bc

Elysium

book_age16+
3.1K
FOLLOW
13.3K
READ
adventure
dark
goodgirl
drama
tragedy
bxg
moon goddness
medieval
mythology
sword-and-sorcery
like
intro-logo
Blurb

Eleanor berjumpa dengan seorang pemuda yang dikutuk oleh naga putih. ?Sudah kuputuskan,? katanya. ?Kau akan menjadi milikku.?

Demi mencari bunga yang dipercaya mampu menghilangkan segala jenis kutukan, elysium, Eleanor malah dipertemukan dengan seorang pemuda tampan yang posesif bernama Natas.

Eleanor yang tertutup dan cenderung berpikiran murung.

Natas yang penuh percaya diri dan selalu mengeluarkan komentar sarkartis.

Akankah mereka berdua berhasil menemukan elysium, atau ... hal lain yang disebut dengan cinta?

chap-preview
Free preview
Prolog
Dahulu kala, hiduplah seekor naga perkasa bernama Anum Ra. Naga bersisik merah menyala dengan kedua mata berwarna violet. Para fana menyebutnya sebagai sang api, sedangkan naga-naga dari Utara memanggilnya dengan Anum Ra sang penguasa Pantai Besi. Para manusia meyakini embusan napas Anum Ra mampu memusnahkan sebuah pulau, kibasan sayapnya akan mendatangkan badai, dan jika Anum Ra murka, tak satu pun makhluk berani mendekat. Dialah si naga perkasa, Anum Ra si api abadi. Anum Ra terkenal akan kesenangannya pada p*********n, tak terhitung jumlah kota di Euthoria musnah terbakar. Manusia, ternak, bangunan, dan pepohonan—tidak ada yang tersisa. Semua kehidupan disapu angin panas, satu-satunya yang terlihat hanyalah nyala api. Belas kasih bukanlah kelebihan yang dimiliki Anum Ra. Dia tidak membutuhkan rasa suka ataupun cita, yang diberikan oleh sang naga hanyalah api dan abu. Euthoria berusaha mempertahankan diri dari kebengisan Anum Ra. Para kesatria berjuang melawan kebrutalan Anum Ra, dan mereka harus merasakan keganasan Anum Ra. Tidak ada besi yang tidak bisa dilelehkan oleh napas api Anum Ra, tidak ada senjata yang mampu menembus sisik Anum Ra yang sekeras baja hitam, dan yang terpenting dari semua itu: tak seorang pun sanggup mengalahkan Anum Ra. Hourin, sang naga barat yang terkenal akan kebijakannya menganggap perangai Anum Ra sudah melewati batas. Naga tua itu terbang meninggalkan sarangnya yang tersembunyi di balik pegunungan suci. Terbang jauh menuju Pantai Besi. Dan ketika ia tiba di bibir pantai, Hourin melihat Anum Ra tengah tertidur nyaman. Kedua sayap berwarna merah terlipat di belakang punggung sang naga api. Kedua mata yang tadinya terpejam akhirnya terbuka manakala dia mencium kehadiran naga lain. Anum Ra mendongak, menatap sosok naga putih yang tengah terbang melayang di dekatnya. ″Apa yang dilakukan naga barat di daerah kekuasaanku?″ tanyanya dengan bahasa tua. Suara sang naga terdengar menggelegar bagai bilah baja yang bergesek. ″Aku tak memiliki urusan dengan naga barat.″ Hourin, si naga putih pun menjawab dengan bahasa serupa, ″Saudara, dengarkanlah permintaanku.″ ″Kau bukan saudaraku,″ Anum Ra menyanggah. ″Kita berasal dari telur yang berbeda.″ ″Memang,″ ucap Hourin membenarkan. ″Namun, kita berdua berasal dari kaum serupa.″ Sadar bahwa sang naga api tidak berniat mempersilakan Hourin mengistirahatkan diri di bibir pantai, sang naga pun memutuskan bertengger di salah satu karang terbesar. Debur ombak menyentuh ujung ekor sang naga putih ketika dia mendekati kumpulan karang. ″Aku hargai keramahanmu, Saudara.″ Napas api keluar dari lubang hidung Anum Ra ketika ia tertawa. ″Kau hanya lebih tua beberapa ribu tahun dariku.″ ″Iya, kau benar. Aku memang beberapa tahun lebih tua darimu.″ Hourin bisa merasakan kesombongan sang naga api, namun dia memilih merendahkan diri dan berusaha berkata lembut, ″Tidakkah dunia manusia terlalu membosankan?″ ″Oh, apakah kau datang jauh-jauh hanya untuk berkata bahwa dunia manusia membosankan?″ ucap Anum Ra, sinis. ″Yah, di sana tidak ada yang menarik. Tidak ada makhluk kuat, semuanya lemah. Asal tahu saja,″ katanya dengan nada senang. ″Pernah, salah satu dari mereka mencoba menghunjamkan pedang ke ujung ekorku.″ Anum Ra menggerak-gerakkan ekornya yang tertutup pasir hitam. ″Kuputuskan membakarnya hingga menjadi serpihan abu.″ ″Saudara, kumohon ... atas nama saudara-saudara kita yang tersebar di ujung dunia, hentikan sikap tak terpujimu.″ Anum Ra mendengus, kesal, ″Apa kau ingin aku hidup menyepi di pulau ini? Hanya memandang pasir hitam dan ombak bergemuruh? Lihatlah, apa yang didapatkan para manusia? Jika bukan karena bantuan sang naga agung, niscaya, tak satu pun dari mereka bisa hidup sampai saat ini.″ Ombak berdebur hancur menjadi percikan air ketika menyentuh pinggiran karang yang dihinggapi Hourin. ″Percayalah, apa yang mereka dapatkan saat ini bukanlah sesuatu yang harus kauributkan. Saudaraku, iri hanya akan membawamu pada kesesatan. Janganlah engkau melakukan keburukan. Era berganti, para naga ditakdirkan lenyap, dan dunia akan dipenuhi manusia. Hal ini sudah ditetapkan, tak ada satu pun dari kita yang mampu mengganggu ketentuan Dia yang memiliki kehidupan.″ Api merah berkobar di sekeliling tubuh Anum Ra, lidah api mendesis ketika menyentuh butir-butir pasir. ″Pergilah,″ katanya penuh ancaman. ″Sebelum aku melakukan sesuatu kepadamu.″ Hourin menegakkan tubuh dan mulai membentangkan sayap putih keperakannya. ″Apa kau ingin melenyapkanku dengan apimu?″ ″Jika harus.″ Anum Ra melesat cepat dan mendapati cakarnya hanya mengenai kumpulan karang yang tadinya dihinggapi Hourin. Karang hancur, berubah menjadi butiran pasir. Sang naga putih terlihat tenang di atas sana, terbang melayang di antara camar-camar yang berusaha menyelamatkan diri. ″Saudaraku,″ ucap Hourin memperingatkan, ″aku datang dengan damai.″ Anum Ra tertawa bengis. Air laut mendidih karena hawa panas yang keluar dari tubuh sang naga api. ″Aku tidak butuh!″ Tanpa peringatan, Anum Ra mengembuskan napas api ke arah Hourin. Api berwarna merah menyala keluar dari mulut Anum Ra dan menghantam Hourin. Api merah membara melingkupi tubuh sang naga putih, tak satu pun anggota tubuhnya bisa dilihat dari seberang pantai. Dan ketika api surut, Anum Ra hanya bisa menatap pongah sosok Hourin. Sayap putih menyelimuti Hourin bagaikan kepompong, tak satu pun bagian dari sayap itu terluka bakar. Apiku, batin Anum Ra, tak bisa membakarnya. Hourin mulai membentangkan kedua sayap perak yang melingkupinya. Sosoknya terlihat agung dan bersinar. ″Saudaraku,″ katanya. ″Tampaknya kau tidak ingin belajar.″ Hourin melesat turun dan mencengkeram kedua sayap merah Anum Ra. Dia terbang membumbung menembus kumpulan awan. Kemudian, tanpa ragu, Hourin merapalkan sebuah mantra kuno. Kata-kata yang terdengar bagai bisikan itu mengalun seperti dawai harpa. Anum Ra berusaha membebaskan diri dari kuncian naga putih. Sia-sia, dia tak memiliki tenaga untuk melawan. Lalu, kata-kata yang dirapalkan Hourin terdengar semakin keras, menusuk genderang telinga Anum Ra. Sang naga api mengerang pilu. Dia ingin Hourin segera melepaskannya. ″Hentikan!″ pekik Anum Ra. ″Hentikan!″ Hourin bersikukuh meneruskan rapalan mantra. Anum Ra mulai merasakan aliran hawa dingin menelusuri tubuhnya. Rasa dingin yang begitu membekukan, tak pernah sekalipun dalam hidup Anum Ra, dia merasa begitu terancam. Hingga saat ini ... rasa takut yang tak pernah dimiliki Anum Ra, perasaan itu tiba-tiba muncul dan membutakan pengelihatannya. Suara rapalan terdengar nyaring—menggema dan memantulkan ketakutan Anum Ra. Kedua sayap Anum Ra tiba-tiba melebur menjadi percikan api, ekor berdurinya pun perlahan-lahan memudar. Lalu, Anum Ra bisa melihat bahwa kedua tangan dan kakinya mengalami hal serupa; sisik-sisik merah yang indah pun meluruh menjadi percikan cahaya. ″Hentikan!″ erang Anum Ra. Hourin melepaskan cengkeramannya dan membiarkan sang naga api jatuh berdebum di atas lautan. Anum Ra bisa merasakan dinginnya air yang menyentuh permukaan kulit serta rasa asin yang tiba-tiba menyentuh lidahnya, dia bahkan bisa merasakan buih-buih yang menari-nari di sekitarnya. Tubuh Anum Ra terasa berat, Anum Ra berusaha sekuat tenaga menggerakkan kedua tangan menembus permukaan laut. Dia bisa melihat air yang mengelilinginya. Semuanya terasa baru dan aneh; Anum Ra merasa kerdil dan dunia berubah menjadi raksasa. Batu karang yang dulu terlihat mungil kini menjelma menjadi benteng alam yang mengerikan. Dia mengangkat kedua tangan; sisik-sisik indah yang dulu menghias tubuhnya telah hilang berganti kulit pucat dengan guratan pembuluh darah. d**a, bahu, dan perutnya tak lagi sama—semuanya berganti dengan kulit dan daging milik fana. Masih tak mengerti dengan perubahan fisik yang dialaminya, Anum Ra berenang mendekati kumpulan karang. Dia merangkak di atas permukaan karang, memandang ke sekitar yang asing. ″Apa yang terjadi padaku?″ tanyanya. ″Fana,″ jawab Hourin. Naga putih itu kembali muncul di hadapan Anum Ra yang kini berwujud seorang pemuda. ″Aku mengubah wujudmu.″ ″Kembalikan,″ desis Anum Ra. Kedua matanya dipenuhi amarah. ″Tidak bisa,″ tolak Hourin. Naga putih itu membentangkan kedua sayapnya hingga menciptakan bayangan yang menyembunyikan sinar matahari dari Anum Ra. ″Ini merupakan pengajaran agar kau tidak bertindak keji. Aku hanya mengubah wujudmu, sementara anugerah naga yang diberikan Pemilik Kehidupan, anugerah itu masih ada padamu; kau bisa menggunakan api ataupun cakar, kau bisa mengendus seperti naga-naga lain, dan keabadian naga pun masih milikmu. Jika kau bisa belajar mengendalikan sisi bengismu, suatu saat kutukanku terpatahkan dan wujudmu akan kembali seperti semula. Selama itu, ubahlah namamu menjadi fana, tinggalkan Pantai Besi, dan belajarlah dari para fana.″ Hourin mengepakkan sayap dan mulai terbang meninggalkan Anum Ra. ″Semoga kita berjumpa lagi, Saudara.″

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.3K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
470.9K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

A Million Pieces || Indonesia

read
82.2K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook