Hasrat sang Putri

GELAP. Semuanya hitam pekat. Tidak ada warna. Tidak ada cahaya. Tak ada rupa. Tidak ada suara. Angel memeluk kedua kakinya sembari menyembunyikan wajah di antara kedua lutut. Matanya memejam rapat, karena tak ada satu pun yang sanggup ia lihat. Namun, saat itulah bayang-bayang keluarga besarnya yang bersimbah darah dengan aroma anyir menyengat keluar dari memori ingatannya. Tubuh berkulit pucat dengan genangan darah di samping tubuh yang terluka tusuk di bagian d**a. Beberapa jari yang terlepas dari telapak tangan pemiliknya, tangan-tangan yang terpisah dari tubuh, kaki tanpa paha yang tergeletak asal-asalan di atas jalan setapak rumah keluarga besarnya, juga beberapa kepala putus dari tubuhnya. Angel mengenali setiap kepala yang dia lewati dengan perasaan gamang. Dari kakeknya, pamannya, bibinya, sepupunya, dan keponakan-keponakan kecilnya. Tubuhnya berhenti melangkah. Darahnya berdesir hebat. Dia duduk di samping tubuh bocah yang telah merenggang nyawa karena kehabisan darah. Menangis tanpa suara. Dia menggenggam tangan kecil milik keponakan kecilnya itu beberapa saat sebelum kembali berdiri dan melanjutkan langkah. Ayah .... Ibu ... Dia memanggil nama kedua orang tuanya di dalam hati. Berdoa semoga dua orang yang sangat ia sayangi dalam keadaan baik. Namun, pemandangan di depan matanya membuat langkahnya terhenti. Laki-laki itu ... kekasihnya, tunangan, bahkan bisa dibilang calon suaminya. Orang yang paling dia cintai selain kedua orang tuanya. Sosok remaja laki-laki yang telah bersumpah akan membuat sisa hidupnya bahagia itu kini tengah menghunuskan pedang tepat ke jantung ayahnya. Sedang ibunya sudah terbaring di samping ayahnya dengan genangan darah menghiasi sekitarnya. "Apa yang telah kau lakukan, Gerald?!" Angel tak kuasa berteriak penuh amarah. Gerald menarik pedang dan mengibaskan pedang itu dari lumuran darah kedua orang tua Angel. Kepalanya menoleh ke arah suara Angel berada. Kilat biru di matanya, juga tatapan hampa di kedua bola mata itu membuatnya terlihat layaknya monster yang sangat mengerikan. Angel menggigit bibir bawahnya dengan kuat saat ia melihat laki-laki itu membuka mulutnya hendak mengeluarkan sepatah kata yang tak sanggup terucap. Air mata remaja perempuan itu sudah mengalir deras menuruni pipi, kedua tangannya menjulur ke depan, bibir yang bergetar menahan isak tangis kini mulai merapal. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak tahu apa pun. Namun, kenapa .... Kenapa kamu bisa membunuh mereka? Kenapa kamu bisa membunuh mereka yang selama ini sangat baik dan menganggapmu sebagai keluarga? Gerald?! Angel ingin menanyakan semuanya. Dia ingin mengetahui alasannya. Namun, keinginan itu tak seberapa besar selain amarah yang kini berkobar memenuhi rongga dadanya. Gerald mengulum senyuman tipis di bibirnya. Dia melemparkan pedang di tangan kanannya ke sudut ruangan. Cukup jauh dari jangkauannya, lalu tiba-tiba saja kedua tangannya terentang. Mata biru yang berkilat menyeramkan lenyap menjadi safir hampa yang dipenuhi kesedihan. Kenapa .... Kenapa kamu merentangkan kedua tanganmu seperti itu? Kenapa kamu seperti siap menerima semua amarah yang akan kuberikan padamu? Kenapa kamu hanya diam di sana? Kenapa kamu tak melawanku? Kalau memang tujuanmu ingin membinasakan semua keluargaku, kenapa kamu tidak membunuhku dan malah membiarkanku untuk menyerangmu? Pemandangan di hadapannya membuat Angel merasa ragu. Dadanya bergolak, dia ingin mendengar alasan Gerald sampai melakukannya. Namun, amarah yang berkobar di dalam dirinya membuatnya ingin mengabaikan semua perasaan yang diam-diam menghuni hatinya. Angel menurunkan tangan, membatalkan mantra yang telah dia lafalkan sebelumnya saat dia merasakan besi dingin itu menusuk punggung sampai menembus dadanya. Kepalanya menoleh ke belakang dengan lemah. Archilles von Athena, pangeran pertama kerajaan Athena, sang putra mahkota, kakak kandung Gerald tengah menusuk tubuhnya, tepat di bagian jantung. "Keluarga pengkhianat tidak seharusnya ada dan menjadi bagian dari keluargaku," gumamnya tenang dan menarik kembali pedang panjangnya dari tubuh Angel yang lantas ambruk dan mulai memuntahkan darah. "Apa yang kau lakukan, Kakak!" raungan Gerald yang menerjang Archilles dengan kecepatan kilat menjadi pemandangan terakhir yang Angel lihat sebelum nyawanya melayang. *** Apa yang sebenarnya terjadi? Apa salah mereka, sampai keluarga kerajaan membinasakan semua keluarganya? Pengkhianat? Siapa yang berkhianat? Keluarganya? Mustahil. Angel memeluk kedua lututnya semakin erat. Dia ingin tahu jawabannya. Dia ingin tahu apa alasan yang sebenarnya. Dan dia ingin ... membalas dendam atas kematian semua keluarganya. Namun, bagaimana caranya ... dia sudah binasa. Angel mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan rohnya terkurung dalam ruangan gelap yang begitu hampa. Tak ada siapa pun di sana, selain dirinya sendiri. Apa kamu ingin hidup lagi? Tentu saja, Angel ingin hidup lagi! Siapa yang tidak mau hidup dua kali? Apalagi sampai bisa mengulang waktu sebelum peristiwa mengerikan itu terjadi. Jika memang tidak bisa mengulang waktu kembali. Dia ingin mengurai benang kusut di mana adanya masalah yang telah membuat nyawa semua keluarganya melayang. Bahkan, mereka yang tidak tahu apa-apa pun harus dibunuh dengan kejam. Angel ingin melakukan sedaya upaya yang ia bisa, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa. Dia sudah mati, dia sudah binasa, dia tidak lagi punya raga, dia juga tidak tahu sekarang berada di mana. Aku akan mengabulkan keinginanmu. Kegelapan itu menelannya. Membawa rohnya terbang melayang dan begitu ia berusaha menggerakkan matanya untuk terbuka. Cahaya terang itu tampak begitu menyilaukan. Seluruh tubuhnya terasa begitu berat dan teramat sakit. Angel berusaha untuk duduk saat telinganya menangkap deru napas terkejut dari sisi-sisi tubuhnya. Hidungnya mulai menghidu wewangian bunga segar. Kulit tangannya pun akhirnya menemukan beberapa kelopak bunga yang tersebar di sekitar tubuhnya. Suara tangis mulai terdengar. Angel menolehkan kepalanya ke samping. Dia akhirnya bisa melihat orang-orang asing tengah menangis dan saling berpelukan. Lalu, dua di antaranya mendekat dan memeluk Angel dengan erat. "Claire ... apakah kamu hidup kembali, Nak?" Claire? Siapa itu Claire? Namanya Angelica von Airfist. Dia adalah keturunan bangsawan Airfist yang sangat berbakat menggunakan sihir. Dia tidak pernah mengenal satu orang pun bernama Claire sebelumnya, kecuali .... Rambut lurus berwarna pirang panjang jatuh menjuntai di sisi tubuhnya. Warna rambut yang begitu asing, karena Angel memiliki rambut berwarna hitam legam yang indah, bukan rambut berwarna pirang layaknya tak berwarna. Angel hanya bisa mematung saat kedua orang itu memeluk tubuhnya dengan erat sambil terisak. Isi pikirannya mulai berterbangan, mencari-cari sosok bernama Claire yang mungkin dia kenal lainnya. Claire ... Claire .... Apakah ... Claire yang mereka maksud adalah sosok putri bangsawan yang terlahir berpenyakitan, lemah, dan tak berdaya yang hidup di bagian Utara kerajaan Athena? Claire von Skywish. Apakah sekarang Angel hidup di tubuh putri bangsawan yang teramat menyedihkan itu? ____