ELMIRA

Seorang gadis tengah tertunduk pasrah di hadapan semua orang terlebih di hadapan seorang penghulu. Ayah sang gadis berada di sisi kiri sang penghulu. Sementara sang ibu berada di belakang sang gadis. Dengan polesan make up tipis. Wajah gadis itu terlihat sangat cantik namun bukan senyum yang nampak melainkan wajah yang suram.   Elmira Permata Raharja gadis berusia 22 tahun yang harus menikahi seorang pria berusia 30 tahun. Pria dengan wajah yang tampan. Sorot mata yang tajam. Alis yang tebal, senyum yang sinis seakan mengejek pernikahan ini. Atau lebih tepatnya mengejek Elmira yang ada di sampingnya?   Elmira tidak berani melihat lebih jauh lagi karena perasaan sangatlah tak nyaman. Ingin cepat ia selesaikan ini dan pergi dari sana. Ia tak sanggup berlama-lama duduk di samping pria yang bahkan belum ia kenal selama seminggu. Mereka hanya bertemu dua kali dan hari ini mereka sudah melangsungkan pernikahan.   Elmira tau kenapa ini semua terjadi. Yang Elmira tidak tahu kenapa pria yang kini akan menjadi suaminya menerima pernikahan ini padahal pria itu bisa saja menolaknya. Apakah ia juga sama mendapatkan penekanan dari orang tua? Kalau dilihat dari karakter pria tersebut hal itu tidaklah mungkin. Ia seperti pria dewasa lainnya yang mampu menolak pernikahan tidak pantas ini.   Kalau untuk Elmira ia tidaklah mungkin mampu menolak karena jika Elmira menolak maka orang tuanya akan masuk penjara karena hutan yang tak terbayar.   "Saya terima nikah dan kawinnya Elmira Permata Raharja dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!"   "Sah."   Elmira menoleh kaget. Sejak kapan penghulu mengucap akad itu. Dan itu artinya, Elmira kini sudah resmi menjadi istri dari pria yang bahkan Elmira lupa namanya?   "Silahkan masukkan cincin pernikahannya." Pria itu meraih cincin dari kotaknya dan menggamit jemari Elmira dengan agak kasar lalu memasukkannya dengan malas. Elmira pun melakukan hal yang sama dengan tangan yang bergetar. Pria itu nampak mengeraskan rahangnya tanda tak sabar. Elmira buru-buru memasang cincin itu dan kembali menunduk.   "Kecuplah keningnya." Elmira tersentak sementara sang pria yang kini menjadi suaminya menarik nafas dalam. Ia menoleh dan melihat kening Elmira. Dalam hitungan detik kening Elmira terasa dingin oleh sebuah kecupan. Hanya seperkian detik. Dan semua tamu undangan bertepuk tangan gemuruh.     *****   Resepsi berjalan lancar walau Elmira harus menahan segala gejolak hatinya dengan senyum di wajahnya. Mertua Elmira selalu mengingatkan Elmira untuk tersenyum. Sementara sang pengantin pria asik mengobrol dengan kawan-kawannya. Tak peduli tamu undangan yang datang dan memberi selamat.   Hanya Elmira yang berdiri di atas pelaminan menyambut tamu dengan senyum palsunya. Tidak ada satu pun teman Elmira yang datang. Karena tak ada satu pun yang Elmira undang. Ia tak mau pesta pernikahan ini menjadi heboh karena teman Elmira. Ia mau pernikahan ini berjalan tenang sesuai mandat orang tuanya.   Elmira lelah berdiri karena tamu tak kunjung habis. Mereka terus berdatangan. Hingga Elmira hampir limbung. Untunglah sang ayah Sidik sigap menangkap tubuh Elmira.   "Terima kasih, ayah." Elmira langsung berusaha berdiri tegak kembali dan menyalami tamu undangan yang tak ia kenal. "Jangan sikapmu, jangan bikin malu," bisik sang mama mertua. Elmira menggigit bibirnya kuat-kuat dan mengangguk paham.   Elmira melirik pria yang berstatus suaminya itu di depan matanya. Mereka nampak asik mengobrol tanpa perlu khawatir tentang kursi pelaminan yang di tinggalkan. Seakan pengantin pria hanyalah tamu undangan yang bebas mengobrol sesuka hati.   Elmira mengusap air matanya perlahan karena takut riasannya luntur.     ***** Malam semakin larut. Acara pesta sudah selesai. Elmira di persilahkan untuk masuk ke dalam kamar hotel yang sudah di pesankan. Elmira duduk di ranjang dan memijat kakinya yang sakit.   Tak lama pintu terbuka dan masuklah pria berstatus suami Elmira. Ia membuka kemeja dan celananya dengan santai. Ia lempar begitu saja lalu tanpa repot melirik Elmira ia langsung tidur di ranjang. Dengan tubuh hanya ditutup celana dalam.   Elmira langsung membuang muka dan berdiri. Ia berjalan ke arah meja rias dan membuka semua riasan yang ada di kepala. Lalu menghapus make-up yang menghiasi wajahnya. Ia merasa enteng setelah melakukan itu. Elmira melirik lemari yang ada di samping meja rias. Ia membukanya dan mengambil satu piyama pria. Karena piyama perempuan terlihat sangat tidak sopan.   Elmira masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti pakaiannya. Ia juga membasuh wajahnya dengan air dari wastafel. Ia merasa segar kembali dan bersiap untuk tidur.     *****   Finn Henry yang kini telah sah menjadi suami Elmira terbangun dari tidurnya dan merasakan haus yang sangat. Ia merasa tenggorokannya kering dan harus segera meminum air. Ia bangun dan dengan malas berjalan ke arah bufet yang di atasnya terdapat seteko air putih.   Saat ia menuangkan air ke dalam gelas sudut matanya menangkap sosok perempuan yang tengah tidur di sofa tanpa selimut. Padahal ruangan ini cukup dingin. Finn meneguk air meneralnya dan berjalan mendekat setelah menaruh gelas di samping teko.   Ia melihat perempuan yang tertidur di sofa itu dengan pandangan tak suka. "Perempuan rendahan!" Finn pun kembali ke ranjang dan tidur di sana.