bc

Titanium

book_age18+
823
FOLLOW
3.3K
READ
revenge
tragedy
straight
brilliant
genius
ambitious
evil
male lead
high-tech world
special ability
like
intro-logo
Blurb

[TAMAT ]

Tahun 2046

Dua bersaudara Logan Dalton dan Leo Dalton baru saja masuk dalam daftar teroris Amerika, setelah berusaha memeras Presiden negara dengan serangkaian permintaan yang diajukan keduanya.

Otak dan Otot dari kelompok teroris yang menyebut dirinya Tuan Titanium, keduanya berniat untuk membalaskan dendam atas kematian orang tua mereka dengan melepaskan mutan-mutan berbahaya di seluruh penjuru kota.

Dunia hi tech yang bercampur dengan aksi dan penuh dengan teka-teki. Titanium akan membuat pembaca tegang di setiap bab nya.

Cover: canva

chap-preview
Free preview
1. Markas
Tahun 2046 Markas Bawah Tanah Titanium di Antartic  “Semua sudah siap, Leo. Mereka semua menunggu kehadiranmu.” Kepala seorang pria, menyembul dari sisi pintu kantor Leo yang setengah terbuka. Leo Dalton mengalihkan pandangannya dari layar laptop yang ada di hadapannya dan menatap kearah Logan Dalton, kakak nya. “Masuklah kemari, Logan. Lalu tutup pintu nya,” ucap Leo menggerakkan telunjuknya mengisyaratkan Logan agar mendekat. Logan mengerutkan alisnya, “Tapi… mereka semua—“ “Biarkan mereka menunggu!” potong Leo membuat Logan mendengus tapi menurut. Sudah mengenal sifat Leo sejak kecil, Logan tahu untuk tidak membantah ucapan adiknya, terlebih ketika ia sedang berada di salah satu ‘mood’ anehnya. Yang wajar terjadi di saat seperti ini. Logan melangkah masuk, dan menutup pintu kantor Leo rapat-rapat sebelum kemudian berjalan mendekati Leo. Logan memiliki tubuh yang kekar dan tegap, berwajah tampan, dengan rahang kokoh hidung mancung dan alis tebal. Rambutnya yang gelap tersisir rapi membuatnya lebih terlihat bak seorang model atau artis. Sangat berbanding terbalik dengan adiknya. Kini bersandingan, keduanya terlihat bagaikan si tampan dan si buruk rupa. Logan sebagai si tampan, sementara Leo, si buruk rupa. Leo duduk di kursi kulitnya dengan tangan terlipat di depan dagunya. Walau memiliki postur tubuh yang tidak jauh berbeda dari Logan, tapi sesuatu membedakan keduanya. Dibawah garis rambut Leo yang tebal dan tersisir rapi, kenormalan pria itu berakhir. Seluruh kulit di wajahnya tertutup oleh bekas luka yang berparut dan mengkerut. Melintang memenuhi permukaan wajahnya hingga ke leher dan dadanya. Bekas luka yang didapatnya ketika Leo berusia 7 tahun itu memang kini sudah tidak terasa sakit. Tapi bekasnya yang berwarna merah keabuan masih mampu membuat siapapun yang melihatnya, mau tidak mau memalingkan wajahnya, entah karena ngeri atau tidak tahan. Luka itu bahkan membuat sebelah kelopak mata Leo tertutup sebagian menjadikan mata kanannya tidak bisa membuka sempurna. Membuat wajahnya yang baru berusia 25 tahun, jauh terlihat lebih tua dari umurnya.  “Lihat ini!” Leo menunjuk ke layar laptopnya. “Bagaimana menurutmu wajah ini?” Logan berdiri di sebelah kursi Leo menatap layar laptop di atas meja dengan dahi berkerut. Sebuah design 3d dari wajah seorang pria terlihat melayang di dalam layar bergerak menoleh ke segala arah. Tampan, simetris, dan sempurna. Terlalu sempurna, pikir Logan. “Kau berniat merubah wajahmu seperti ini?” tanya Logan berusaha menahan tawanya. “Ya… Kenapa tidak. Ketika kau memiliki uang tidak terbatas dan teknologi yang memungkinkan. Tidak ada yang tidak bisa. Apa salahnya memiliki yang terbaik?” “Hm… Tidakkan wajah ini terlalu… tidak realistis?” “Tidak realistis bagaimana?” balas Leo. “Ah… kau hanya cemburu karena wajah ini akan menjadikanku jauh lebih tampan darimu, bukan?” Jawaban Leo membuat Logan makin tergelak. Hidup berdua di jalanan sejak kecil, memang membuat Logan memanjakan adiknya. Kadang terlalu berlebihan. Kedua orang tua mereka meninggal ketika Leo masih berusia 7 tahun dan Logan 9 tahun dalam peristiwa yang disebut sebagai Maret Membara oleh media masa, dimana tiga orang teroris membajak sebuah restauran dan membakar hidup-hidup pengunjung yang terjebak di dalamnya.    Restauran di mana Ken dan Barbara Dalton sedang merayakan hari jadi pernikahan mereka, yang sebetulnya hampir saja batal karena tiba-tiba pengasuh yang di sewa untuk menjaga kedua anak mereka mendadak membatalkan janji dan tidak bisa bekerja malam itu. Tapi seolah garis nasib sudah menentukan, mendadak Logan mendapat ajakan salah satu teman sekolahnya untuk menginap, meninggalkan Leo, yang akhirnya diputuskan untuk diajak oleh kedua orang tuanya ke restaurant. Ketika pemadan kebakaran akhirnya berhasil memadamkan kobaran api, mereka menemukan Ken dan Barbara Dalton sudah dalam keadaan meninggal, hangus sambil memeluk anak mereka, yang ajaibnya, walaupun penuh dengan luka bakar di setengah tubuhnya, Leo ditemukan masih dalam keadaan hidup. “Bisakah kita bicarakan mengenai wajahmu lain waktu? Ada hal lain yang lebih mendesak perlu kau tangani,” sela Logan berusaha mengalihkan perhatian adiknya dari layar monitor. Leo melirik ke jam di tangannya,“Ah… Baiklah.” Ia lalu meraih laci teratas di mejanya dan menarik keluar sebuah topeng berwarna putih, kemudian memasangnya menutupi rupanya yang mengerikan. Wajahnya yang penuh bekas luka parut kemerahan kini terlihat tanpa ekspresi di balik topeng putih berbahan titanium miliknya. “Bagaimana wajahku, Kakak?” tanyanya dengan nada bercanda. Logan tersenyum sambil menjawab, “Bak seorang monster.” “Hah! Bagus! Aku ingin mereka ingat wajah ini selamanya. Wajah pria yang akan menguasai dunia.” Leo merapikan jasnya dan berjalan keluar dari ruangannya, diikuti Logan. Mereka berjalan menyusuri lorong berlampu terang di bunker bawah tanah yang dibangun keduanya. Berlokasi di tempat yang sangat dirahasiakan, bahkan orang-orang yang bekerja di sana tidak ada yang tahu lokasi tempat itu. Kebanyakan dibawa ke lokasi itu dalam keadaan terbius tidak sadar, bukan karena paksaan, tapi memang karena hal itu adalah salah satu persyaratan yang diajukan oleh Leo dan Logan. Selain orang-orang genius dan ahli di bidangnya, mereka meminta komitmen pekerjanya untuk tidak meninggalkan lokasi itu selama 5 tahun mereka menandatangani kontrak kerja. Iming-iming gaji tinggi membuat semua orang setuju dengan persyaratan yang diajukan oleh Leo dan Logan tanpa banyak pertanyaan. Dimana lagi ada orang yang menggaji 10 kali lipat gaji mereka saat itu dimana kondisi perekonomian global sedang tersungkur. Logan melirik ke arah Leo yang berjalan di sampingnya. Lima tahun mereka merencanakan hal ini. Kini akhirnya sudah diujung tanduk, ia membayangkan apa yang ada di dalam pikiran adiknya. Terlahir penuh dengan bakat sejak kecil, Logan selalu tahu bahwa adiknya kelak akan melakukan sesuatu yang besar untuk semua orang. Beberapa kali orang mencoba mengetes IQ Leo ketika mereka masih berada di bangku sekolah, yang berada di kisaran 195-210. Salah satu media masa bahkan sempat menyebut Leo  sebagai orang terpintar di negara, dan bahkan mungkin didunia saat ini. “Kau gugup?” Logan bertanya ketika dilihatnya adiknya itu beberapa kali membuka dan mengancingkan kembali kancing kerahnya. Sesuatu yang dilakukannya tanpa sadar ketika ia tidak tenang.  “Apa?! Tentu saja tidak. Semua sudah direncanakan sampai ke titik akhir dengan sempurna. Ketika semuanya berakhir, dunia yang kita kenal sekarang, akan berubah selamanya.” Logan mungkin bukanlah seorang genius seperti adiknya, tapi ia mengenal watak Leo jauh lebih dari Leo mengenak wataknya sendiri. “Kau memikirkan tentang algoritme program S.O.U.L?” tebaknya. Leo mendengus. “Pasti ada kesalahan dari perhitungannya. Aku akan mengeceknya setelah kita selesai dengan dengan urusan kita.” Keduanya sudah berada di ujung lorong. Logan mendekatkan wajahnya ke sebuah alat yang terpasang di sisi pintu yang langsung memindai  retina mata nya sebelum menyentak terbuka diiringi sapaan bersuara robot. “Selamat datang, Logan Dalton.” Logan melangkah masuk diikuti Leo dibelakangnya yang langsung berdiri di hadapan sebuah layar monitor berukuran jumbo. Tiga orang staf yang ada di dalam ruangan menoleh dan menatap Leo menunggu aba-aba dari pria itu. Sementara adiknya berdiri, Logan mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi yang berjejer di bagian bawah. “Kau sudah siap, Kak?” tanya Leo setengah tersenyum dari balik topengnya. Perasaan gugup yang tadi sempat muncul dari diri Leo rupanya sudah menguap karena kini Logan bisa merasakan tatapan tajam mata Leo yang memandanginya. Logan menarik nafas dalam-dalam, karena kini perutnyalah yang dipenuhi oleh kupu-kupu. Setelah lima tahun merencanakan, dan 13 tahun membayangkan, akhirnya mereka akan melakukannya. Logan yang tidak mampu menjawab, hanya menganggukan kepalanya kearah Leo. “Baiklah! Mari kita mulai…” perintahnya kearah salah satu stafnya yang ada di dekatnya. Pria itu memencet beberapa tombol di keyboard komputernya yang memunculkan sebuah wajah seseorang di layar monitor jumbo di dalam ruangan. Leo menatap lekat kedepan, ke arah pria di dalam layar monitor. Beberapa saat ia hanya terdiam mengamati pria itu yang mulai salah tingkah dan menyeka dahinya dengan sapu tangannya. Leo tersenyum kecil di balik topeng titaniumnya sebelum akhirnya bersuara. “Selamat pagi, Pak Presiden. Senang aku akhirnya bisa berbicara dengan mu secara langsung.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Scandal Para Ipar

read
693.7K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
860.5K
bc

Marriage Aggreement

read
80.8K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.0K
bc

JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU

read
4.1K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
624.3K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook