bc

Kakak Tingkatku Ngeselin

book_age16+
2.1K
FOLLOW
25.7K
READ
billionaire
student
billionairess
campus
friends
like
intro-logo
Blurb

Tap Love dulu ya ❤️ Biar seru bacanya.

Nora: Kapan kamu mau nikahin aku, kok berani ngajak pacaran?

Bang Ejik: Ntar kalo umur gue 27 dan dapat kerjaan mapan.

Kak Yongkie: nanti kalau aku sudah siap.

Nino: Emang selain gue, sapa yang mau sama cewek kayak lu?

Bang Dion: kita liat nanti perkembangannya.

Nora: #pengsan

Ditembak empat cowok dalam waktu hampir bersamaan adalah hal yang tidak pernah terbayangkan dalam hidup Eleanora Zein. Selain wajahnya yang pas-pasan seperti biaya hidupnya, dia juga sangat tomboy dan sedikit urakan. Belum lagi, mahasiswa semester dua itu punya cinta pertama yang masih terpendam hingga kini pada tetangganya. Si Jamur alis Mas Rom alias Mas Romli, anak Bu Hajjah yang paling kaya di kampung neneknya.

Dengan kegiatan asrama yang sebarek dan juga kuliah yang tidak mudah baginya, apakah yang terjadi dalam hidup Nora berikutnya? Apakah dia jadi pacaran dengan Kak Yongkie, Bang Ejik, Nino, atau Bang Dion? Ataukah, malah dia memutuskan untuk drop out dan nikah muda, karena saking putus asanya?

Ikuti kisah si Norak dalam novel Kakak Tingkatku Ngeselin, exclusive di Innovel dan Dreame.

chap-preview
Free preview
Eleanora Zein - 1
"Buruan, Ra makannya. Bentar lagi masuk nih!" kata Nita yang sudah tidak sabar menungguku sarapan. "Udah, kalau gitu kamu duluan aja deh. Tanggung nih kurang dua sendok lagi," jawabku di tengah kunyahan. "Ya udah, aku duluan. Ngeri kena hukuman," pamit Nita langsung ngacir. Maklum aku tadi masih membersihkan kamar mandi jadi agak lama untuk bersiap-siap, yang akibatnya jadi telat sarapan. Padahal di Sabtu pagi ini adalah pembukaan masa Orientasi Warga Baru (OWB) untuk penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Kartarajasa. Setelah sarapan habis, buru-buru aku mencuci piring kemudian segera bergegas menuju acara OWB yang diselenggarakan di aula asrama putra. Namun sesampainya di pintu keluar, perutku tiba-tiba mulas. Segera kulepas tas dan perlengkapan lain seperti jas almamater lantas meletakkannya di meja. Aku tak tahan lagi dan akhirnya balik kucing berlari menuju toilet. Usai menuntaskan hajat, sambil masih meredakan perut yang belum stabil, aku berjalan menuju Aula asrama putra. Entah jam berapa sekarang, yang jelas aku sudah telat. Setengah berlari aku mendekati pintu masuk asrama putra. Namun sebelum berhasil melewatinya, harus melewati sederetan kakak tingkat yang berdiri di sana. "Hei! Stop!" kata seseorang yang yang melihatku hendak menyelinap. Spontan aku menghentikan langkah lalu bersikap biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa. Kakak tingkat yang sedang memakai jas almamater itu mendekat. Oh tidak, jas almamaterku ketinggalan. Mampus dah! "Kamu warga baru ya?" tanyanya dengan nada sinis. Aku mendongak memandangnya, lantas mengangguk. Kakak tingkat di hadapanku ini memiliki mata sipit. Namun saat ini, aku yakin dia sedang berusaha melotot padaku. Aku tersenyum seraya menahan tawa. "Ada yang lucu?" tanyanya. Aku menggeleng. "Nama lengkap?" "Elleanora Zein." "Jurusan?" "Akuntansi." "Angkatan?" "2015." "Kenapa telat?" "Habis dari toilet tadi Kak, panggilan alam, agak susah keluarnya," jawabku santai. "Buahahahahahahaha!" Seorang cowok, kayaknya kakak tingkat juga, tertawa lepas. "Diem lu!" semprot kakak tingkat yang sedang menghadangku ini. Setelah temannya diam, dia menghadapku lagi. "Mana jas almamatermu, dan papan nama?" "Ma-maaf, kak. Ke-ketinggalan di asrama putri," jawabku jujur. Lama-lama keder juga ngadepin cowok galak macam ini. Lebih-lebih setelah dia membentak temannya itu. Mana orangnya tinggi banget kayak tiang bendera. "Kamu nggak boleh ikut OWB kalau nggak lengkap. Buruan balik!" bentaknya. "Ambil semua perlengkapan dan nanti langsung menghadap saya," imbuhnya dengan intonasi yang masih cukup menegangkan. "I-iya Kak," kataku sambil buru-buru ngacir. "Nora!" teriaknya lagi. Aku buru-buru menoleh. "Ya?" tanyaku. "Namaku Yongki, jangan lupa!" Siapa, Yoongi? Suga BTS dong! Agak mirip sih. "Oh, siap, Kak Yoongi." Setelah itu aku berlari menuju asrama putri. * Saat aku kembali dari asrama putri dan mengenakan semua persyaratan yang diminta, barisan kakak tingkat itu sudah tidak ada. Rupanya mereka semua sudah masuk ke ruangan aula. Kakak-kakak tingkat, yang menjadi pengurus asrama duduk di depan sebagai panelis. Orang yang mencegahku tadi, Kak Yongkie terlihat sedang berbicara dan memberikan materi. Dari projektor yang terpampang, materinya kali ini adalah tentang struktur organisasi Asrama Mahasiswa. "Ya, ampun, Ra. Kok baru nyampe," bisik Nita padaku. "Pssst," jawabku sambil duduk perlahan di sebelahnya di bangku paling belakang, pada kelompok warga Astri (asrama putri). Jadi kursi di ruangan aula ini diatur menghadap depan, dengan membaginya menjadi dua kelompok. Di sebelah kiri adalah kelompok asrama putri dan di sebelah kanan adalah kelompok Astra (Asrama putra). Baru saja duduk dengan tenang, mendadak penjelasan Kak Yongki terhenti. Walaupun sudah berusaha menyembunyikan diri, ternyata orang itu bisa menemukanku. "Saudari Nora, Anda terlambat," katanya menggunakan mikrofon. Sontak semua mata memandang ke arahku. "I-iya, maaf Kak," jawabku dari tempat duduk. "Berarti Anda melewatkan sesi perkenalan tadi. Silakan berdiri untuk memperkenalkan diri," katanya lagi. Aku mendelik, lantas memandangi teman-teman yang pusat perhatiannya kini beralih padaku. Dengan gugup aku berdiri, lantas memperkenalkan diri. "Na-nama saya, Elleanora Zein Ju-jurusan Akuntansi, ang-angkatan 2015," kataku lantas duduk kembali. "Eit, tunggu! Jangan duduk dulu. Sebagai warga yang baik, tentunya Anda perlu mengenal semua pengurus Asrama. Jadi sebagai konsekuensi keterlambatan, maka saya tugaskan Anda untuk mewawancarai pengurus asrama baik yang ada di sini maupun tidak. Besok setelah acara, silakan dipresentasikan," katanya. Aku mengangguk. Setelah itu, terdengar kasak kusuk di antara semua warga baru. "Oke, saya lanjutkan materinya," kata Kak Yoongi "Kamu, sih. Pake telat segala," cibir Nita. "Sudah diem, ntar orang itu marah," kataku pada cewek yang juga teman sekamarku ini. Setelah sesi materi berakhir, kupandangi catatan di buku tulis ku yang lumayan ruwet. Duh, seandainya nggak telat, pasti aku tidak perlu mencatat semua nama pengurus asrama dan jabatannya begini. Mana masih perlu wawancara dan minta tanda tangan mereka semua pula. Lumayan, ada tiga puluh orang keseluruhan asrama putri dan putra. Hadeeehh! "Nit, mulai nanti malam temenin aku minta tanda tangan ya," pintaku pada Nita. "Kamu itu, Ra. Kok sukanya nyari ribet sih? Gini kan jadi aku ikutan susah," keluhnya. "Ya sudah, kalau nggak mau bantuin." Aku mendesah pelan. "Oke, untuk lima menit berikutnya, kami berikan waktu untuk bertanya. Ada tambahan poin untuk yang bertanya," kata moderator. "Poin? Poin buat apa, Nit?" tanyaku. "Hadeeh, makanya jangan telat, Buk! Di awal tadi diumumin, kalau OWB ini ada sistem gugurnya. Kalau nggak hadir min 80% materi, wajib ngulang tahun depan bareng Mahasiswa baru. Terus, ada poin untuk pemilihan peserta terbaik," jelas Nita. "Duhh, kebanyakan acara sih asrama ini. Kupikir cuma tempat tinggal doang. Eh nggak tahunya ada piket kamar mandi lah, piket jaga tamu lah, piket konsumsilah. Sekarang pake acara ospek juga macam ini. Padahal aku bolos Ospek kampus loh kemarin," kataku pada Nita masih dengan berbisik. "Udah, ikutin saja. Kalau nggak mau ditendang dari beasiswa," tukas Nita, membuatku mati kutu. "Saudari yang terlambat tadi, ada pertanyaan?" tanya moderator tiba-tiba. Aku langsung mendelik, tak lupa juga senyum, eh meringis maksudnya. Sekarang aku ingat, kakak moderator itu, adalah teman Kak Yoongi yang sempat dibentak tadi. Ah baiklah, biar saja aku tanya ngawur. "Berapa lama masa jabatan pengurus Asrama? Dan apa hak istimewanya? Apakah bisa melewatkan semua piket?" tanyaku, sengaja ingin tahu. Barangkali bisa bebas dari kewajiban itu dengan menjadi pengurus. "Terima kasih banyak atas pertanyaannya. Silakan pertanyaan selanjutnya. Jangan lupa sebutkan nama dan jurusan ...." Setelah aku ada dua orang penanya lagi. "Oke, saya jawab pertanyaan pertama dulu," kata Kak Yongkie yang jelas-jelas menatap lurus padaku. "Masa jabatan pengurus asrama adalah satu tahun, dan selanjutnya bisa dipilih kembali melalui MUSGA alias Musyawarah Warga. Namun ada beberapa persyaratan khusus untuk menjadi seorang pengurus. Untuk hak istimewa seperti piket dan kegiatan, justru tidak ada. Malah justru akan sering ditunjuk menjadi panitia kegiatan. Namun, pengurus asrama mendapatkan prioritas untuk mendapat beasiswa prestasi, dengan syarat tidak ada penurunan IPK di bawah tiga," jelasnya. Ooo, begitu. "Baik, Kak. Terima kasih banyak atas informasinya," jawabku langsung. "Syarat khusus jadi pengurus apa Kak?" sahut salah seorang anak asrama putra, entah siapa. "Yang utama, tentu memiliki kemampuan untuk bekerja sama, kami amati itu sejak OWB ini. Untuk pengurus inti, tentu ada syarat tambahan nanti." Walah, ribet amat! Jadi intinya kalau mau jadi pengurus itu nggak bisa mengajukan diri, tapi dipilih. Yah, sama aja bohong. Masa kudu PDKT sama pengurus, biar dipilih? Ogah! "Sepertinya, banyak yang pengen jadi pengurus," bisik Nita. "Maleslah, kalau ditambahin kerjaan kayak gitu. Kalau bebas piket, mungkin aku mau," jawabku. "Ya sutralah, Ra. Tapi keren juga kalo jadi pengurus ya? Kayak Kak Yoongi, mana cakep pula," ujar Nita mulai halu. Aku memandang ke depan, sengaja mengamati cowok bernama Yoongi, yang tadi sempat mencegahku itu. Cakep? Sebelah mananya? Orang matanya kecil, dan wajahnya sok serius gitu, malah lucu menurutku. Tanpa sadar aku nyengir. Definisi cowok cakep bagiku adalah seperti Shawn Mendez. Hehehe. Sopan, gentel, kiyut, dan nggak arogan. Namun, aku sadar kok dia nggak mungkin kenal aku. Ya iyalah dia di mana aku di mana. Lagi pula ini kan hanya fansgirling pengagum doang, yang nggak sampai mengelu-elukan dan mengidolakan setengah mati. Bagiku ini hanya sejenis mengagumi ciptaan Tuhan yang sempurna. Sama halnya dengan menikmati pemandangan alam yang cakep, atau mengagumi bunga yang indah. Halah, ini kok otak malah ngelantur kemana-mana. "Baiklah untuk sesi materi kali ini sudah selesai. Kami memberikan waktu kepada para peserta jika ingin ke kamar mandi sebelum materi selanjutnya akan dimulai 5 menit lagi," kata-kata pembawa acara eh moderator maksudnya. Kak Yoongi terlihat akan meninggalkan tempat. Namun sebelum dia pergi jauh, aku segera menyusulnya sambil membawa buku. Di lembar kedua sudah kutuliskan nama dan jabatannya. "Kak Yoongi bisa minta waktu sebentar?" tanyaku. Kami sedang berada di lorong antara aula dan ruang tamu asrama putra. "Eh, kamu lagi," katanya. "Maaf, menggangu Kak. Sesuai dengan tugas yang diberikan maka dari itu saya minta tanda tangan Kak Yoongi," kataku hati-hati. Dia tersenyum mengejek. "Cari tahu namaku yang benar. Bukan Yoongi, tapi Yongkie. Lagian itu cuma nama panggilan. Sebelum namaku benar, aku tidak mau tanda tangan." Astaga dragon! Ini orang kenapa kok ngeselin banget kayak gini ya? "Baik, Kak," jawabku lemas. Dengan langkah gontai aku kembali menuju ke aula. "Gimana dapet nggak tanda tangannya?" tanya Nita tanpa dosa. "Nggak, ternyata namanya Yongki bukan Yoongi. Daaannn, itu juga bukan nama aslinya," sungutku sambil membanting buku. "Ya, ampun. Melas banget nasibmu, Ra," kata Nita sambil mengelus punggungku. Mendadak mataku mulai mengembun. Baru kali ini ada yang bersimpati padaku. "Makasih, Nit. Kamu memang teman sekamar yang baik." "Ya iyalah, Nita gitu loh." "Endeell!" Kucubit pipinya yang tembem tanpa ampun. Kresek. Kresek! Suara noise pada microphone, mengakhiri obrolan kami di bangku paling belakang. ... bersambung ....

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.5K
bc

Head Over Heels

read
15.8K
bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.6K
bc

DENTA

read
17.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook