bc

Unfinished Love

book_age18+
998
FOLLOW
13.0K
READ
revenge
escape while being pregnant
second chance
CEO
doctor
sweet
icy
office/work place
betrayal
like
intro-logo
Blurb

Kate tidak pernah menyangka kalau setelah terluka, ia masih tetap mencintai orang yang sama. Bertahun-tahun menyiapkan diri untuk menghadapi masa lalunya, ia harus mengaku kalah oleh setitik rasa yang masih tertinggal jauh di sudut hatinya.

Ia kembali membuka hati, tapi sesuatu menghalanginya. Pria itu kini adalah calon suami dari saudar kembarnya, Kyra.

Apa yang harus ia lakukan? Antara saudara dan cinta, siapa yang harus ia lepaskan?

chap-preview
Free preview
Prolog
        “Yang paling nyata dari sebuah kehilangan adalah rasa sakit yang terus melekat sempurna.”         *           Hari ini tepat sepuluh tahun belahan jiwaku terkubur di dalam tanah. Terkubur? Memikirkannya membuat hatiku selalu berdenyut nyeri. Menguburkan satu nyawa dengan tanganku sendiri memang tidak pernah terlintas di dalam pikiranku. Hanya saja saat menatap gundukan  tanah yang kini sudah ditumbuhi rumput itu, rasanya ini sungguh bukan mimpi.         Nyata. Senyata angin yang kurasakan menusuk kulitku, menerbangkan beberapa helai rambutku dan juga senyata air mataku yang sudah menganak sungai. Hal ini sudah lama berlalu, tapi air mataku seperti tidak pernah habis hanya untuk menangisinya. Sakitnya masih membuatku sesak dan sulit untuk bernapas.         Kepergiannya benar-benar membuatku mengerti tentang konsep kehilangan yang sesungguhnya, karena sejak kecil hingga usiaku pantas untuk mendapatkan kartu identitas sendiri, aku memiliki kehidupan yang sempurna. Di rumah, aku mempunyai ibu yang cekatan meskipun ia seorang wanita karir, hidupnya bisa berimbang antara rumah tangga dan pekerjaan. Selain ibu, ada ayah yang selalu menjadi kebanggaanku. Seorang family man, tampan rupawan juga kaya. Dan yang terakhir, aku mempunyai Kyra, saudari kembarku untuk tempatku berbagi.         Seumur hidup aku selalu dikelilingi oleh orang-orang kusayangi. Tidak pernah sekalipun aku merasakan kehilangan sosok ayah meski dia terkenal gila bekerja. Tidak juga merindukan seorang ibu karena kesibukannya yang tak pernah reda. Tidak pula merasa kesepian ketika kebetulan kedua orang tuaku sedang ke luar kota.         Aku merasakan semua itu sampai suatu ketika kehadirannya di dalam tubuhku mengubah segalanya. Keberadaanya baru hitungan minggu saat aku mengakui tentang kehamilanku kepada keluargaku. Seperti reaksi orang tua pada umumnya, ibuku terkejut luar biasa mendengar salah seorang putrinya tengah mengandung di luar nikah. Sementara untuk ayahku, murkanya membuatku tidak bisa bertemu lagi dengan mereka selama bertahun-tahun.         “Neng, Kate?” sapa seseorang dari belakangku.         Sejenak aku terdiam, mengusap air mataku lalu mengatur raut wajahku sebelum berdiri dan berhadapan dengan seorang pria paruh baya. Aku mengenalnya saat pertama kali datang ke area pemakaman ini dan aku tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan beliau saat tahun sudah silih berganti.         Aku menatapnya dan tersenyum. Wajahnya masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu, meski kini keriput sudah menghiasi wajah tuanya. Tapi memang sudah seperti itu garisan hidup, menjadi tua tidak akan lepas dari keriput dan melemahnya semua tenaga.         “Pak Ujang,” ucapku menyapa.         “Ternyata memang neng.” Pak Ujang membalas senyumku, “Bapak takut salah orang, soalnya beda banget sama yang dulu.”         Aku melebarkan senyum, dalam hati membenarkan ucapan pak Ujang. Aku yang dulu hanya gadis delapan belas tahun, baru diusir dari rumah kemudian kehilangan separuh nyawa karena kehilangan buah hati. Tentu saja penampilanku seperti mayat hidup, raungku menggema ke seluruh area pemakaman. Berbeda jauh dengan diriku saat ini, aku sudah dewasa dalam mengontrol emosi meski lepas kendali ketika sendiri.         “Apa kabar, Pak?”         “Saya baik, Neng,” jawab pak Ujang. “Neng bagaimana?”         “Saya baik, Pak.” Aku membenarkan posisi tas di lengan kiri, kemudian kembali berbicara, “Terima kasih sudah menjaga anak saya selama ini.”         Pak Ujang melirik ke gundukan yang ada di belakangku, kemudian ia kembali menatap ke arahku dan menjawab, “Sama-sama, Neng.”         “Sudah sore, Pak. Saya pamit pulang dulu, ya.”         Pak Ujang mengangguk. Dia tidak bicara lagi, melainkan memberikan senyum hangatnya lagi. Setelah membalas senyum dengan cara yang sama, aku pun melangkah pergi. Membawa kembali sesak yang masih berkecamuk di dalam hati. Kadang kala aku berpikir, sampai kapan aku merasakan ketidakrelaan ini? Mungkinkah untuk selamanya?         *         “Habis dari mana?” tanyaku kepada Jessi yang terkapar di sofa, sementara di sampingnya terdapat beberapa papper bag dengan logo-logo terkenal.         “Shopping.”         “Masih punya waktu untuk shopping?”         “Hmm ....,” gumamnya panjang, terlihat malas untuk bicara.         Aku benar-benar tidak habis pikir dengan kebiasaan Jessi yang satu itu. Setiap awal bulan ia akan selalu ke sana ke mari untuk menghambur-hamburkan uang. Nanti setelah tanggal tua, ia akan menyadari keborosannya dan berjanji untuk berubah di bulan berikutnya. Tentu saja janji itu ia langgar lagi.         Pikiranku teralihkan ketika mendengar suara pintu terbuka, setelahnya disusul oleh kemunculan Abel yang sedang menenteng banyak tas belanjaan. Kemungkinan terbesar adalah persediaan cemilan dan kemungkinan lainnya persediaan es krim.         “Uang gue habis, baju pesta sialan. Mahalnya nggak manusiwi banget,” rutuknya ketika menghempaskan diri di atas sofa di samping Jessi. Dengan satu tangan ia meletakkan satu papper bag  di samping punya Jessi.         Dahiku berkerut, tas belanjaan mereka memiliki logo yang sama. Sepertinya kali ini berbeda. Rutinitas awal bulan perempuan itu tidak hanya mengisi lemari makanannya tapi juga lemari pakaiannya.         “Kamu membeli baju?” tanyaku melihat ke arah Abel.         “Gaun,” katanya kesal.         “Gaun?”         Secara serempak Jessi dan Abel menatap kaget ke arahku. Mereka menatapku seolah tidak percaya akan keberadaanku di dunia ini.         “Lo belum beli gaun?” tanya Abel.         Aku mengernyitkan dahi.         “Dia nggak akan tahu, coba lo jelasin aja,” suruh Jessi malas.         “Nanti malam kita harus datang ke peresmian Brian’s Operation,” jelas Abel.         Satu pemahaman masuk ke dalam benakku. Brian’s Operation adalah tim khusus yang baru dibentuk dan akan diperkenalkan secara resmi kepada seluruh negeri. Tim yang beranggotakan beberapa dokter dengan keahlian yang di atas rata-rata tersebut segaja dibentuk untuk melakukan operasi-operasi sulit.         Melihat persiapan mereka berdua, sepertinya aku tidak menyadari kalau acara itu akan dilaksanakan malam ini. Aku dan pesta sebenarnya tidak terlalu berteman akrab, tidak seperti Jessi yang tergila-gila dengan pesta. Karena tujuan utamanya adalah untuk mencari pengusaha kaya raya dan menjadikannya kekasih hati. Namun sepertinya semesta belum sebaik itu untuk Jessi, karena sampai hari ini yang mendekatinya kebanyakan pengusaha-pengusaha kaya yang sudah beristeri.         Begitu juga dengan Abel. Manusia dengan spesies wanita berambut pendek itu hanya menjadikan pesta untuk ajang mencicipi semua jenis makanan. Oleh karena itu, Jessi dan Abel mempunyai radar yang tinggi jika menyangkut soal pesta. Dan ibarat perang, mereka menyiapkan diri dengan sangat maksimal untuk urusan yang satu itu.         “Belum beli gaun, kan, Lo?” tanya Abel.         Aku menggeleng. “Gaunku yang lama masih layak pakai.”         Abel dan Jessi kembali serempak mengangguk.         “Sudah kuduga.” Mereka juga bergumam hampir bersamaan.         “Bukankah kalian membutuhkan waktu untuk bersiap-siap?” tanyaku. “Ini sudah hampir setengah enam.”         “Setengah enam?”         “Iya,” jawabku.         Seperti robot yang sudah di atur pergerakannya, kali ini mereka juga merespons dengan kompak. Berdiri dan berjalan menuju kamarnya masing-masing.         *

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook