bc

My Secret Roommate

book_age18+
20.9K
FOLLOW
127.6K
READ
forbidden
playboy
submissive
brave
comedy
sweet
bxg
humorous
coming of age
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

Series playboy ketiga.

series pertama : My Ceo Crazy Game (Bara-Gita)

series kedua : Married A Playboy (Sandra-Leon)

series keempat : My Love, My Enemy (Sean-Inara)

Himpitan ekonomi dan situasi yang serasa mencekik, memaksa seorang Rania Isabella menempuh jalan pintas. Ia menjual keperawanannya demi membayar utang pada rentenir, jika tidak bisa membayar maka ia harus mau menerima pinangan bos rentenir yang sudah berumur lima puluh tahun untuk dijadikan istri kelima.

Jelas Rania tidak mau. Seandainya saja mendiang kedua orangtuanya tidak membebaninya utang piutang tersebut, mungkin ia tidak akan memakai cara sesat untuk mendapatkan uang. Nyatanya meski Rania menyicil setiap bulan dengan gajinya sebagai karyawan di perusahaan swasta, utang-utang itu bukannya lunas malah semakin membengkak dengan bunga yang semakin mencekik.

Oleh karena itu Rania nekat menempuh jalan pintas, meski tahu konsekuensi terburuknya. Di saat ia sudah membulatkan tekad, tiba-tiba saja Rania meragu ketika mengetahui siapa yang telah membeli keperawanannya. Orang itu bosnya sendiri, Rehan Dirgantara.

Lantas, akankah Rania tetap dengan keputusannya atau justru mundur?

chap-preview
Free preview
Prolog
Sorot lampu disko menyambut, ketika kaki jenjang itu mulai menapaki jalan lurus ke depan meja bar. Pakaiannya terlihat seksi dengan gaun pendek bewarna merah menyala, menunjukkan betapa mulusnya paha yang selalu tertutupi oleh celana bahan. Bahu yang indah, dan gumpalan balon udara yang sedikit mengekspose diri di balik gaun tipis bertali kecil itu. Jalannya yang begitu gugup justru menarik perhatian para pasang mata yang menatap liar lekukan tubuhnya, mata mereka menjelajahi setiap jengkal bentukan tubuh sempurna dari seorang wanita dewasa. Menciptakan ketertarikan dan kebangkitan hasrat menggebu para pemangsa di sekitarnya, mengalihkan fokus sepenuhnya para mata keranjang yang tak henti-hentinya berdecak kagum. Memuji keindahan tubuhnya yang berhasil membuat ketegangan pada tongkat-tongkat sakti yang butuh belaian. Keramaian di dalam ruangan itu justru seakan mencekik leher, menimbulkan ketegangan luar biasa seakan nyawanya sebentar lagi akan dicabut. Peluh keringat bercucuran, matanya terus bergerak gelisah setiap kali para lelaki buaya menggodanya secara terang-terangan. Hingga akhirnya ia bisa menghela napas lega, ketika kakinya berhasil menyeretnya sampai depan meja bar. "Why?" Seorang bartender wanita menyambutnya, tersenyum geli melihat ekspresi gusar yang tampak jelas di raut wajahnya. "Apa kau gugup sekarang? Masih ada waktu untuk mundur, Rania," ucapnya sembari memberikan segelas orange juice kepada wanita di hadapannya, wanita yang ia panggil dengan nama Rania. Rania Isabela. Wanita berusia dua puluh lima tahun yang masih betah melajang, terlalu lugu dan polos untuk mengenal dunia malam. Namun, nyatanya ia justru nekat datang ke klub malam dengan pakaian serba minim dan menarik minat para pejantan yang siap memangsanya. Bukan tanpa alasan Rania nekat datang ke klub malam dengan pakaian yang jelas tak nyaman dipakai. Rania yang biasa memakai celana bahan model kulot dan pakaian casual berlengan panjang, atau blouse sederhana yang sedikit membuat penampilannya lebih hidup. Namun, seakan menentang hukum alam, kali ini Rania justru berpakaian sebaliknya. Gaun pendek sepaha, membalut tubuh kurusnya yang dipaksa tak memakai bra, hanya sebuah cup untuk melindungi squishy kenyalnya. Jelas itu membuat Rania tak nyaman, apalagi bagian punggungnya yang terbuka, membuat ia menggigil kedinginan karena udara malam yang serasa menusuk kulit. Sayangnya keputusan Rania sudah bulat, malam ini ia akan memberikan miliknya yang paling beharga. Alasan ia sampai nekat datang ke klub malam, menemui seseorang yang akan menerimanya untuk pertama kali. "Halo, Rani Isabela." Bartender cewek dengan tato mawar di lengannya melambaikan tangan ke depan wajah Rania, menyentak wanita itu dari lamunannya. "Sebaiknya kau pulang saja. Kau benar-benar terlihat menyedihkan, mana mungkin kau akan menemui orang itu dengan penampilan seperti ini." Rania menatap bingung bartender itu yang tak lain sahabatnya sejak SMA, Kayna. Tapi orang-orang di sini lebih mengenalnya dengan nama Rose, karena tato mawar merah yang ada di lengannya. Ciri khas yang dimiliki oleh Kayna. "Kayna," panggil Rania dengan nada merendah, seakan suaranya yang lirih bersaing dengan suara dengungan nyamuk. Tapi meski begitu, Kayna masih cukup mendengarnya. "Apa? Kau mau membatalkannya?" tebak Kayna yang dari awal ragu akan keputusan sahabatnya. Jelas saja ia ragu, bagaimana bisa seorang Rania yang jomlo akut, tak pernah pacaran, tiba-tiba ingin menjual keperawanannya. Seriously? Kayna sempat speechless, setelah mendengar keinginan sahabatnya itu. Bahkan Rania juga memintanya untuk mencarikan orang yang mau membayar lima ratus juta untuk miliknya yang masih bersegel. Awalnya Kayna pikir Rania hanya bergurau, tapi wajah putus asa dan kefrustasian gadis itu membuat ia akhirnya percaya dan memutuskan untuk membantu. Beruntung pekerjaan sebagai bartender mempermudah kayna untuk mencarikan Rania pembeli. Koneksi Kayna yang cukup baik, akhirnya membuahkan hasil. Hanya butuh semalam ia langsung menemukan pembeli yang berani membayar lima ratus juta untuk barang yang masih bersegel itu. Namun, Kayna tetap ragu kalau Rania benar-benar akan menjual miliknya yang paling beharga. Mahkotanya yang ia jaga selama ini, bahkan belum terjamah oleh siapa pun. Kayna juga tak tega sebenarnya, ia tahu seperti apa lugu dan polosnya Rania. Ia juga menyangsikan kalau gadis itu bisa melakukan adegan dewasa yang tak pernah ia tonton sebelumnya. Tapi apa daya, tuntutan keadaan dan keterbatasan yang menghimpit, membuat Kayna tak dapat menolong Rania dari kemalangannya. "Ran, sebaiknya kau pikirkan lagi. Jangan sampai kau menyesalinya," kata Kayna, kembali mengingatkan untuk kesekian kali. Rania mendesah berat, menelan kasar ludahnya. Ia menatap kosong gelas orange juice yang ada di depannya, lalu bergumam pelan. "Sepertinya aku akan jauh lebih menyesal jika harus menerima lamaran si tua bangka itu." Kayna tahu segamang apa perasaan Rania. Keadaan yang memaksa Rania untuk menentukan pilihan, mendapatkan uang lima ratus juta dalam waktu tiga hari atau menjadi istri kelima dari seorang bos rentenir yang sudah menginjak umur lima puluhan. Nikah siri, sama aki-aki, masih dipoligami lagi. Nggak nanggung-nanggung dijadiinnya bini kelima. Jelas tidak sudi! "Enggak!" Rania tiba-tiba menggebrak meja bartender, membuat beberapa orang yang duduk di sebelahnya menoleh. Rania tak peduli, ia malah mencondongkan kepalanya ke depan Kayna. "Aku nggak akan mundur, Kayna. Keputusanku sudah bulat, aku akan menjualnya malam ini," bisik Rania, mantap. Kayna menaikkan sebelah alisnya, menyangsikan ucapan Rania. "Kau yakin? Kau tak ingin————" Rania membungkam bibir Kayna dengan telunjuknya, dan satu telunjuk lainnya menekan bibirnya sendiri. "Sssuuut!" Sontak saja Kayna menyingkirkan tangan Rania dari bibirnya, berdecak kesal karena kelakuan Rania. "Beri aku minuman yang bisa membuatku melayang," pinta Rania. "Apa?" Kayna jelas terkejut. Lagi, Rania meminta sesuatu di luar nalar, di luar kebiasaannya. "Untuk apa?" Rania berdecak, disusul dengkusan kasar. "Berikan saja! Kenapa malam ini kau begitu bawel." Kayna mendengkus pelan, mengalah. Ia menuruti saja apa kemauan sahabatnya itu. "Jangan banyak-banyak kau bisa mabuk," ucap Kayna, menyodorkan segelas vodka pada Rania. Rania tanpa ragu menenggak habis gelas yang disodorkan Kayna, mendesah keras ketika rasa kebas menyengat di tenggorokannya. Kayna sampai menutup mukanya dengan nampan, saking malunya dengan sikap konyol Rania yang baru pertama kali meminum minuman laknat itu. Namun, Rania tak sedikitpun terpengaruh akan tatapan orang-orang kepadanya. Ia beranjak dari duduknya, lalu bertanya pada Kayna. "Apa orangnya sudah datang?" Kayna menganggukkan kepala, memberikan selembar kertas pada Rania. "Ruang VVIP, lantai tiga, nomor  5. Ruangannya ada di paling ujung, jangan sampai salah masuk kamar, mengerti." Kayna memperingati sebelum Rania pergi. Rania mengangguk antusias, tersenyum lebar pada kertas yang sudah berpindah ke tangannya. "Penyelamatku," gumam Rania. Efek minuman yang diminum Rania sebelumnya, membuat kepalanya agak berat tapi langkah kakinya seringan bulu. Tak ada keraguan ketika ia keluar dari lift, melangkahkan kakinya menuju ruangan di paling ujung. Ia mengenyahkan semua keraguan dan pikiran-pikiran yang mengusik, menggantikannya dengan beribu-ribu motivasi yang menyugesti dirinya kalau semua penderitaannya akan berakhir. Rania berhenti di depan pintu, merapikan pakaian dan rambut panjangnya yang tergerai. Lalu ia menarik napas kuat-kuat, mengembuskannya perlahan. "Oke, Rania. Kamu pasti bisa. Cuma sekali, dan semua masalah akan terselesaikan. Dari pada kau harus menanggung beban mental seumur hidup dengan menikahi si tua bangka itu!" Rania bergidik, membayangkan dirinya jadi istri kelima sang bos rentenir membuatnya ngeri sendiri. Apalagi kalau hal itu benar tejadi, mungkin ia akan memilih mengakhiri hidupnya sebelum malam pertama. Rania memegang erat gagang pintu ketika sahutan dari dalam menyuruhnya masuk. Ia mendorong perlahan daun pintu, cahaya temaram di dalam kamar menyambutnya. Rania berdiri di depan pintu, menatap seorang laki-laki yang duduk membelakanginya. Laki-laki itu memegang gelas wine di tangannya, menatap ke luar kaca besar di depannya. Hamparan keindahan malam kota Jakarta yang nampak jelas dari atas sini. Tak heran jika lelaki itu begitu betah melihat ke luar. "Selamat malam, Tuan." Meski gugup, Rania mencoba sebisa mungkin untuk menyapa calon pembelinya. Laki-laki itu hanya bergumam pelan. Respon yang datar membuat Rania dirundung kegugupan, tapi ia sebisa mungkin menghalau perasaan gugup itu dan tetap memperkenalkan dirinya. "Perkenalkan nama saya Rania, Rania Isabela. Anda bisa memanggil saya dengan nama Rania," ucap Rania, agak canggung. "I know," sahut laki-laki itu. "Ya?" Rania bingung akan respon lelaki itu. Mustahil 'kan kalau ternyata mereka saling kenal. Seingatnya ia tak punya kenalan orang kaya, bahkan kenalan laki-laki saja bisa diitung jari. Mentok-mentok tukang galon sama tukang gas yang sering datang ke rumahnya. Satu lagi, jangan lupakan abang kurir yang tak bosan-bosan datang ke rumah Rania, apalagi ketika ia habis gajian. Rania makin penasaran, jelas ketiga laki-laki yang ia maksud pasti bukan mereka bertiga. Mana mungkin mereka sudi mengeluarkan uang lima ratus juta hanya untuk membuka segelnya, kalau para cabe-cabean saja memasang tarif obral lima puluh ribu. Lagian uang dari mana mereka? Nggak mungkin juga 'kan abis menang lotre. Dari pada membeli segelnya, mungkin mereka lebih memilih cari seorang istri dan hidup bahagia. Andai hidup semudah itu, Rani tidak akan ada di dalam ruangan ini. Lelah menerka-nerka dan hanya menimbulkan spekulasi tanpa kejelasan. Lantas, Rania memberanikan diri untuk bertanya. "Maaf sebelumnya, apakah Anda mengenal saya? Atau kita saling kenal, atau pernah bertemu?" Laki-laki itu mendengkus geli, meletakkan gelas wine ke atas meja di sampingnya. Lalu menyahuti pertanyaan Rania. "Kau ingin tahu jawabannya?" "Em ...." Meski ragu, Rania menganggukkan kepala. "Iya." "Baiklah, mari kita lihat. Jawaban yang mana darimu yang benar." Laki-laki itu memutar kursi yang didudukinya, menghadap ke arah Rania yang masih berdiri di depan pintu. Rania tak bisa melihat dengan jelas wajah lelaki itu. Ruangan yang hanya mengandalkan cahaya lampu tidur, jelas membuat matanya tak mampu melihat lebih jauh. Apalagi posisi laki-laki itu yang sulit di akses oleh cahaya. Tapi tiba-tiba saja lampu kamar menyala, dan saat itulah mata Rania melotot ketika matanya beradu pandang dengan mata laki-laki itu. "Hai, Rania. Apa kau mengenalku?" Lelaki itu menyapa Rania, tersenyum manis kepadanya. Rania tak berkutik, kedua kakinya tak dapat digerakkan. Ia membeku sesaat, matanya melebar dan mulutnya bergumam pelan. "Boss?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook