bc

Scandale de Bureau

book_age16+
1.4K
FOLLOW
18.9K
READ
dark
forced
pregnant
sadistic
arrogant
scandal
badboy
first love
secrets
wild
like
intro-logo
Blurb

Kehidupan super model, Carolina Keihl tak sebahagia yang terlihat di media. Hidupnya hancur berkeping-keping setelah William Darkness sang Lady Killer menerobos masuk ke dalam kehidupannya, mengacaukan segalanya, menenggelamkan ke dasar lautan hingga nyaris bunuh diri. Carolina seorang diri harus menanggung malu, cacian dan juga makian atas anak hasil p*********n. Sementara William ia tak pernah tahu tentang kehamilan Carolina atas perbuatannya.

Kejadian mengerikan telah menyatukan kembali keduanya namun takdir masih mempermainkan kehidupan mereka dengan sangat kejam. Disaat benih-benih kebahagiaan mulai terangkai, seseorang dari masa lalu datang mengacaukan segalanya, mengacaukan pesta pernikahan yang sudah didepan mata.

Sanggupkah William memperbaiki semuanya dan membawa kembali Carolina dan juga putrinya ke dalam pelukan dan akankah Carolina dapat memberi maaf atas luka yang telah William goreskan berulang kali? Simak kelanjutan kisah sejoli yang diwarnai dengan derai air mata.

HAPPY READING!

chap-preview
Free preview
Chapter 01
William Darkness terlahir dari keluarga billionaire menjadikannya di gilai banyak wanita. Selain wajah tampan dan bergelimang harta, pesonanya mampu membuat wanita incarannya bertekuk lutut. Saat ini dia sedang duduk dengan gagahnya menunggu kedatangan super model yang baru terbang dari Italia.   "Masuk!" Suara bariton nan seksi mampu memecah akal sehat Carolina kala itu. Kaki jenjang melangkah gemulai memasuki sebuah ruangan yang didesain dengan sangat maskulin.   "Silahkan duduk." William menjabat tangan Carolina, ketika kulit bersentuhan dengan kulit ada gelenyar aneh menjalari aliran darahnya, mengirimkam senyawa panas yang siap meledakkan gairah. Kerongkongannya seketika mengering, menelan ludah bagaikan menapaki batu kerikil.   "William Darkness dan kau bisa memanggilku Will saja,"   "Carolina Keihl, Anda cukup memanggil saya Carolina saja Mr. William." Tatapan mata  tak lepas darinya, Carolina bagaikan magnet yang menariknya dengan sangat kuat.   Aku harus menjadikanmu milikku, batin William penuh tekat kuat. Memutari meja lalu mendudukkan bokongnya di pinggiran meja depan Carolina membuat nafas gadis itu seperti tercekat. Bagaimana tidak pria tampan dengan rahang tajam sedang menatapnya lekat hingga tak berkedip. Malu, itulah yang dirasakan Carolina saat ini sampai dia menundukkan wajahnya. Jemari William terulur meraih dagu Carolina supaya mau menatapnya.   "Aku sudah tau sepak terjang para model seperti kalian jadi tidak perlu bersikap malu-malu di depanku Ms. Carolina Keihl." Kilatan marah langsung mewarnai manik biru Carolina. Seketika matanya terasa panas, air mata memaksa mencuat ke pelupuk tanpa bisa ditahan.   Jadi kau beranggapan bahwa semua model memiliki sisi gelap. Baiklah, akan ku tunjukkan siapa diriku yang sebenarnya Mr. William Darkness.   Seringaian licik tampak menghiasi bibir William. "Tidak perlu malu-malu lagi padaku." Mendekatkan wajahnya hingga bibirnya nyaris bersentuhan dengan bibir Carolina. Mata Carolina terbelalak, ia langsung mendorong d**a bidang William ketika William hendak mendaratkan ciuman. Akan tetapi dengan gerakan cepat lengan kekarnya merengkuh pinggang sehingga tubuh ramping Carolina menempel pada d**a bidang. Aroma manis menyeruak ketika hidungnya mengendus leher jenjang. Sekuat tenaga memberontak sampai pada akhirnya berhasil melepaskan diri, menatapnya tajam sebelum tangannya melayang membelai lembut pipi William.   "Gadis jalang beraninya kau!" Mencengkeram kedua bahu Carolina dengan sangat kuat sampai sang pemilik mengernyit menahan sakit. Sorot mata William berubah gelap menatapnya tajam dengan rahang mengeras. Lalu mendorong tubuh ramping Carolina hingga tersungkur ke lantai setelah itu langsung menekan tombol penghubung dan beberapa detik kemudian dua bodyguard sudah berdiri dihadapannya.   "Seret w***********g ini keluar dari kantorku!" Perintah William kepada bodyguardnya. Carolina langsung melemparkan tatapan tajam disebut jalang oleh CEO dari sebuah majalah ternama di Dunia yang beberapa detik lalu berusaha melecehkannya.   Melemparkan tatapan sengit. "Jauhkan tangan kotor kalian!" Ketika bodyguard hendak menyentuh pundaknya untuk membantunya berdiri. Wiliam mendekat ke arahnya dan setelah sudut matanya menangkap Carolina yang tampak kesulitan untuk berdiri, ia segera memerintahkan kedua bodyguardnya supaya meninggalkan ruangan. Ia mengulurkan tangannya supaya disambut akan tetapi Carolina justru mengacuhkannya.   "Merepotkan," geram William sambil menarik paksa tubuh Carolina sampai terduduk disofa. Bukan ucapan terima kasih yang ia dapatkan akan tetapi tatapan sengit yang dilemparkan padanya. Carolina menghempas kasar tangan William ketika hendak meraih kakinya yang terkilir.   "Singkirkan tanganmu!" Penuh penekanan pada setiap kata.   "Kakimu ini harus dipijit! Kalau dibiarkan bisa bengkak dan kau tak akan lagi bisa berjalan diatas catwalk."   "Lebih baik aku tak bisa lagi berjalan diatas catwalk dari pada harus disentuh lelaki menyedihkan sepertimu," tatapan manik biru menajam.   "Dasar kau b***h!" Tangan William mengayun di udara dan hampir saja mengenai pipi Carolina akan tetapi segera menghentikannya. Sambil mengumpat kesal, menekan tombol telepon dengan posisi tangan bersandar pada meja kerjanya. Tatapan matanya tak lepas dari Carolina yang juga sedang menatapnya tajam.   "Suruh Dr. Jansen ke ruangan sekarang!"   Lelaki menyedihkan, setelah melukaiku dia pun sekarang memanggil dokter untuk mengobatiku. Benar-benar menyedihkan. Carolina mengumpat dalam hati sambil menarik sudut bibirnya.   William kembali mendekati Carolina, jarak wajahnya sangat dekat sehingga bisa saling merasakan deru nafas hangat. "Kau mengatakan sesuatu Ms. Carolina Keihl?" Tak ada niatan untuk menjawab justru Carolina tersenyum menyeringai lalu mendorong d**a bidang William dengan sangat kuat sehingga tersungkur ke lantai. Seketika gelak tawa memenuhi ruangann dan hal tersebut semakin menyulut emosinya. Meskipun mendapat tatapan tajam penuh peringatan namun Jansen masih saja menertawainya.   "Tak ku sangka kekuatanmu kalah jauh dengan Nona ini.” Mendekati Carolina lalu mengulurkan tangannya yang langsung disambut jemari lentik.   "Jansen Mandez." Tersenyum manis.   "Carolina Keihl." Mata Jansen langsung terbelalak. "Jadi kau Ms. Carolina Keihl? Super model yang saat ini sedang hangat jadi bahan perbincangan di sosial media Nona," Carolina hanya tersenyum simpul sambil menatap sekilas.   "Ku panggil kau kesini untuk mengobati lukanya," melempar tatapan mematikan ke arah Jansen. "Bukan untuk mengagumi dia," melemparkan tatapan sinis ke arah Carolina dengan sudut bibir terangkat.   "Tak ada salahnya kalau aku mengagumi Ms. Carolina, toh dia bukan kekasihmu kecuali kalau Nona ini kekasihmu," bantah Jansen tak mau kalah.   "Kau!" Geram William, tangannya mengepal menahan amarah. Carolina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya melihat kelakuan menyedihkan sang CEO dari majalah terkenal di Dunia yang selalu di puja para model.   "Biar ku obati lukamu Ms. Carolina,"   "Tidak perlu dr. Jansen, aku tidak mau berhutang budi padanya," menatap tajam William penuh kebencian. Ekor mata Jansen mengikuti arah pandang Carolina. Dia berfikir pasti Wiliam yang menyebabkan Carolina terluka.   "Ku pastikan kau tidak akan berhutang budi padanya karena aku yang mengobatimu Nona," Carolina menarik sudut bibirnya tanpa mau menatap Jansen. Ia berusaha berdiri meskipun kesulitan, menyeret kaki sebelah kiri keluar dari ruangan William. Jansen yang melihatnya jadi tak tega akan tetapi dengan tegas Carolina menolak bantuannya.   Setelah tiba di apartement nya ia langsung meluruskan kakinya lalu memijit pelan. Tak dapat menghindar dari rasa sakit, suara rintih kesakitan mewarnai seluruh ruangan.  Di saat bersamaan ponselnya berdering menampilkan nama Siena.    "Jangan sampai kau datang terlambat besok, aku tak mau jantungan lagi karena ulahmu," nada suara dari seberang terdengar sinis menggelitik pendengaran.   "Kau tidak mendengarku Carolina!" Bentaknya ketika mendapati Carolina hanya diam saja. "Aku tidak akan datang. Carikan saja penggantiku,"   "Apa yang kau katakan! Kau sadar dengan ucapanmu, hah! Kalau kau selalu bertindak semaumu kau bisa kehilangan pekerjaan, jangan mentang-mentang menyandang gelar super model kau bisa bertindak sesuka hati Ms. Carolina Keihl,"   "Lalu kau mau apa Siena? Apa aku harus jalan di atas catwalk dengan menggunakan kursi roda, hah!" Bentak Carolina.   "Apa maksudmu? Apa terjadi sesuatu dengan kakimu?"   "Yeah dan kau mau tahu siapa pelakunya?"   "Siapa?"   "CEO WD Magazine,"   Seina menutup mulutnya, ia tak percaya model sekaligus sahabatnya terlibat masalah dengan William Darkness. Setelah 60 menit berlalu bel pintu apartement Carolina berbunyi. Ia mengumpat kesal, di saat seperti ini siapa sih yang datang? Menyeret kaki kirinya menuju pintu namun sebelum membukanya mengintip dulu lewat interkam. "Masuk!" Menyuruh Siena masuk setelah itu langsung menutup rapat pintunya.   "Bagaimana kau bisa terlibat masalah dengan Mr. William? Aduh sayang karirmu dalam bahaya besar,"   "Karirku atau karirmu sebagai manager super model terkenal, huh?" Nada suara Carolina terdengar sinis menyapu pendengarannya.   "Tentu saja karirmu."   "Omong kosong," Siena tak menghiraukan ucapan Carolina, ia melenggang menuju dapur lalu kembali dengan membawa alat kompres. "Selunjurkan kakimu!"   Menatap tajam Siena. "Mau apa kau?"   "Carolina! Kakimu terkilir dan kalau di biarkan tanpa di obati bisa bengkak. Apa kau sudah siap kehilangan gelar super model dan di gantikan oleh Jasmine?"   Tersenyum menyeringai sebelum memulai kalimat. "Aku akan tetap jadi super model tanpa bergabung dengan WD Magazine Ms. Siena!"   "Please mengertilah Carolina," tatapan Siena penuh permohonan.   "WD Magazine bisa memblock nama mu pada semua Majalah di seluruh Dunia, rendahkan sedikit egomu Carolina. Bukankah super model jadi impianmu selama ini dan kau sudah berjuang hingga di titik sekarang. Ingat, perjuanganmu sama sekali tak mudah, kau memulai dari nol dan kau tahu betul betapa pahitnya perjalananmu hingga dititik sekarang ini." Carolina tak menjawab, matanya terpejam dengan kepala bersandar pada sandaran sofa.   Alat kompres pun masih terparkir apik dipangkuannya, lalu ia meraih ponsel dan menghubungi seseorang. Tak berselang lama dr. Jake sudah sampai di apartement Carolina. Tanpa sepengetahuan Carolina, Jake memasuki apartement nya atas permintaan Siena.   Menatap lekat wanita yang kini terpejam dari arah yang lebih dekat lalu meraih kaki kirinya hingga berada dipangkuan. Hal tersebut sontak membuat Carolina terpaksa membuka mata. Ia beringsut menjauh akan tetapi Jake lebih erat mencengkeram kakinya.   "Apa yang kau lakukan di apartement ku dan bagaimana kau bisa masuk?"   "Aku," potong Siena dari arah dapur. “Aku yang mengundang dr. Jake datang kemari,”   "Kau!" Geram Carolina sambil melemparkan tatapan membunuh yang tak digubris sama sekali oleh Siena lalu beralih menatap sahabat sekaligus mantan kekasihnya. "Leppaass Jake!"   "Diamlah Carolina! Biarkan aku mengobati lukamu,"   Jangan bersikap seperti ini, susah payah aku menjauhimu dan sekarang kau hadir kembali di hidupku. Kau bukan lagi Jake yang ku cinta, sekarang kau sudah dimiliki saudara sepupuku, Maria.   Manik biru memejam di iringi hembusan nafas berat dan hal itu tak lepas dari pengamatan Jake.    --   "Good morning Carolina. Bagaimana tidurmu semalam?" Sapa Siena sambil membuka korden jendela kamar Carolina.   "Apa yang kau lakukan sepagi ini di apartemen ku?" Carolina bertanya dengan nada sinis.   Tersenyum masam. "Kau pikir apa selain membantumu yang tak bisa berjalan itu, huh," menatap ke arah kaki Carolina yang bengkak. Carolina tampak mengumpat kesal mengikuti arah pandang Siena, kaki jenjangnya yang biasanya terlihat seksi kini menggembung. Ia pun terlihat jijik memandang kakinya sendiri.   "Kalau saja kemarin siang kau tidak berkeras hati menyeret kakimu dan membiarkan dr. Jansen mengobati kakimu maka hal seperti ini tidak akan terjadi Carolina,"   "Diam kau!" Carolina yang sudah sangat kesal semakin dibuat kesal dengan ocehan Siena.   Kalau saja aku tidak terlanjur menyayangimu seperti adikku sendiri, aku tidak akan sudi melakukan semua ini Carolina.   Dan disaat mereka sedang berdebat tiba-tiba bel apartement berbunyi. Carolina hendak beranjak dari tempat tidur membukakan pintu akan tetapi sebelum sempat melakukannya, Siena terlebih dulu melemparkan tatapan setajam pedang ke arahnya seolah berkata, diam dan jangan keman-mana.   "Masuk Jake!" Pinta Siena. Jake mendorong kursi roda mengarah ke kamar Carolina akan tetapi Siena menghentikannya.   "Aku tidak yakin dia mau memakai ini," ekor matanya menunjuk ke arah kursi roda, akan tetapi Jake meyakinkan Siena bahwa Carolina pasti akan mau menuruti kata-katanya.   Mendengar langkah kaki mendekat, manik biru menoleh ke arah sumber suara. Seketika mengumpat kesal mendapati Jake memasuki kamarnya dengan mendorong kursi roda.   "Huh, cobaan apa lagi ini," geram Carolina sehingga tidak ada yang mendengarnya. Jake duduk disisi ranjang tangannya terulur hendak meraih kaki Carolina akan tetapi segera dihempas dengan kasar.   "Jauhkan tanganmu Jake!"   "Kenapa Carolina? Aku hanya ingin memeriksa kakimu,"   Menatap sinis. "Hal itu tidak perlu kau lakukan, lebih baik segera tinggalkan apartemen ku sekarang juga! Aku tidak mau Maria salah paham lagi."   "Lupakan tentang Maria! Saat ini aku adalah doktermu,"   Tersenyum masam sambil mengangkat sudut bibirnya. "Dokter pribadiku sebentar lagi datang, jadi segera tinggalkan apartemen ku!" Jake sama sekali tak memperdulikan perkataan Carolina karena dia tahu betul gadis didepannya ini sedang mencoba untuk membohonginya.   Sejauh dia mengenal, Carolina bukan tipe gadis yang pandai berbohong. Tangannya terulur meraih kaki kiri yang bengkak dan memeriksanya lalu mengoleskan salep dengan sedikit tekanan membuat Carolina menjerit kesakitan.   "Tahan sayang," Jake kelepasan memanggil Carolina dengan sebutan sayang dan kata sayang yang keluar dari bibir Jake bagaikan mantra pencabut rasa sakit. Sesaat Jake menyadari akan kesalahannya, seketika menundukkan wajah tidak berani menatap ke dalam manik biru Carolina.   "Dalam beberapa hari kakimu akan membaik asal jangan kau paksakan dulu untuk berjalan. Untuk sementara waktu pakailah kursi roda ini." Setelah itu Jake langsung berlalu dari hadapannya tanpa mau menatapnya lagi.   Langkah kaki langsung terhenti ketika berpapasan dengan Siena diruang tamu. "Tinggalah beberapa hari lagi disini Siena sampai kondisinya membaik."   "Tapi Jake-" belum sempat menyelesaikan kalimatnya Jake sudah berlalu dari hadapannya. Siena berfikir pasti telah terjadi sesuatu kalau tidak, tidak mungkin ekspresi Jake seperti tadi.   Siena menyandarkan tubuhnya pada daun pintu memandang ke dalam kamar, tatapannya terpaku pada Carolina yang sedang menyandarkan kepalanya pada sandaran ranjang dengan tatapan kosong mengarah pada jendela.   Kehadiran seseorang di masa lalu kadang membuat keadaan semakin rumit, Siena membatin sambil berjalan menghampiri Carolina.   "Sarapan sudah siap lebih baik kau segera mandi dan bersiap-siap!"   "Aku sedang tidak ingin kemana pun."   "WD magazine barusan menghubungiku dan memintamu untuk datang ke kantor." Manik biru membulat sempurna dengan rasa tak percaya lalu senyum sinis mulai mengukiri bibirnya. “Apa kau tidak lihat kondisi ku Siena?”   “Memangnya kenapa? Toh hanya membicarakan masalah pekerjaan.”   "Aku tidak sudi datang kesana."   Sambil membuang nafas berat Siena duduk disisi ranjang. "Please Carolina."   "Berhenti memaksaku Siena! Jika kau takut kehilangan pekerjaan dari WD magazine kau hubungi saja Jasmine, suruh dia yang menggantikanku!"   Mengangkat sudut bibirnya. "Kau yakin dengan ucapan mu?"   "Yeah sangat yakin Ms. Siena dan tolong tinggalkan aku sendiri!" Setelah kepergian Siena, kembali berperang dengan pikirannya sendiri. Disisi lain ia sangat mengincar menjadi model dari WD magazine akan tetapi disisi lain egonya terluka dengan penghinaan yang William lakukan kemarin siang padanya.   "William Darkness kau boleh saja merendahkanku dan menganggapku murahan tapi akan ku buat kau datang sendiri kesini dan meminta maaf padaku atas penghinaanmu kemarin," ucap Carolina penuh janji.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
48.8K
bc

A Secret Proposal

read
376.2K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.2K
bc

Me and My Broken Heart

read
34.4K
bc

Billionaire's Baby

read
278.8K
bc

Accidentally Married

read
102.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook