bc

GHOST WRITER

book_age16+
24
FOLLOW
1K
READ
possessive
badboy
no-couple
mystery
scary
ghost
city
secrets
roommates
selfish
like
intro-logo
Blurb

Ghost Writer terkadang banyak di salah gunakan untuk orang yang mencari uang dengan membantu penulis di bawah salah satu platform. Namun, ada juga ghost writer yang hanya memerlukan uang tanpa ingin dikenal oleh siapapun.

Cerita ini menarik karena bisa lebih memahami apa yang dikatakan sebagai ghost writer. Bukan hanya sebagai bentuk untuk mencari uang, namun ghost witer yang benar-benar tidak diperbolehkan untuk melihat dunia luar.

chap-preview
Free preview
Bab 1: INTI CERITA
Pikirannya kosong. Dia tidak bisa merangkai kata-kata manis lagi dengan keadaan dan tekanan seperti ini. Dia tidak bisa bekerja seperti rodi dan tidak pernah melihat keluar. Dia tidak bisa terus menerus seperti ini. “Lo udah ga bisa nulis lagi?!” sentak seseorang di sampingnya. Tangannya bergetar hebat. Tanpa istirahat dan tekanan berat di otaknya kini menjadi sangat kacau. Keadaannya bukan seperti ini yang diinginkannya. Dia hanya ingin menulis. Merangkai kata-kata manis dan juga menerima saran dan kritikan dari beberapa orang yang menyukai karyanya. “Kalo ga bisa nulis, komputer yang lo pake sekarang, gue jual aja ya ?” kata laki-laki itu lagi yang sedang terlentang di atas tempat tidur yang jarang digunakan untuk tidur itu. Pemilik kamar itu hanya diam di hadapan komputer dengan tulisan yang baru beberapa kalimat saja. Tidak bisa berfikir jernih adalah masalahnya. “Gue perlu istirahat.” Katanya pelan dan takut. Orang yang mendengarnya itu tertawa, “bukannya waktu makan lo tadi termasuk istirahat ya?” tanyanya sedikit meremehkan. “Gue perlu tidur.” Katanya lagi. Orang itu mengangguk. Meski tidak terlihat secara langsung, orang yang di tempat tidur itu mengangguk di tepian layar komputer yang hitam sebagai cermin orang yang duduk di depan komputer. Gadis berusia dua puluh tahunan itu adalah seorang penulis yang awal mula di kenal dengan nama pena Flora di berbagai macam akun platform berbayar dan kemudian sudah mendapatkan cetakan buku aslinya, benar-benar diberikan tekanan yang sangat berat oleh orang yang biasanya mengaku bahwa dia adalah manajer dari penulis bernama Flora. Salah. Gadis ini memang memiliki nama pena Flora namun nama aslinya benar-benar tidak pernah orang tahu. Venya. Venya Areena. Mulai menulis saat dirinya umur tujuh belas tahun sebagai hobi. Lantas dia di tawari oleh salah satu editor di platfrom online berbayar dan mulai terbiasa menerima uang cukup banyak dari sana. Menambah beberapa platform online lainnya untuk tambahan penghasilan. Namun, ceritanya sudah diketahui oleh kekasihnya sendiri yang berusaha memanfaatkan penghasilan dari Venya. Dia menjadi manajer yang baik pada awalnya, namun makin ke sini ketat sekali terhadap masalah menulis yang dilakukan Venya. Dia mulai terobsesi dengan uang banyak yang dihasilkan Venya yang menurutnya cukup mudah untuk di dapatkan. Dia tidak bisa melepaskan Venya. Maka dari itu, dia mengurung Venya untuk menulis di kamarnya sendiri. Membelikan semua kebutuhan Venya dan membuat Venya tidak di kenal orang banyak. Bahkan Venya tidak boleh melakukan interaksi lain selain membalas komentar penggemar. Paling parahnya, Venya bahkan tidak pernah mengenal dunia luar. Mengetahui gosip nasional, politik atau bahkan berita terkini. Venya tidak mengetahui itu semua. Venya benar-benar menjadi ghost writer untuk tulisannya sendiri. Dia hanya menulis, menerima hasil yang dikatakan ‘ hadiah ’ oleh kekasihnya dan hanya diam di kamarnya. Flora adalah bunga yang sangat di kenal semua orang dengan tulisannya yang bagus dan juga tidak pernah memperlihatkan bahwa dirinya sedang dikurung. Tulisan Flora yang menyegarkan membuat para pembacanya bahagia dan juga sering sekali memuji Flora. Namun, Flora yang asli, Venya Areena, butuh pertolongan. Bukan komentar baik untuk saat ini. Venya sendiri harus bertahan untuk hal ini. Venya mungkin tidak akan kuat, namun Venya percaya bahwa nanti, di depan nanti ada kebahagiaan yang menunggu Venya. Mulai dari sejak saat itu, Venya benar–benar tidak pernah menghindari kata sabar. Kata itu adalah yang menjadi kunci dari kehidupan Venya. Jika tidak sabar mungkin Venya tidak bisa bernafas lagi hari ini. * * * “Gue sekarang perlu tidur buat mulihin mental gue dan juga ngejernihin pikiran gue.” Kata Venya berdiri dari kursinya. Sementara yang sekarang masih saja tidur di kasurnya tersenyum sambil terkekeh. Dia juga bangkit dari tidurannya dan menatap Venya dengan tatapan dingin. “Lo itu perlu hidup, hidup itu butuh duit. Dan duit bisa di dapat kalo lo kerja.” Kata orang itu di hadapan Venya, “lo harus ngehasilin duit dari apa yang lo kerjakan sekarang. Gue kan manajer lo, jadi harusnya lo yang ngasih duit ke gue.” Kata manajernya itu. Sebenarnya, Venya bukan hanya tentang kerjaannya. Dia memang menyukai jika ia menulis kemudian menghasilkan uang. Namun, tetap saja, Venya tidak bisa di paksakan seperti ini. Dia perlu istirahat. Sudah lama ia tidak tidur nyenyak di dalam hidupnya. “Gue udah lama ga tidur nyenyak.” Ucap Venya, “yang bisa gue inget, gue pernah tidur nyenyak sebelum gue kenal sama lo.” Kata Venya lagi. Venya benar–benar tidak bisa berpikir jernih. Dia benar–benar terlalu memaksakan diri. Dia benar–benar tidak pernah merasa bahwa dirinya harus pergi dari sini. Dia merasa dia harus keluar dari sini. “Apa lo bilang?” kata orang itu. Selanjutnya, orang itu bangkit dari tempat tidurnya dan mendorong Venya sampai ke tembok di belakangnya. “Apaan sih? Yang gue bilang itu adalah kenyataan yang harus lo terima dan gue juga harus terus – menerus bertahan dalam hal ini.” Kata Venya lagi. Tenggorokkannya seakan di cekik dan dia benar – benar kesulitan untuk bernapas. Dia harus kembali menahan rasa sakit seperti ini. Kemudian, untuk hal ini, Venya tidak ingin lagi memaksakan dirinya sendiri. “Lo harus tau diri, lo tinggal di sini, keluar dari panti asuhan sia*lan itu karena gue, dan lo gue akut ke sini buat nemuin kebebasan lo.” Kata orang itu. Venya terkekeh dengan nada yang sinis, “gue ga berhutang budi sama lo. Dan kalo menurut lo ini adalah kebebasan, gue ga relate.” Kata Venya lagi. Selanjutnya, Venya merasa bahwa kebebasan yang menurutnya orang di depannya kebebasan adalah seperti ini, Venya mungkin tidak mengiyakan. Dimana Venya tidak menemukan yang dinamakan kebebasannya. “Ini yang gue sebut kebebasan dan lo harus paham itu.” Kata orang di depan Venya, “gue bahkan benar – benar udah ngebut lo bebas dan ga pernah memilih buat lo jadiin manajer.” Kata orang itu lagi. Venya mengangguk, “gue membenarkan apa yang lo omongin.” Kata Venya menahan tekanan di lehernya. “gue salah ngejadiin lo manajer dalam urusan ini. Dan gue nyesel ketika gue sadar kalo gue harus terus menerus ada di samping lo dan ada di sekitar lo.” Ucap Venya lagi. Yang di depan Venya menekan leher Venya dengan kuat. “Lo mau bu*nuh gue?” Tanya Venya, “boleh. Gue lebih memilih ma*ti dari pada harus ngelayanin lo lagi.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

(Bukan) Pemeran Utama

read
19.5K
bc

Head Over Heels

read
15.6K
bc

Byantara-Aysha Kalau Cinta Bilang Saja!

read
284.1K
bc

DENTA

read
16.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook