berhenti berdoa di dalam hati agar dipertemukan dengan orang baik, bukan sebaliknya. Karina melihat jam tangannya “Kok udah jam 9 aja sih. Kalau sampai jam 10 nanti aku nggak ada di kantor kelurahan, bisa gawat nih!”  “Ya Allah, semoga ada orang baik yang mau membantuku” ujarnya dalam hati Beberapa saat kemudian, ada seorang pria yang berjalan kaki dan hendak menuju suatu tempat. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Karina yang tampak kebingungan di pinggir jalan.  “Assalamualaikum” ucap pria itu “Waalaikumsalam” jawab Karina “Mobilnya kenapa mbak?” tanya pria itu pada Karina “Mogok mas, aku juga nggak tahu kenapa bisa kayak gini. Padahal aku lagi buru-buru” ujarnya pada pria itu “Mau aku bantu?” pria itu meminta izin untuk membantu Karina “Silahkan mas” jawab Karina “Baik, tunggu sebentar ya” ucap pria itu Pria yang tak dikenal itu membuka kap mobil Karina untuk mengetahui apa penyebab mobilnya mogok. Setelah menemukan akar permasalahannya, pria itu segera memperbaikinya. Beruntung, tidak ada masalah yang cukup serius pada mesin mobilnya, sehingga mudah untuk diperbaiki. Setelah selesai diperbaiki, kemudian pria itu menutup kap mobilnya kembali dan meminta Karina menghidupkan mobilnya. “Coba kamu starter dulu mobilnya” ucap pria itu Karina membuka pintu mobilnya dan menghidupkan mobilnya. Setelah diperbaiki pria itu, mobilnya sudah kembali menyala. “Akhirnya nyala juga” ucap Karina dari dalam mobil Karina keluar dari dalam mobil dan berterima kasih karena dia sudah mau membantu memperbaiki mobilnya. Karena melihat dia berjalan kaki, Karina yakin bahwa dia warga kampung Kapuk sehingga Karina berani memperkenalkan diri. “Makasih ya, kamu udah mau bantuin aku” ucap Karina “Iya, sama-sama ya. Senang bisa membantu!” jawab pria itu sambil tersenyum Karina memberanikan diri untuk memperkenalkan dirinya pada pria itu. Sebagai dokter di puskesmas nanti, Karina pasti akan lebih sering bertemu dengan warga kampung ini. Karena itu, Karina ingin membangun citra diri yang baik. “Kenalin namaku Karina, kamu bisa panggil aku Karin” ucap Karina sambil mengulurkan tangannya pada pria itu Pria itu tersenyum lalu mengatakan “Maaf, bukan muhrim. Namaku Farhan” sambil menyatukan kedua telapak tangan dengan ujung jari, sebagai pengganti jabat tangan. “Oh iya, maaf ya Farhan. Aku lupa” ucap Karina dengan mencoba tetap tenang meski sebenarnya dia malu “Iya, santai aja. Salam kenal ya” ucap Farhan sambil tersenyum ke arahnya Karin melihat jam tangannya kembali dan semakin panik setelah tahu bahwa sekarang sudah pukul 9.30. Karena tidak ada pilihan lain, Karin meminta tolong lagi pada pria bernama Farhan itu untuk mengantarkannya ke kantor kelurahan. “Farhan, aku tahu kita baru kenal tapi kali ini aku benar-benar butuh bantuan kamu. Aku boleh minta tolong lagi nggak?” tanya Karina “Boleh, kamu mau minta tolong apa? Kalau aku bisa, pasti aku bantuin kok” ucap Farhan yang dengan senang hati mau membantu Karina “Apa kamu bisa nganterin aku ke kantor kelurahan sekarang? Itu sih kalau kamu nggak keberatan” pintanya pada Farhan “Bisa kok. Kebetulan aku juga mau kesana” ucap Farhan Karina dan Farhan pun masuk mobil dan bergegas menuju kantor kelurahan. Karina juga meminta tolong Farhan yang menyetir mobilnya karena Karina tidak mengetahui jalan di kampung ini. Di dalam mobil itulah perkenalkan mereka semakin intens baik Farhan dan Karina sama-sama tidak canggung seolah sudah pernah bertemu sebelumnya. “Ngomong-ngomong kamu ada keperluan apa mau ke kelurahan?” tanya Karina “Pak Lurah bilang hari ini ada penyuluhan kesehatan di kelurahan sekaligus pengenalan dokter di puskesmas nanti. Kampung kami baru punya satu puskesmas dan itupun baru dibangun tahun ini” ucap Farhan Sebenarnya Farhan ingin bertanya ada keperluan apa Karina pergi ke kelurahan, apalagi dia bukan warga kampung. Sayangnya, pertanyaannya tak jadi ditanyakan setelah Karina berulang kali mengalihkan topik pembicaraan. “Kantor kelurahannya masih jauh ya?” tanya Karina “Lumayan lah tapi kalau pakai kendaraan jadi deket kok” jawab Farhan  “Tadinya aku pikir lokasi kantor kelurahan nggak jauh dari tempat mobilku mogok, ternyata masih lumayan ya jaraknya” ucap Karina “Aku nggak bisa bayangin kalau kamu jalan kaki sampai sana, capeknya bisa kayak apa coba” imbuhnya “Aku mah udah biasa jalan kaki. Malahan aku seneng jalan kaki karena sekalian olahraga kan hehe” ucap Farhan “Maaf, emangnya kamu nggak punya kendaraan sendiri?” tanya Karina “Dulu pernah punya mobil tapi udah aku jual. Satu-satunya kendaraan yang aku punya cuma motor tapi dipake adikku kuliah” jawab Farhan Akhirnya, mereka sampai juga di kantor kelurahan. Semntara Farhan mencari tempat parkir, Karina sudah bersiap-siap mengambil jas dokternya yang ada di jok belakang dan langsung memakainya. Setelah memarkirkan mobil, Farhan mematikan mesin mobil dan memberikan kuncinya pada Karina. Farhan sangat terkejut saat melihat Karina mengenakan jas berwarna putih itu. Ternyata wanita yang sedari tadi mengajaknya berbicara adalah dokter yang akan bertugas di puskesmas baru nanti. “Loh, jadi kamu?” ucap Farhan terheran-heran “Iya, aku dokter yang akan ditugaskan di puskesmas baru di kampung ini nanti” jawab Karina “Kenapa kamu nggak bilang dari tadi?” tanya Farhan “Bilang sekarang atau tadi juga sama saja kan hehe” jawab Karina “Ya udah yuk, kita keluar. Udah banyak warga yang nunggu juga tuh” imbuhnya Di Kantor Kelurahan Farhan dan Karina yang berjalan berdampingan menarik perhatian warga. Keduanya tampak bak sepasang kekasih yang sempurna, padahal kenyataannya perkenalkan mereka belum ada satu hari. “Itukan Farhan, kok dia bisa sama bu dokter” ucap salah satu warga “Tapi kenapa mereka kelihatan cocok ya, kayak pasangan serasi gitu” tambah warga lainnya “Bener banget! Yang satu ganteng, yang satu cantik. Udah kayak pasangan artis aja” imbuh warga lainnya Karina segera mencari pak Lurah terlebih dahulu untuk laporan serta memberi tahu beberapa hal penting. Disamping itu, Karina juga ingin diberi arahan terkait tugasnya nanti. Sementara itu, Farhan menyusul warga lain yang sudah lebih dulu disana. “Farhan, lo kok bisa kenal sama Dokter itu? udah kenal berapa lama lo sama dia?” tanya Angga, tetangga kampungnya “Baru juga kenal 1 jam” ucap Farhan “1 JAM?” ucap Angga dengan nada keras sangking syoknya Mendengar itu, semua warga langsung menoleh ke arah sumber suara itu terutama ibu-ibu yang penasaran. Sebagian ibu-ibu tampak berbisik-bisik dan sepertinya akan menjadikan Farhan dan Karina sebagai bahan gosip baru nanti. “Ga, kalau ngomong pelan-pelan dong kan semua warga jadi denger, nanti malah ngira yang macem-macem” bisik Farhan pada Angga “Ya maaf. Lagian aneh aja gitu, masa baru kenal 1 jam udah seakrab itu malah datang berdua lagi, ya wajar dong kalau gue penasaran. Ini baru gue loh, belum ibu-ibu itu” ucap Angga menunjuk beberapa ibu yang memperhatikan pembicaraan dengan Farhan. Setelah Farhan menoleh, ibu-ibu itu langsung mengalihkan pandangannya. “Dasar!” ucap Farhan sambil menggelengkan kepalanya Acaranya kembali dilanjutkan tetapi istirahat sebentar saat waktu dzuhur untuk sholat. Kemudian acaranya berlanjut lagi pada pukul 13.00 siang. Banyak hal yang disampaikan oleh Pak Lurah begitu juga dengan beberapa petugas kelurahan lainnya serta ada imbuhan dari Karina. Setelah memperkenalkan dirinya, Karina menyampaikan beberapa pesan untuk warga agar selalu menjaga kesehatan dan jangan ragu untuk ke puskesmas jika sedang sakit.    *****  3 jam kemudian, acara selesai. Setelah acara selesai dan Karina sudah diperbolehkan pulang, Karina langsung mencari Farhan yang sudah membantunya sehingga acara hari ini berjalan dengan lancar. Karina menoleh ke kanan dan kekiri tapi sama sekali tak melihat ada Farhan disana. “Kemana sih orangnya, apa mungkin dia udah pulang” batinnya Karina sampai bertanya pada beberapa orang yang hendak pulang, termasuk bu Cici. Sepertinya salah besar jika Karina bertanya pada bu Cici karena nanti pasti akan dijadikan bahan gosip, sayangnya Karina tidak mengetahui bahwa dia bertanya pada orang yang salah. “Maaf bu, apa ibu melihat Farhan?” tanya Karina pada ibu yang sedang lewat di sampingnya “Tadi ibu lihat dia sedang sholat ashar. Mungkin sebentar lagi selesai” jawabnya “oh gitu, aku tunggu aja kali ya. Oh iya, makasih informasinya ya bu” ucap Karina “Iya, ibu duluan ya” ucap ibu itu “Hemm… ada bahan gosip baru nih” batin Ibu itu sembari tersenyum sambil berjalan pulang Karina menunggu Farhan di depan mobilnya agar Farhan bisa melihatnya. Setelah menunggu 10 menit, Farhan terlihat juga. Melihat Karina masih ada disana, Farhan langsung menghampirinya. “Kamu belum pulang rin? apa masih ada keperluan?” tanya Farhan “Nggak ada sih, aku masih disini karena nungguin kamu” ucap Karina sambil tersenyum “Nungguin aku? mau ngapain?” tanya Farhan lagi “Sekali lagi aku mau ngucapin terima kasih sama kamu dan aku mau nganterin kamu pulang” ucap Karina “Nggak usah lah rin. Sekarang udah jam 4 sore nanti kamu pulangnya kemaleman lho” ucap Farhan “Han, tolonglah izinin aku buat nganterin kamu. Ini sebagai bentuk terima kasih aku ke kamu dan tanda kalau kita temenan. Kalau kamu nolak, berarti kamu nggak mau jadi temanku dong” ucap Karina “Bukan aku nggak mau tapi aku takut ngerepotin kamu” ucap Farhan “Nggak ngerepotin kok” ucap Karina menarik tangan Farhan untuk masuk ke dalam mobil “Karina!” ucap Farhan sambil memandang ke arah tangan yang dipegang Karina “Ups! Maaf ya, aku khilaf, makannya cepat masuk mobil” ucap Karina  Akhirnya Farhan masuk mobil juga dan mau diantarkan pulang oleh Farhan tapi tetap saja Farhan yang menyetir mobilnya atas permintaan Karina sendiri. Disepanjang perjalanan ke rumah Farhan, Karina banyak bertanya tentang kampung ini. “Kamu kok tau tadi aku belum pulang?” tanya Farhan “Aku tanya ibu-ibu tadi, kayaknya sih dia tetanggamu ya” ucap Karina “Siapa?” “Aku juga nggak tau namanya, soalnya aku lupa nanya” “Ciri-cirinya?” tanya Farhan “Badannya agak gemuk, pakai gelang emas gede-gede, sama punya tahi lalat di bibir” ucap Karina “Nggak salah lagi ini pasti bu cici” ucap Farhan “Kenapa dengan bu cici?” “Nggak apa-apa kok hehe” ucap Farhan Farhan tahu bahwa bu Cici adalah salah satu warga kampung yang hobi bergosip. Farhan hanya khawatir jika nantinya Karina digosipkan dengan dirinya yang jelek-jelek oleh bu Cici. Apalagi sejak kedatangannya dengan Karina, bu Cici tampak senyum-senyum sendiri.  Namun, Farhan tak mau suudzon dan menuduh bu Cici. Meskipun Bu Cici terkenal akan sifatnya yang suka bergosip tetapi Farhan tak mau memberitahukannya pada Karina. Alasannya karena Farhan tidak mau membongkar aib orang lain. Sebaliknya, Farhan selalu berusaha menjaga nama baik orang lain selagi apa yang dibicarakan adalah fakta bukan melebih-lebihkan. Di Rumah Farhan Setelah perjalanan selama kurang lebih 10 menit, mereka sampai di rumah Farhan. Farhan keluar dari mobil, begitu juga dengan Karina. Meskipun tidak mampir tetapi Karina ingin melihat sekeliling rumah Farhan. Rumah Farhan memang tidak terlalu besar tetapi banyak tanaman hijau dan pohon disekitar rumahnya, sehingga tampak alami dan membuat udara terasa lebih sejuk. Tiba-tiba Syifa, adik Farhan keluar dari rumahnya dengan memakai jaket serta memakai masker. Hal ini membuat rasa penasaran Farhan karena tidak biasanya Syifa berpenampilan seperti itu. “Syifa, ngapain dia berpenampilan kayak gitu” ucapnya “itu siapa han?” tanya Karina “Itu Syifa, adek aku tapi kayak ada yang aneh” ucap Farhan Farhan diikuti oleh Karina menghampiri Syifa yang hendak pergi menggunakan motornya. Kemudian Farhan membuka paksa jaket yang menutupi kepalanya serta membuka masker di wajahnya. Begitu terkejutnya ia saat melihat wajah Syifa yang bengkak. “Syifa, mau kemana kamu” ucap Farhan “Apa sih bang, nanti aja ngomongnya Syifa mau pergi ke warung dulu sebentar” jawab Syifa Farhan lalu memberhentikannya dan menariknya dari motor, kemudian membuka masker dan jaket yang menutup kepalanya “Astaghfirullahaladzim, wajah kamu kenapa kayak gini” “Jangan keras-keras bang Farhan! nanti kedengeran sama tetangga kan Syifa jadi malu” ucap Syifa kesal dan langsung memakai masker lagi “Terus kamu mau kemana? katanya malu tapi malah mau keluar rumah” ucap Farhan “Syifa mau ke warung beli obat” jawab Syifa “Emangnya kamu tau ini kenapa dan obatnya apa?” tanya Farhan “Ya nggak tau juga sih tapi bodo amat lah. Syifa mau cari obat apa aja yang penting ini sembuh” jawab Syifa “Eh, nggak boleh ngasal kalau cari obat. Obat itu harus disesuaikan sama jenis penyakitnya. Kalau salah obat, bisa berbahaya lho” ucap Karina  “Nah, denger tuh kata bu Dokter” ucap Farhan “Dia siapa bang?” tanya Syifa “Kenalin aku Karina, panggil aja aku kak Karin. Aku dokter di puskesmas kampung kapuk ini” ucap Karina sambil mengulurkan tangannya “Salam kenal kak, aku Syifa adeknya bang Farhan. Maaf ya kak aku nggak bisa salaman sama kak Karin, takutnya penyakit kulitku ini nular” ucap Syifa Karina tersenyum dan menjawab “Penyakit kamu ini nggak nular kok” kemudian menjabat tangan Syifa “Rin, tolong periksa adek aku dong. Takutnya kenapa-napa” ucap Farhan  “Boleh tapi baiknya di dalem rumah aja kali ya” ucap Karina “Harus dong kak. Kalau diluar rumah juga Syifa malu apalagi kalau ada tetangga yang tahu” ucap Syifa “Ya udah, kita ke ruang tamu sekarang” ucap Farhan Di Ruang Tamu Karina melakukan pemeriksaan sederhana pada Syifa, sama seperti pasien pada umumnya. Jika dilihat dari gejala dan kondisinya, Karina bisa menyimpulkan bahwa Syifa mengalami Urtikaria. “Udah berapa lama kamu ngalamin ini?” tanya Karina “Semingguan sih kak” jawab Syifa “Udah seminggu kok kamu nggak kasih tahu abang?” tanya Farhan “Gimana mau ngasih tahu, soalnya ini kambuhnya pas gak ada abang sih” jawab Syifa “Kalau aku lihat, kamu ini kena urtikaria. Kalau orang Indonesia bilangnya biduran” ucap Karina “Terus penyebabnya apa kak? aku jijik sendiri kalau lihat kulitku kayak gini. Udah bentolnya gede dan merah, masih ditambah gatal lagi” ucap Syifa “Banyak sih penyebabnya tapi yang paling umum biasanya biduran disebabkan karena alergi. Sebenarnya biduran bisa hilang sendiri tapi kalau bikin nggak nyaman, lebih baik beli obat aja. Kamu bisa cari obat di apotik, bilang aja obat anti-alergi jenis antihistamin.” ucap Karina “Oh gitu. Oke deh kak, makasih ya kak informasinya” ucap Syifa berterima kasih pada Karin “Rin, biaya pemeriksaannya berapa?” tanya Farhan “Nggak usahlah han. Cuma gini doang kan nggak usah bayar” ucap Karina  “Jangan gitu dong rin kan aku jadi enggak enak sama kamu” ucap Farhan “Udah nggak apa-apa, pokoknya aku nggak mau kamu bayar. Anggap aja ini balasan karena kamu udah bantuin aku tadi pagi” ucap Karina “Ya udah kalau gitu, makasih ya” ucap Farhan Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 dan ini saatnya Karina untuk pulang. Karina lalu berpamitan pada Farhan dan Syifa. ****** Sebagai seorang marbot, Farhan memang lebih banyak di masjid. Farhan bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan masjid. Selain itu, ada kalanya Farhan juga mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan ibadah seperti adzan dan menjadi imam sholat. Jika ustadz Shadiq berhalangan hadir, Farhan lah yang menggantikannya sebagai imam. Selain itu, terkadang Farhan juga membantu mengurus jenazah. Sebenarnya Farhan diminta untuk menetap di salah satu bagian dalam masjid yang diperuntukan untuk marbot tapi karena jarak masjid yang sangat dekat dengan rumahnya, Farhan lebih memilih tinggal di rumah. Lagipula ia juga tidak mau meninggalkan adik semata wayangnya sendirian dirumah. Yang terpenting, Farhan selalu menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai marbot dengan baik. Farhan baru saja pulang dari masjid pukul 06.30 dan melihat meja makan masih kosong. Farhan meminta Syifa membeli lontong di warung mbok ijem. Lokasi warungnya tidak begitu jauh dari rumah mereka, sehingga Syifa memilih jalan kaki saja. “Syif, tolong beli lontong di rumah mbok ijem ya. Ini uangnya” ucap Farhan dengan memberikan uang pada Syifa “Siap bang!” jawab Syifa kemudian bergegas pergi menuju warung mbok iyem Saat menuju warung mbok ijem, ada hal yang menghalangi Syifa. Ada beberapa ibu-ibu yang sepertinya sedang membicarakannya kakaknya. Syifa bersembunyi dibalik pohon sambil mendengarkan ibu-ibu terutama bu cici yang bergosip saat membeli sayur mayur di tukang sayur. “Ibu-ibu tau nggak ternyata Farhan itu pacaran sama dokter Karina lho” ucap bu Cici “Masa sih bu? bukannya mereka baru kenal?” tanya Sarmin, tukang sayur disana “Ih beneran lho bu. Kemarin dokter Karina aja sampai nungguin Farhan selesai sholat ashar, pasti dia mau mampir ke rumahnya” ucap bu Cici “Kok dokter Karina mau ya sama Farhan” ucap ibu lain “Ya mau lah, orang farhannya aja ganteng. Gak apa-apa miskin yang penting ganteng” jawab ibu lain “Memangnya kau pikir dokter Karina tak cantik apa? Wanita secantik dokter Karina pasti bisa dapetin cowok ganteng dan kaya raya. Nggak kayak Farhan, ganteng doang nggak berduit haha” ucap ibu lain “Jangan salah bu, kalau Farhan jadi sama Dokter Karina kan dia juga kecipratan kaya” ucap bu Cici Ucapan ibu-ibu itu membuat Syifa sakit hati, apalagi yang mereka katakan sama sekali tidak benar. Dengan beraninya Syifa menghampiri ibu-ibu itu dan melabrak mereka tanpa pandang bulu. “Heh, ibu-ibu tukang gosip! Kalau ngomong jangan sembarangan ya, bang Farhan itu nggak ada apa-apa sama kak Karin!” ucap Syifa yang begitu kesal dan marah dengan sikap ibu-ibu itu “Nggak ada apa-apa tapi kamu manggilnya udah kakak ya? wah, pasti bentar lagi nikah nih ibu-ibu Farhan sama dokter Karina” ucap bu Cici “Tahan-tahan jangan emosi” batin Syifa “Ibu-ibu, saya memanggil kakak karena emang dokter Karina yang minta. Saya tegaskan sekali lagi ya ibu-ibu, bang Farhan sama dokter Karina tidak ada apa-apa” ucap Syifa “Udahlah Syif, nggak usah di tutupin kayak gitu. Kalau mereka emang pacaran ya biarin aja lah. Justru warga kampung sini malah mendukung hubungan mereka lho. Iya kan ibu-ibu?” ucap bu Cici pada 4 ibu-ibu lain yang sedang berbelanja di tukang sayur itu “Bu, saya ini adiknya bang Farhan. Jadi saya yang lebih tahu, bukan bu Cici” ucap Syifa penuh emosi sampai menunjuk-nunjuk bu Cici dengan tangannya Tak terima, bu Cici balik marah bahkan sampai mendorong Syifa hingga jatuh “Heh, kamu ini cuma anak kecil, yang sopan dong sama yang lebih tua!” “Awwww” Syifa terjatuh Syifa bergegas bangun dan membersihkan pakaian serta tangannya yang kotor karena terkena tanah Syifa berdiri lalu mengatakan “Buat apa sopan sama orang yang nggak bisa sopan sama orang lain. Kalau mau dihargai ya ibu juga harus mau menghargai orang lain dong!” ucap Syifa yang tersulut emosi “Bener-bener nih anak harus dikasih pelajaran” ucap bu Cici yang ingin mencoba menyerang Syifa tapi dihalangi oleh ibu-ibu lain “Bu cici, sabar bu, sabar!” ibu-ibu memegangi bu Cici agar tidak lepas kendali apalagi yang ia hadapi tidak sebanding dengan dirinya Agar tidak berlarut-larut, bu Cici pergi dengan membawa sayur dan daging ayam belanjaannya “Halahhh!”  “Bu, bayar dulu bu” ucap tukang sayur “Ngebon dulu” jawab bu Cici sambil berjalan pergi “Kalau emosi boleh tapi belanjaan harus tetap dibayar bu” ucap tukang sayur itu Bu Cici berbalik badan dan berkata “Heh, lo nggak liat gue lagi emosi? Kalau gue bilang ngutang dulu, ya ngutang dulu, ngerti lo!” Tukang sayur hanya pasrah dan tak bisa berbuat apa-apa karena kalau bu Cici sudah marah dia bisa melakukan apa saja yang membahayakan orang lain. Disamping itu, Syifa bergegas pergi karena dia harus segera membeli lontong di warung mbok Ijem.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TETANGGA SOK KAYA

read
51.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

Perceraian Membawa Berkah

read
17.2K
bc

Anak Rahasia Suamiku

read
3.4K
bc

KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU

read
60.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook