bc

Pesona Calon Adik Ipar

book_age18+
19.7K
FOLLOW
140.4K
READ
fated
confident
CEO
boss
drama
bxg
office/work place
betrayal
love at the first sight
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

Jonathan Aulian—CEO sebuah perusahaan terkemuka di Jakarta.

Jonathan tidak menyangka, jika gadis yang telah menamparnya di depan umum adalah calon adik iparnya sendiri. Gadis yang telah berhasil mengganggu tidur nyenyaknya setelah pertemuan awal mereka.

Diva Laura Denata.

Setelah hari yang sangat memalukan itu terjadi, Diva berharap tidak akan pernah bertemu dengan pria yang telah mencuri ciuman pertamanya itu. Tapi, takdir ternyata berkata lain. Diva tidak menyangka, jika pria yang sangat tidak ingin ditemui ternyata adalah calon kakak iparnya sendiri.

“Aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi.” Jonathan tersenyum menyeringai.

“Tolong jaga sikap kamu!” seru Diva saat Jonathan ingin menyentuh tangannya.

Jonathan yang terus menerus mendapatkan penolakan dari Diva, semakin merasa tertantang untuk menaklukkan gadis itu. Dia bahkan tidak peduli dengan Dina, yang tak lain adalah tunangannya. Bagi Jonathan, Dina tak lain hanyalah wanita yang telah menggoreskan luka di hatinya setelah pengkhianatan yang wanita itu lakukan dengan sahabat dekatnya.

Apakah Jonathan akan berhasil menaklukan hati Diva yang dengan terang-terangan terus menolaknya? Atau dirinya akan tetap menikah dengan Dina yang telah menggoreskan luka di hatinya?

chap-preview
Free preview
Pengkhianatan
Jonathan menatap langit-langit kamar hotel yang sengaja ia sewa untuk menghabiskan malam bersama dengan kekasihnya—lebih tepatnya wanita yang sengaja ia manfaatkan untuk memuaskan dahaganya. Jonathan meraup wajahnya kasar, “lebih baik sekarang lo keluar dari kamar ini,” pintanya sambil menatap wanita yang saat ini tengah mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena pergulatan panas yang baru saja terjadi kamar itu. “Selain itu, mulai saat ini, kita putus,” lanjutnya. Wanita cantik itu begitu tersentak saat mendengar apa yang Jonathan ucapkan baru saja. Dengan nafasnya yang masih memburu, ia mengubah posisinya menjadi duduk, sambil menarik selimut untuk menutup tubuhnya yang masih bercucuran keringat. “Apa tadi lo bilang? Putus?” tanyanya memastikan. “Hem, gue sudah bosan sama lo. Gue ingin kita akhiri semuanya saat ini juga,” ucap Jonathan dengan entengnya. “Enggak! Gue gak mau putus! Setelah apa yang udah gue berikan sama lo, lo mau putusin gue! Apa lo udah gila, hah!” seru wanita yang bernama Jenny itu dengan amarahnya yang menggebu-gebu. “Gue juga gak minta lo untuk memberikan apa yang lo punya. Selain itu, dengan semua yang udah gue berikan sama lo, itu lebih dari cukup untuk membayar segala kepuasan yang telah lo berikan ke gue.” Jenny beranjak dari ranjang, ia lalu melangkah mendekati Jonathan. “Gue sayang sama lo, Jo. Gue gak mau putus sama lo,” lirihnya dengan kedua sudut mata yang sudah mulai digenangi oleh cairan bening. “Tapi gue gak pernah cinta sama lo. Saat pertama kali kita menjalin hubungan, gue udah tegaskan itu sama lo. Lo yang minta gue untuk menjadi kekasih lo, bukan gue! Selain itu, lo juga tau, kalau gue masih berstatus sebagai pacar Dina, sahabat lo sendiri.” Jenny duduk bersimpuh di depan kaki Jonathan. “Gue rela lo jadikan yang kedua. Tapi, jangan putusin gue,” pintanya. Jonathan menghela nafas, “gue gak bisa. Itu sudah menjadi keputusan akhir gue. Sebenarnya gue ingin mengakhiri hubungan ini dari satu bulan yang lalu, tapi lo sepertinya sedang banyak tekanan waktu itu. Jadi, gue terpaksa harus menundanya. Tapi, kali ini gue udah gak bisa menundanya lagi.” Jenny mengepalkan kedua tangannya, “apa yang lo suka dari Dina? Bukankah dia jelas-jelas udah mengkhianati lo selama ini? bahkan gue udah bantu lo untuk mengumpulkan bukti-bukti perselingkuhannya dengan Dava—sahabat lo sendiri!” “Lo gak perlu tau apa alasan gue masih mempertahankan Dina jadi kekasih gue. Untuk pengkhianatan yang Dina lakukan, gue bahkan membalasnya dengan lebih kejam lagi. Bahkan dengan terang-terangan gue memacari sahabat-sahabatnya. Tapi, lo tau ‘kan, Dina hanya diam, karena dia gak akan pernah bisa melarang gue untuk melakukan apapun yang gue inginkan!” Jonathan lalu beranjak dari duduknya, “gue kasih waktu 10 menit untuk lo keluar dari kamar ini. Tenang aja, gue akan transfer uang ke rekening lo untuk bayaran lo malam ini.” Jonathan lalu melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. “b******k lo Jonathan! Gue akan pastikan lo akan menyesal telah memperlakukan gue kayak gini!” teriak Jenny. Jonathan menghentikan langkahnya, ia lalu membalikkan tubuhnya. “Meskipun gue harus melepaskan seribu cewek kayak lo, gue gak akan pernah menyesal. Meskipun gue cowok b******k, tapi gue tetap mencari calon istri yang baik luar dan dalam. Jangan sampai lo mempermalukan diri lo sendiri, karena lo juga tau, bukan gue yang pertama kali menikmati tubuh lo itu,” ucapnya lalu kembali membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju kamar mandi. Jonathan menutup pintu kamar mandi dengan sangat keras. Air mata yang sejak tadi Jenny tahan, akhirnya mengalir membasahi kedua pipinya. “Jo, gue bener-bener cinta sama lo. Tapi kenapa lo gak bisa melihat ketulusan cinta gue, kenapa?” Dengan berderai air mata, Jenny bangkit berdiri, ia lalu mengambil semua pakaiannya yang berserakan dimana-mana, lalu kembali memakainya. Dengan langkah gontai, Jenny mengambil tas selempangnya dari atas sofa, setelah itu ia melangkah keluar dari kamar hotel itu. Jonathan yang sudah selesai membersihkan dirinya keluar dari kamar mandi. Ia melihat sudah tak ada sosok Jenny di kamar itu. Jonathan menghela nafas panjang, “sorry, Jen. Sejak awal gue memang gak pernah cinta sama lo. Lo hanya gue jadikan sebagai alat untuk menjadi mata-mata gue untuk mengumpulkan bukti tentang perselingkuhan Dina dan Dava." "Gue sangat berterima kasih atas bantuan lo itu, itu sebabnya gue mau saat lo minta gue untuk menjadi kekasih lo sebagai imbalan atas apa yang sudah lo lakukan untuk gue.” Jonathan melangkah menuju jendela kaca tebal yang berukuran sangat besar. Dari jendela kaca itu, ia bisa menikmati keindahan kota Jakarta di malam hari. Tugu Monas yang menjulang tinggi, terlihat sangat jelas dari jendela kamar hotel Jonathan. Jonathan kembali mengingat kejadian 2 bulan yang lalu, dimana dirinya memergoki Dina—sang kekasih hatinya tengah bermesraan dengan Dava—sahabat dekatnya. 2 bulan yang lalu. Jonathan dan Dina baru saja menghabiskan malam bersama. Mereka sama-sama menikmati kebersamaan mereka saat itu. “Sayang, gak nyangka ya, kita sudah pacaran selama 3 tahun,” ucap Jonathan sambil membelai lembut pipi Dina yang saat ini tengah memeluknya dengan sangat erat. “Hem, apa kita akan merayakan hari jadi kita yang ke 3 tahun ini, Sayang?” tanya Dina sambil mendongakkan wajahnya menatap wajah tampan sang pujaan hati. “Boleh, kamu mau kita merayakannya dimana? Di hotel bintang 5 atau kalau perlu kita berlibur kemana gitu, hanya kita berdua tentunya.” Kedua sudut bibir Dina tertarik membentuk sebuah senyuman, “beneran? Kamu mau mengajak aku liburan berdua?” Jonathan menganggukkan kepalanya, “kamu bisa pilih kemana kita akan liburan nantinya,” ucapnya lalu mengecup kening Dina. “Em... sebenarnya aku sangat ingin pergi ke Paris. Dulu aku pernah pergi kesana, tapi itu saat aku masih kecil. Apa kamu mau menemaniku kesana?” “Hem, tentu saja. Apapun akan aku lakukan buat kamu,” ucap Jonathan dengan senyuman di wajahnya. Terdengar suara ponsel berbunyi. “Sayang, sepertinya ponsel kamu berbunyi deh,” ucap Jonathan sambil menatap ponsel Dina yang tergeletak di sofa. “Mungkin Mama yang menelpon. Aku angkat dulu ya.” Dina lalu beranjak turun dari ranjang, melangkah menuju sofa dan mengambil ponselnya. Kedua mata Dina membulat dengan sempurna. Dava! Kenapa dia menghubungiku malam-malam begini? “Sayang, siapa yang menelpon?” tanya Jonathan saat melihat wajah pucat Dina. “Ah... em... Mama. Mama yang menelpon. Sebentar aku angkat dulu teleponnya.” Dina lalu menjawab panggilan itu, “halo, Ma,” sahutnya sambil melirik ke arah Jonathan. Dina melihat Jonathan beranjak dari ranjang dan melangkah menuju kamar mandi. “Dav, kenapa lo menghubungi gue! Bukankah gue sudah bilang kalau jangan mengganggu gue saat gue sedang bersama dengan Jonathan!” “Gue kangen sama lo, Din. Gue ingin menghabiskan malam ini bersama dengan lo. Gue tunggu lo di rumah gue.” “Sory, Dav, gue gak bisa. Malam ini gue ada janji sama Mama.” “Gue gak mau tau. Lo harus datang ke rumah gue. Tenang aja, nyokap dan bokap gue gak ada di rumah. Mereka pergi keluar kota selama satu minggu.” Dina menghela nafas, “ok. Gue akan ke rumah lo.” Dina lalu mengakhiri panggilan itu. Ia lalu mendudukkan tubuhnya di sofa. Alasan apa yang harus gue katakan pada Jonathan? Padahal malam ini gue berencana untuk menginap di apartemen Jonathan. Tapi, gue juga gak bisa menolak permintaan Dava. Dava bisa menghancurkan hubungan gue sama Jonathan. Jonathan keluar dari kamar mandi, ia melihat Dina yang tengah duduk di sofa. Ia lalu melangkahkan kakinya menghampiri Dina. “Ada apa, Sayang? Kok murung gitu?” tanyanya sambil mendudukkan tubuhnya di samping Dina. “Sayang, sorry ya. Malam ini aku gak bisa menginap disini. Mama memintaku untuk pulang, katanya ada hal yang ingin Mama bicarakan sama aku,” ucap Dina berbohong. “Ok, gak masalah kok. Tapi kita jadi berlibur ke Paris berdua ‘kan?” Dina menganggukkan kepalanya, “kamu atur aja, aku siap pergi kapan aja,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya. “Aku pakai baju dulu, setelah itu aku akan mengantar kamu pulang.” Dina membulatkan kedua matanya, “gak perlu! A—aku akan pulang sendiri aja.” Jonathan mengernyitkan dahinya, “kenapa? kenapa kamu jadi gugup kayak gitu? Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?” tanyanya penasaran. “Eh... gak ada kok. Aku hanya gak ingin merepotkan kamu aja.” Dina lalu beranjak dari duduknya, mengambil tas selempangnya yang ada di atas sofa. “Aku pulang dulu ya, sampai ketemu besok di kampus,” ucapnya lalu mengecup kilas bibir Jonathan. “Beneran kamu gak mau aku antar pulang?” “Hem, aku bisa pulang sendiri, kamu gak usah cemas.” Dina lalu melangkah keluar dari apartemen Jonathan. Jonathan menatap jam di dinding kamarnya, “lebih baik gue pergi ke rumah Dava aja. Males gue menghabiskan malam minggu sendirian disini. Mendingan gue ajak Dava dan yang lainnya ke cafe.” Jonathan lalu melangkah menuju lemari pakaiannya, mengambil kaos dan celana jeans. Setelah selesai bersiap-siap, Jonathan keluar dari apartemennya menuju lift. “Dava gak sedang sama ceweknya kan? Sebenarnya gue penasaran, siapa cewek Dava. Kenapa dia merahasiakannya dari kami semua. Apa dia takut kalau kekasihnya itu akan tertarik sama gue?” Jonathan tertawa, “gue memang lebih tampan dan juga lebih kaya dari Dava. Tapi, gue juga gak mungkin menusuk teman gue sendiri dari belakang. Apalagi hanya gara-gara cewek persahabatan gue sama Dava hancur.” Jonathan membuka pintu mobilnya, saat mobilnya sudah terparkir tepat di depan rumah Dava. Jonathan melihat mobil Dava ada di halaman rumahnya. “Dava ada di rumah. Dia pasti gak akan menolak saat gue ajak untuk ke cafe sama yang lain.” Jonathan menggerakkan tangan kanannya untuk mengetuk pintu. Tak berselang lama pintu itu mulai terbuka dengan perlahan. “Dava nya ada, Bi?” tanyanya setelah pintu itu terbuka dengan sepenuhnya. “Ada, Den. Tapi Den Dava sedang ada tamu.” “Gak apa-apa, Bi. Mungkin saya juga kenal dengan tamu Dava itu. Semua teman Dava, saya mengenalnya.” Wanita paruh baya itu lalu meminta Jonathan untuk langsung menemui anak majikannya itu ke kamarnya. Jonathan menaiki anak tangga satu persatu, hingga kakinya mulai berhenti melangkah tepat di depan kamar Dava. Tapi, ada yang aneh di telinganya. Ia seperti mendengar suara-suara yang tak asing di telinganya. Astaga! Apa sebenarnya yang sedang Dava lakukan? Apa tamu yang dimaksud bibi tadi, kekasihnya Dava? Apa mereka saat ini sedang... Jonathan sontak langsung menutup mulutnya sendiri. Rasa penasaran yang sangat besar, kini tengah melingkupi pikiran Jonathan. Jonathan melihat pintu kamar Dava sedikit terbuka, dan ia memanfaatkan itu untuk mengintip apa yang sedang Dava lakukan dengan kekasihnya—kekasih yang sampai saat ini tidak pernah Dava kenalkan kepada para sahabatnya. Kedua mata Jonathan membulat dengan sempurna, saat melihat hal yang sama sekali tak diduganya yang kini terpampang jelas di depan kedua matanya. Di—Dina! Apa yang dilakukan Dina dengan Dava? Sebenarnya ada apa ini? apa kekasih Dava yang dia sembunyikan selama ini... adalah Dina! Jonathan mengepalkan kedua tangannya. Ia tidak ingin lagi melihat apa yang sedang Dina dan Dava lakukan di kamar itu. Jonathan memilih untuk pergi dari depan kamar Dava. Jonathan bahkan langsung keluar dari rumah Dava. Dina, gue gak nyangka lo tega ngelakuin ini sama gue. Selama ini gue selalu menuruti apapun keinginan lo. Gue bahkan memberikan seluruh hati dan cinta gue buat lo. Tapi, ini balasan yang lo kasih buat gue! “Din, lo saat ini tengah bermain api sama gue. Tapi, lo gak akan tau, apa yang akan gue lakukan untuk membalas apa yang udah lo lakuin ke gue,” ucap Jonathan lalu melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah Dava. Jonathan tak pernah membayangkan, wanita yang sangat dicintainya tega menghianatinya seperti ini. Kenapa harus Dava?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Life of Mi (Completed)

read
1.0M
bc

Marriage Aggreement

read
80.1K
bc

Scandal Para Ipar

read
692.7K
bc

My Devil Billionaire

read
94.5K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K
bc

Sang Pewaris

read
52.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook