bc

Satu Atap

book_age16+
1.9K
FOLLOW
16.0K
READ
fated
bitch
confident
beast
popstar
sweet
bxg
city
enimies to lovers
stubborn
like
intro-logo
Blurb

“Ha … Hansel? Hansel Archad?” tanya Aruna masih dalam posisinya setengah rebahan di lantai karena dirinya belum sempat bangkit dari terjerembab tadi.

“Ya,” jawab pria itu datar.

Aruna membelalakkan mata karena kaget. Kini mulutnya sudah kembali terbuka untuk berteriak. Namun, ini bukanlah teriakan senang karena Hansel Archad, aktor terkenal, berada di satu tempat dengannya. Melainkan teriakan ketakutan karena seorang maniak yang juga seorang aktor terkenal berada di satu tempat dengannya di tengah malam yang begitu sunyi. Bagaimana jika Hansel melecehkannya seperti dia melecehkan Pamela Collins?

***

Karena skandal pelecehan yang sedang menimpa Hansel Archad, ia harus mundur sejenak dari dunia hiburan. Dan untuk menghindar dari media, Hansel harus tinggal satu atap dengan perempuan bernama Aruna Griska, mahasiswi tingkat akhir yang sedang pusing memikirkan skripsi dan cowok yang disukainya.

Apa jadinya jika dua orang yang sama-sama menjengkelkan tinggal di satu atap yang sama?

Love photo created by freepik - www.freepik.com

chap-preview
Free preview
1| Skandal panas tahun ini
Kabar mengejutkan datang dari seorang aktor terkenal berinisal HA. HA diduga melakukan pelecehan terhadap selebgram berinisial PC. Sebelumnya PC membuat status di IG story yang mengatakan jika dirinya dilecehkan oleh pria yang sedang dekat dengannya. Para netizen berspekulasi bahwa pria tersebut adalah HA karena PC juga melampirkan foto pria berkaos hitam yang pernah dikenakan oleh HA. Tim Gosip Panas masih mencoba untuk menghubungi pihak HA via telepon. Namun, pihak HA sendiri tidak mau menanggapi gosip tersebut.      Jadi, bagaimana menurut kalian? Apakah mungkin HA memang melakukan pelecehan terhadap PC? Ataukah PC hanya mengarang cerita?     “Ya, ngapain nanya kita,” sahut Aruna melotot ke arah televisi. “Skripsi gue aja belum kelar, suruh mikir masalah orang lain. Yang bener aja!”     Terdengar kekehan dari arah sampingnya. Aruna menolah dan mendapati Ethan tengah berdiri di sampingnya.      “Eh, Ethan, gue pikir lo belum berangkat,” kata Aruna tersenyum konyol ke arah pria itu.     “Lo aneh banget sih, TV lo omelin,” balas Ethan.     “Ya habis, dari tadi TV isinya gosip soal HA dan PC terus. Bosen gue dengernya,”  gerutu Aruna melirik kesal ke arah televisi.     “Ya udah ganti aja,” ucap Ethan santai.     “Remotnya disita sama mereka,” kata Aruna menunjuk segerombolan perempuan yang tengah berada di meja nomor tujuh.      Ethan hanya tersenyum menanggapi. “Omong-omong, HA dan PC itu siapa?”     “HA itu Hansel Archad, aktor yang sedang naik daun. Iklan isinya dia semua. Film juga dia semua aktornya. Kalau PC itu Pamela Collins. Selebgram, cantik banget. Bodynya aduhai,” jelas Aruna. “Sampai hapal gue. Padahal sebelumnya gue nggak tahu siapa mereka,” tambahnya.      “Saking diberitain di mana-mana, ya?”      Aruna mengangguk mantap. Benar, gosip mengenai pelecehan terhadap Pamela Collins sudah meramaikan layar televisi maupun berita online sejak beberapa hari ini. Pamela yang sebelumnya tidak begitu dikenal oleh masyarakat sontak menjadi buah bibir di berbagai kalangan. Namanya langsung meroket tinggi. Banyak sekali dukungan yang dia dapatkan karena peristiwa nahas yang menimpanya itu. Namun, bukan berarti tidak ada yang menuduhnya pansos kepada Hansel dan mengarang-ngarang cerita. Karena Hansel sendiri dikenal sebagai pria yang santun dan ramah. Sejak kemunculannya di dunia hiburan enam tahun lalu, Hansel tidak pernah sekalipun tersandung gosip aneh-aneh. Orang-orang bilang Hansel adalah buku baru yang bersih tanpa catatan apa pun. Tapi, sejak munculnya gosip tersebut, banyak sekali orang yang menghujatnya. Meskipun begitu, masih saja ada fans yang membelanya.      Aruna menghela napas dalam. Tidak seharusnya dirinya mempedulikan gosip tidak jelas seperti itu.      “Ada pelanggan,” kata Ethan seraya berjalan meninggalkan Aruna untuk melayani pelanggan itu.     Aruna menyandarkan kepalanya pada tembok di sebelahnya. Seharusnya liburan semester kali ini dirinya bisa pulang ke rumah, beristirahat sejenak sebelum benar-benar bertempur dengan skripsi yang sedang ia kerjakan. Namun, karena mengetahui bahwa Ethan menjadi pelayan di tempat dirinya bekerja paruh waktu, akhirnya Aruna memutuskan untuk tidak pulang ke rumah dan tinggal di kost sendirian—ya, semua teman kostnya pada pulang ke rumah mereka masing-masing. Jika Aruna tidak menyukai Ethan, Aruna tidak akan sudi menghabiskan tenaganya di sini.      “Run,” panggil Ethan menunjuk seorang pengunjung yang baru saja masuk ke dalam kafe.     Dengan senyum lebar terpasang di bibirnya, Aruna memberi hormat kepada Ethan kemudian berlari kecil untuk melayani pelanggan itu. ***      Ponsel yang berada di genggaman Aruna bergetar. Segera ia mengangkat panggilan yang ternyata dari Shalina, teman satu kostnya.     “Ya, Shal?” kata Aruna seraya menempelkan ponsel ke telinganya.     “Run, katanya lo masih di kost kan? Nggak pulang?” tanya Shalina segera.     “Iya, ada apa?”      “Gue cuma mau minta tolong buat naruh makanan kucing di mangkuk kecil yang ada di teras rumah. Ada kucing kucing liar sering main ke kost. Kasihan kan kalau kelaparan.”     Aruna menghela napas dalam seraya membuka pintu gerbang kostnya. Saat ini dirinya baru saja pulang ke kost setelah hampir seharian bekerja di kafe. Seharusnya jam kerjanya sudah habis sejak beberapa saat lalu, tapi karena Ethan menawarinya pulang bersama, akhirnya dengan bodohnya Aruna mengiyakan.               “Kenapa tiba-tiba gue dikasih tanggung  jawab ngasih makan kucing, sih?” tanya Aruna bingung seraya menatap mangkuk yang dimaksud Shalina yang berada di dekat pintu ruang tamu.      “Ya kan lo doang yang ada di kost, Run,” kata Shalina. “Lagian, rajin amat lo sampai nggak pulang? Lo nggak takut di kost sendirian?”     “Sama sekali nggak. Asal lo tahu aja, sejak tidak ada kalian semua di sini, suasana kost jadi tentram dan damai,” balas Aruna tersenyum lebar. Lalu, matanya melirik ke arah motor sport yang berada di depan garasi. “Omong-omong, kok ada motor di sini, Shal?” tanyanya seraya berhenti untuk sekadar mengamati motor itu dengan seksama.      “Punya anaknya Ibu kost kali,” balas Shalina. “Anaknya kan suka nitipin segala macam barang di kost.”     “Ah, bener juga. Bulan lalu aja anaknya nitipin ceweknya di kost,” gerutu Aruna. “Dia pikir kost ini tempat penampungan barang dan manusia apa?”     Shalina terkekeh. “Udah lah, biarin,” balasnya.     Dengan kesal Aruna berjalan ke arah pintu ruang tamu dan membukanya. Ketika Aruna hendak masuk ke dalam rumah, mendadak dirinya ingat jika tadi pagi dirinya sudah mengunci pintu ini. Lalu, bagaimana bisa pintu tersebut dapat dibuka begitu saja tanpa kunci? Apa jangan-jangan tadi Aruna lupa mengunci pintu? Tapi, meskipun Aruna kadang pelupa, ia tidak akan sampai seceroboh itu hingga lupa mengunci pintu. Apalagi selama liburan ini, dirinya lah yang hanya ada di kost. Mau tidak mau, Aruna merasa bertanggung jawab dengan segala hal yang ada di kost. Termasuk keamanan kost beserta isinya. Jadi, Aruna yakin jika dirinya sudah mengunci pintunya.     “Shal,” panggil Aruna dengan agk panik. “Kok pintu kost nggak dikunci?”     “Hah?” Shalina terdengar bingung.      “Pintunya bisa dibuka gitu aja,” ucap Aruna seraya membuka pintu secara perlahan. “Padahal tadi pagi pas gue berangkat ke kafe, gue ingat betul kalau udah ngunci pintu, Shal.”     “Serius?” tanya Shalina terdengar kaget. “Apa jangan-jangan si Aron, anak ibu kost?”     “Si d***u itu mana punya kunci kost?” kata Aruna.      “Terus siapa, Run?” tanya Shalina lagi. “Lo jangan masuk ke dalam, Run. Coba lapor ke Pak RT dulu. Atau minta tolong mas-mas kost tetangga.”     “Kelamaan,” kata Aruna berbisik. Kakinya kini sudah melangkah masuk ke dalam ruang tamu. Matanya menyisir keadaan sekitar. Suasana kost tampak sepi. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.      “Run!” panggil Shalina terdengar panik. “Jangan sok jadi jagoan buat ngecek ke dalam sendirian.”     “Diem,” perintah Aruna berbisik. Kakinya kini sudah melangkah menuju ruang tengah yang difungsikan sebagai ruang TV. Di ruangan itu ada dua kamar yang salah salah satunya milik Shalina. “Gue mau coba cek kamar lo.”     “Ya Tuhan, Aruna please, dengerin gue, cepetan lari ke luar!”     Aruna mengabaikan perintah Shalina dan mulai mendekat ke arah kamar temannya itu yang tertutup. Sebelum Aruna memegang gagal pintu untuk mengecek dalam kamar, ia mengambil sapu yang berada di depan kamar. Lalu, dengan bersenjatakan sapu, ia mencoba membuka gagang pintu. Namun, pintu itu tidak mau dibuka.      “Pintu kamar lo masih terkunci, Shal,” ucap Aruna berbisik ke arah ponselnya. “Gue mau cek kamar Nitha.”     “Run, jangan bikin gue jantungan dong. Kabur dari sana cepetan!”     Aruna kembali mengabaikan perintah Shalina. Kakinya mulai melangkah menuju kamar Nitha yang berada di sebelah kamar Shalina. Aruna mencoba membuka kamar itu, dan pintu tetap saja tertutup. Aruna mengembuskan napas lega mengetahui bahwa kedua kamar itu aman, tidak dibobol seperti perkiraannya tadi.      Kini mata Aruna mengamati sekitar. Televisi berukuran 42 inch masih berada di tempatnya. Kipas angin pun masih berdiri kokoh di sebelah televisi. Untuk memastikan bahwa tidak ada barang yang hilang, Aruna berjalan menuju ruang makan yang menyatu dengan dapur. Semua yang berada di ruangan itu pun tampak tidak berkurang sedikit pun.      “Run! Lo nggak apa-apa?” tanya Shalina masih terdengar khawatir.     “Iya, Shal. Gue nggak apa-apa,” jawabnya. “Kayaknya nggak ada yang masuk ke sini sembarangan deh. Kost kosong. Semua barang-barang yang ada di sini masih aman.”     “Lo yakin?” tanya Shalina lagi.     “Iya,” jawab  Aruna menganggukkan kepala.      “Ya udah kalau--”     Bruk!     Suara benda jatuh dari arah meja makan membuat Aruna terlonjak kaget. Secepat kilat ia menoleh ke samping di mana suara itu berasal. Kini dilihatnya seekor kucing berwarna oranye tengah berada di atas meja dan sekotak tisu tergeletak di lantai.     “Astaga,” ucap Aruna dengan embusan napas lega.     “Run! Ada apa? Itu suara apa? Lo nggak apa-apa? Apa perlu gue telepon polisi? Tapi nomor polisi berapa? Run? Aruna!”     Aruna hampir tertawa mendengar rentetan ucapan Shalina yang mengisyaratkan kepanikan.      “Gue nggak apa-apa,” jawab Aruna. “Kucing kampung lo tiba-tiba berada di atas meja makan dan jatuhin kotak tisu.”     “Si Jeruk?”      “Jeruk?” tanya Aruna bingung.     “Iya. Kucing oranye itu gue namain Jeruk karena dia bulet dan oranye.”     Aruna menatap kucing itu dengan senyum kecil. Kucing itu kini tengah mengamati Aruna dengan dua bola matanya yang begitu menggemaskan.      “Kayaknya dia lapar,” kata Aruna.      “Makanannya ada di kabinet bawah.”     “Oke,” kata Aruna. “Ya udah, gue mau ngasih makan Jeruk dulu.”     “Lo beneran nggak apa-apa? Di sana beneran nggak ada orang?”     “Iya. Lagian kalau ada maling bakal gue karate dia. Lo nggak perlu khawatir,” kata Aruna.     “Lo kan nggak bisa karate!”     “Tapi, malingnya kan nggak tahu itu,” balas Aruna tersenyum lebar. “Bye!”     Kemudian Aruna memutuskan sambungan telepon mereka. Aruna merendahkan tubuhnya sedikit agar bisa sejajar dengan kucing bernama Jeruk itu.     “Gue masih nggak paham kenapa Shalina ngasih nama lo Jeruk,” katanya. “Lo kan lebih mirip karung beras.”     “Meong.”     “Lo lapar? Oke, gue kasih makan. Yuk sini,” kata Aruna seraya berjalan menuju dapur untuk mengambilkan Jeruk makanan.      Setelah menemukan makanan kucing yang dimaksud Shalina, Aruna membawa makanan kucing itu ke teras. Jeruk mengikuti di belakang Aruna dengan eongan. Kemudian Aruna menaruh makanan kucing ke dalam mangkuk kecil. Jeruk makan dengan lahap yang membuat Aruna tersenyum lebar.      Sambil berjongkok Aruna mengamati pintu ruang tamu yang ada di belakangnya. Dirinya masih tidak tahu bagaimana bisa pintu itu tidak terkunci. Padahal, Aruna sangat yakin jika dirinya sudah mengunci pintu itu ketika pergi meninggalkan kost.      Aruna mendesah. Entah lah, Aruna jadi pusing sendiri.      “Ya udah, anggap aja gue yang lupa ngunci pintu,” katanya pada dirinya sendiri.     

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook