bc

Perahu Kertas 365 Hari

book_age12+
65
FOLLOW
1K
READ
drama
lighthearted
like
intro-logo
Blurb

Kabarnya perahu kertas yang dihanyutkan selama 365 hari akan menyampaikan permohonan yang kita tulis di dalamnya. Yakni, menuliskan harapan yang sama, serta mengirimkannya bersama arus secara rutin tanpa terputus.

Aku percaya, jika perahu itu sampai Tuhan akan mengabulkan permohonanku.

Cerita ini mengisahkan gadis dengan kelainan jantung sejak lahir bernama Mizuno Sakura yang mengirim permohohan melalui perahu kertas selama 365 hari. Bertemu dengan teman bernama Taguchi Haruka, Sakura menemukan kesenangan dalam hidupnya.

Akankah permohonan Sakura dan Haruka terkabul?

chap-preview
Free preview
Perahu Kertas
"Pergilah dengan baik, dan bawalah harapanku bersamamu. Semoga Tuhan mengabulkan permohonanku. Selamat jalan, perahu kertas." Kabarnya, perahu kertas yang dihanyutkan selama 365 hari berturut-turut akan menyampaikan harapan yang kita tulis di dalamnya. Menghanyutkannya bersama arus selama satu tahun penuh akan membuat Tuhan mengabulkan permohonan.  Benarkah demikian? entahlah, tapi itulah yang gadis kecil ini yakini, setidaknya setelah ia membaca buku dongeng tentang perahu kertas dan permohonan yang terkabul. Ia adalah Sakura Mizuno. Anak perempuan yang lahir di musim semi lima tahun lalu saat bunga merah muda itu mekar di sepanjang jalan. Bagi ayah dan ibunya, Sakura adalah musim semi dengan kehangatan yang Tuhan kirimkan di tengah-tengah mereka. Sayangnya, kehangatan yang ia bawa dibersamai oleh segores lara. Gadis kecil itu harus tumbuh dengan kelainan jantung sejak ia dilahirkan, bersamaan dengan daya tahan tubuh yang lemah dan mudah sakit. Hal itu membuat Sakura harus menahan diri saat ingin bermain bersama teman-temannya di luar. Ibunya tidak akan membiarkannya berlarian barang sebentar. Tak jarang, Sakura merasa jika ia berbeda dengan yang lain. Namun ibunya dengan cepat menolak dan menjelaskan jika putri kecilnya ini hanya terlahir sedikit istimewa. Untuk itulah, mereka selalu menjaga Sakura agar tidak kehilangan anak istimewa milik mereka. Tumbuh dan berkembang tanpa berbaur dengan dunia luar membuat Sakura merasa kesepian. Ia selalu berdoa agar Tuhan memberikannya kesempatan seperti anak-anak yang lain. Setiap malam, Sakura menuliskan harapan pada secarik kertas. Kemudian melipatnya menjadi origami berbentuk perahu. Lalu keesokkan paginya, ia akan membawanya untuk dibawa serta oleh arus sungai. Ia berharap, jika mengirimkan permohonan melalui perahu kertas selama 365 hari, Tuhan akan mengabulkan permohonannya. Seperti yang ia baca dari buku dongeng miliknya. Semoga aliran sungai membawanya dengan baik. Pagi ini seperti biasa, Sakura bergegas mengambil spidol dan membuat tanda silang di angka sepuluh bulan ketiga. Ini adalah hari kesepuluh ia menghanyutkan permohonan bersama dengan perahu kertas. "Kau mau ke sungai lagi?" Hana, wanita berusia 30 tahun itu berjongkok di depan anaknya sembari memakaikan jaket tebal. Sakura mengangguk dengan senang, "ini adalah hari kesepuluh," tuturnya setelah mencoret satu tanggal di kalender. Meski Hana tidak mengizinkan anaknya bermain dengan teman-teman, tapi ia masih memberikan izin pada Sakura jika ingin menghanyutkan perahu kertas permohonan miliknya di sungai. Mungkin karena jarak sungai sangat dekat dari depan rumah. "Baiklah, setelah perahunya hanyut Sakura harus langsung pulang, ya," ucap Hana mengelus puncak kepala anaknya. Gadis kecil itu mengangguk, dan setelahnya berlari tak sabar. Namun dengan nada khawatir Hana memperingatkan Sakura untuk tetap berjalan, takut jantungnya tak kuat diajak berlari. Ini adalah hari kesepuluh sejak pertama kali Sakura mengunjungi sungai setiap pagi. Air di sini tidak terlalu deras. Ia merendahkan tubuh agar perahu kertas yang dibawanya bisa seimbang saat diletakkan. Setelahnya gadis lima tahun itu memejamkan mata, "Tuhan, surat ini ku tulis untukmu. Jika perahunya sudah sampai, ku harap Tuhan mau membacanya," ucapnya lirih. Perahu kertas dihanyutkan bersama dengan arus yang mengalir. Semoga permohohan Sakura akan sampai pada hilir. Tak lama, perahu yang baru saja dilepas melenggang dengan tenang. Menjauhi tubuh kecil Sakura seraya membawa setumpuk harapan. Perahu kertas yang ia lepas akan menyampaikan permohonan secara tuntas. Semoga saja. "Apa yang kau lakukan?" tanya seorang anak lelaki yang tiba-tiba muncul dari arah belakang. Sedangkan matanya terus mengekor pada perahu kertas yang kini sudah nampak sangat jauh. Sementara gadis itu masih terdiam, tak berani mengeluarkan satu katapun terhadap orang asing yang tidak ia kenal. "Kau juga akan melakukannya selama satu tahun penuh?" ucap anak lelaki itu lagi seraya tersenyum. Mendengar itu, Sakura sedikit terkejut, 'apakah ia tahu tentang perahu kertas? Apakah ia juga membaca buku yang sama denganku?' batinnya. Merasa penasaran, akhirnya Sakura beranikan diri bertanya, "apa kau juga melakukan hal yang sama?" Anak laki-laki yang terlihat seumuran dengannya mengangguk, "iya, ini hari pertamaku, dan aku akan menyelesaikannya selama satu tahun penuh," ujarnya dengan bangga. "Kenapa kamu melakukan itu?" tanya Sakura. Anak lelaki itu nampak berpikir sebentar, kemudian ia membenarkan posisi jongkoknya menghadap gadis di depannya, "sini dekatkan telingamu," pintanya dengan isyarat agar Sakura mendekat. Sesuai perintah, Sakura  mendekatkan satu telinga, "kabarnya, jika kita mengirimkan permohonan melalui perahu kertas selama satu tahun penuh, Tuhan akan mengabulkan permohonan kita," ujar anak laki-laki berbisik dengan sangat hati-hati. Mendengar itu, Sakura sedikit tertarik, "apa kau juga membaca buku itu?" "Buku?" Bocah lelaki di depannya memiringkan kepala, seolah tidak tahu buku apa yang tengah gadis itu maksud. "Iya, buku yang menceritakan tentang permohonan yang dikabulkan melalui perahu ker--" "Sttt ..." Tiba-tiba tangan anak lelaki itu membungkam bibir Sakura. Mendapati respon demikian, Sakura heran kenapa bocah itu bertingkah seolah tengah melakukan sebuah rahasia. "Jangan keras-keras, ini rahasia, oke?" ucap anak lelaki dengan mata mengawasi sekitar. Melihatnya begitu serius, Sakura pun mengangguk meskipun ia masih tidak mengerti dengan apa yang anak itu maksud sebagai rahasia. Setelahnya bocah lelaki itu melayangkan sebuah senyum dengan gigi-gigi terlihat berbaris rapi. "Siapa namamu?" tanyanya "Sakura, Mizuno Sakura," balas Sakura cepat. "Nama yang bagus. Aku Haruka," ucapnya lagi dengan senyum yang masih menghiasi wajah hangatnya. Ini adalah kali pertama Sakura melihat senyum yang sangat hangat. Jika diingat-ingat, ini juga pertama kalinya ia berbicara dengan seorang teman. Karena sebelumnya, gadis itu hanya bermain di dalam rumah. Baginya, ini adalah satu hal yang sangat membahagiakan. Sakura memandangi setiap inci dari wajah Haruka. Walaupun jika nantinya bocah pria itu tidak menganggapnya sebagai teman, Sakura akan selalu mengingat wajah hangat Haruka. Kesempatan berbicara secara normal seperti ini tidak akan pernah Sakura lupakan. Saat Sakura tengah memperhatikan Haruka, tiba-tiba anak itu menengok dan berkata, "kau mau jadi temanku?" Sakura yang belum pernah memiliki teman satupun mengangguk dengan cepat, bahkan sebelum Haruka bertanya seperti itu, Sakura sudah lebih dulu menganggap Haruka sebagai teman pertamanya. 'Tuhan, terima kasih karena telah berbaik hati mengirimkan teman untukku.' Seperti yang terlihat, Haruka memang anak dengan kepribadian yang sangat hangat. Ia banyak memberitahu Sakura tentang permainan yang belum pernah gadis itu mainkan. Dengan cepat mereka berdua bisa akrab. "Kau mau bermain?" Haruka berdiri, mengajak teman barunya bermain seraya menunjuk anak-anak lain di taman. Sebenarnya Sakura sangat senang mendengarnya, ia sungguh ingin bermain bersama yang lain, tapi mengingat pesan ibu untuk segera pulang, gadis itu mengurungkan anggukan yang hampir saja dilakukan. Sakura ikut berdiri, kemudian menggelengkan kepala menolak ajakan Haruka, "unn, aku harus pulang." Melihat wajah Haruka yang langsung berubah, sepertinya jawaban Sakura membuat bocah lelaki itu sedih. "Yah, padahal aku ingin memperkenalkanmu dengan yang lain," ucap Haruka dengan lesu. Mendengar itu, Sakura tak menjawab, karena tanpa ada yang tahu, Sakura-lah yang sebenarnya merasa lebih sedih. Terkadang, situasi seperti ini membuat gadis itu bertanya-tanya, kenapa Tuhan harus menjadikannya istimewa jika biasa saja malah bisa membuatnya bahagia? Namun tak lama setelah itu, wajah Haruka kembali sumringah. "Baiklah jika kau harus pulang. Besok kita jumpa di sini lagi, ya!" pinta Haruka yang langsung dibalas dengan anggukan oleh Sakura. "Ya, besok aku akan ke sini lagi," jawab Sakura senang. "Selama satu tahun," Haruka mengacungkan jari kelingking. Tanpa pikir panjang, gadis itu ikut menautkan jari kelingking, "selama 365 hari." Perahu kertas yang mereka hanyutkan bersama selama satu tahun penuh, semoga bisa menambah kekuatan permohonan pada Tuhan. Selain itu, bertemu dengan Haruka membuat Sakura lebih bersemangat untuk menulis banyak permohonan dalam surat. Ia berdoa, harapannya dan harapan milik Haruka bisa dikabulkan oleh Tuhan setelah 365 hari mereka kirimkan. Selamat berlayar, perahu kertas.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.1K
bc

Head Over Heels

read
15.7K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.5K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
202.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook