bc

Arrabella Istri 10 Milliar

book_age18+
288
FOLLOW
1K
READ
one-night stand
pregnant
drama
mxb
city
virgin
wife
like
intro-logo
Blurb

“Apa yang membuatmu datang kemari? Hubungan antara Tuan dan p*****r sudah berakhir. Lagi pula, kau sudah memiliki istri, Evans. Aku tidak—“

“Aku menginginkan anak darimu dan kau tidak bisa menolaknya, Arabella.”

Arabella yang dijual pamannya, dan Evans yang didesak untuk memiliki keturunan disaat istrinya sedang diagnosa menderita kanker serviks, membuat keduanya terlibat hubungan one night stand karena tekanan yang membuat Evans Frustasi dan menjadikan klub sebagai pelarian.

Arabella kira, setelah malam penuh gairah itu, dia tidak akan bertemu dengan Evans lagi. Namun, tiba-tiba saja Evans kembali dalam hidupnya dan memberinya kesepakatan di mana, Evans akan memberinya uang 10 Miliar asalkan dia bersedia memberi Evans seorang anak dan pernikahan mereka pun berakhir saat itu juga.

Lantas, apakah pernikahan kontrak mereka akan benar-benar berakhir setelah Arabella berhasil memberi Evans anak? Tidakkah ada cinta yang tak sengaja tumbuh di antara keduanya? Lalu, maukah Arabella memberikan anaknya nanti pada istri Evans hanya karena uang 10 Miliar?

Simak Kisah Mereka

chap-preview
Free preview
Prolog
"Untuk apa kau datang lagi? Hubungan antara Tuan dan p*****r sudah berakhir." suara kecil seorang wanita yang tengah mengaduk minuman di atas meja kecil yang biasa dia gunakan untuk sarapan pagi bersama sahabatnya, membuat pria yang sedang duduk di depannya mengeluarkan sebuah kertas, yang entah berisikan apa. Dia tidak bisa menebaknya karena pria yang pernah membelinya selama satu minggu itu adalah seorang pengusaha kaya raya. Pria itu bisa melakukan apapun yang pria itu mau. "kau tidak bisa membeliku lagi. Aku sudah meninggalkan pria itu." suara kecilnya terdengar lagi di tengah canggungnya suasana yang harusnya hangat di pagi hari. Melihat kertas itu, rasanya ada sebuah perjanjian yang ingin pria itu jalin dengannya. Wanita itu tak lain adalah Arabella, dan pria yang berada di depannya adalah Evans. Ada sebuah insiden yang terjadi di antara mereka berdua dan insiden itu sudah 1 bulan berlalu. Saat di mana, Arabella dan Evans dipertemukan dalam situasi yang bertolak belakang dan sisi yang sama-sama tertekan. Di satu sisi Arabella dijual oleh pamannya dan di sisi lain, ada Evans yang membutuhkan seseorang sebagai pelampiasan. Hingga kesepakatan itupun terjadi. Hubungan One night Stand yang Evans rencanakan, justru berakhir menjadikan Arabella sebagai teman tidur selama 1 minggu lamanya. Dan sekarang, entah apa yang Evans inginkan sehingga Evans berusaha untuk menemukan Arabella lagi. "Kali ini aku tidak akan membelimu kepada pamanmu lagi. Tetapi, aku ingin membuat kesepakatan yang sama-sama menguntungkan untuk kita berdua." Suara berat Evans yang memecah kesunyian, sontak membuat Arabella tersenyum tipis. Beribu macam rasa sakit yang dia terima, telah membuatnya mati rasa seperti ini. "Kesepakatan yang seperti apa? Aku rasa kesepakatan yang ingin kau tawarkan, akan berujung membeli hidupku seperti sebelumnya." jawab Arabel dengan berani karena memang seperti itulah kenyataannya. Mendengar jawaban Arabella tadi, sontak membuat Evans menatap wanita itu sejenak sebelum berkata, “Kita akan menikah dalam tempo waktu tertentu sampai kau berhasil memberiku seorang anak. Dan hubungan timbal balik yang akan kau dapatkan setelahnya adalah, aku akan memberimu uang sebanyak 10 Milyar. Bagaimana? Menggiurkan bukan?" Apa dia sudah gila? Arabella tercekat. Tentu saja perkataan Evans tadi membuat Arabel memandang Evans dengan raut wajah tak percaya. "Apa kau sudah tidak waras? Kenapa kau tidak meminta anak dari istrimu saja? Meskipun aku ini miskin dan pernah menjadi pelacurmu, aku tidak akan mau melakukan itu!" ada sengatan tak terkira yang dia rasakan saat pria itu mempermainkan hidupnya serendah ini. Apa pria itu pikir, dirinya adalah kantung bayi? "Andai saja dia bisa, aku tidak akan memintanya padamu, Arabella." Satu kalimat yang Evans katakan cukup menohok sehingga membuat Arabella pun terdiam tanpa bisa berkata-kata. ---- "Dalam hidup, ada dua sisi yang hidup berdampingan tetapi, tidak sejalan. Dua sisi itu berbeda arah, berbeda warna, berbeda jalan, berbeda dalam segala hal. Boleh saja mereka saling menopang satu sama lain. Namun, sudah menjadi kenyataannya jika dua sisi itu tercipta untuk selalu berpisah dan hidup di dunia yang berbeda. Memetakan beberapa orang di sisi yang beruntung dan tidak beruntung dalam hidup. Sama seperti sisi hidupku dan sisi kehidupan wanita beruntung di luar sana. Terkadang, aku memiliki impian untuk hidup seperti mereka. Memiliki kehidupan yang bahagia, keluarga yang lengkap, merasa aman setiap saat dan bisa tidur dengan nyenyak di atas kasur mereka yang empuk. Tanpa harus bekerja keras siang dan malam, memeras keringat hanya untuk makan dan melanjutkan hidup dalam situasi yang tertekan. Dan satu hal yang paling aku irikan dari mereka adalah, mereka memiliki keluarga yang lengkap dan hangat. Sedangkan hidupku di sisi yang berbeda ini? Aku Arabella. Bisa dibilang gadis yang hidup di kasta bawah sepertiku, tak memiliki kebahagiaan seperti yang aku ceritakan tadi. Setiap hari dunia bahagia yang dimaksudkan untukku berada di tengah musik yang bising juga kotornya debu yang beterbangan dan menyengat kulit. Dan perihal kesedihan itu sendiri, jangan khawatir. Aku sudah terbiasa. Aku lebih kuat dari pada yang orang-orang bayangkan karena aku memang tercipta untuk mengobati kesedihanku sendiri. "Hey, Arabel! Apa kau sudah membersihkan kamar di nomor 102?" Teriakan seseorang di koridor hotel yang berada tak jauh dari tempat gadis bernama Arabel itu berdiri, membuat Arabel yang sejak tadi melamun sembari melihat troli berisikan perlengkapannya untuk membersihkan kamar, pun menoleh kemudian mengangguk kilas. "Aku akan segera membersihkannya, Risa," jawab Arabel kemudian mendorong troli miliknya ke arah kamar dengan nomor 102 yang kebetulan berada di sudut koridor. Dulu, panggilan masa kecil yang biasa dia dengar adalah Bella dan nama itu terdengar begitu manis di telinga. Tetapi sekarang? Orang-orang sudah biasa memanggil nama depannya. Kehidupannya yang sulit sudah mengubah semuanya. Tidak hanya nama, statusnya pun mulai dipertanyakan semenjak dia bergabung dalam gemerlap dunia hitam. Tok! Tok! "Layanan kamar," ucap Arabel kemudian berdiri dengan tegap di depan pintu kamar. Tak lama kemudian, pintu kamar itu pun terbuka sehingga membuat Arabel segera mendorong troli yang dia bawa, masuk ke dalam kamar. "Ada uang tip di atas tempat tidur. Kau bisa mengambilnya." Suara pria yang tiba-tiba terdengar, begitu Arabel belum melakukan apa-apa dan hanya menunduk di dekat pintu karena belum mendapatkan perintah dari pemilik kamar, sontak mendongak. Sesosok pria yang saat ini sedang membelakanginya sembari memasang kemeja putihnya, pun membuat Arabel melarikan tatapannya ke arah tempat tidur yang memang terdapat beberapa lembar uang di sana. "Itu tidak perlu Anda lakukan, Tuan. Ini sudah menjadi tugas saya," jawab Arabel dengan sopan, sehingga membuat pria yang telah selesai memasang kemeja putihnya itupun memutar tubuhnya dan berhadapan dengan Arabel yang cukup terkesiap dibuatnya. Pria itu tampan. Dia mengakuinya. "Aku sudah memberi dan perihal kau mau atau tidak, itu menjadi urusanmu." Setelah mengatakan kata-kata yang cukup membuat Arabel tercengang, pria itu berlalu begitu saja sambil lalu mengambil jas hitam yang sebelumnya tergeletak di atas tempat tidur yang cukup berantakan. Pria kaya, memang seperti itu, Arabel. Kau harus memakluminya. Setelah pria itu pergi, Arabel segera melakukan tugasnya. Dia akan memulai pekerjaannya kali ini dengan membersihkan kamar dulu, dan kamar mandi setelahnya. Namun, baru saja dia melangkah mendekati tempat tidur, dia melihat ponsel pria itu yang tertinggal di atas nakas. "Ponsel pria itu tertinggal," lirih Arabel kemudian mengambil ponsel itu dan melangkah keluar dari kamar. Dia harus segera menyusul pria itu sebelum terlalu jauh. Drttt! Ponsel pria itu tiba-tiba bergetar sehingga membuat Arabel mempercepat langkahnya. Bahkan dia mulai berlari menuju lift yang berada di ujung koridor. Saat ini, pria itu pasti masih berada di sana. Dan benar saja. Pintu lift yang hampir saja tertutup, membuat Arabel pun berteriak, “Tuan. Sebentar!" Refleks, pria tadi menghentikan laju pintu lift yang akan tertutup menggunakan ujung sepatunya yang mengkilap. Kerutan di alisnya yang menukik tajam pun tampak. Pria itu pasti bertanya-tanya kenapa dirinya mengejar? "Ponsel Anda tertinggal," ucap Arabel sembari memberikan ponsel itu, dan seketika raut wajah pria itupun berubah. Menyadari jika ponsel itu memang miliknya, pria itu pun menerimanya. "Terima--" suara pria itu menggantung. Belum sampai pria itu mengucapkan terima kasih, Arabel sudah lebih dulu pergi. Meninggalkan tempat itu, sehingga pria itu pun membiarkan pintu lift tertutup. Arabel kembali ke kamar tadi dengan napas sedikit memburu. Dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa pulang lebih cepat kemudian beristirahat. Nanti malam, masih ada pekerjaan lain yang sudah menunggunya. Banyaknya botol minuman yang berserakan di samping tempat tidur, membuat Arabel menghela napasnya sejenak. Entah kapan, dirinya akan berhenti berurusan dengan minuman memabukkan itu? Demi Tuhan, pekerjaannya di malam hari sudah sering kali membuatnya mual karena aroma menyengat minuman itu. Dan sekarang, dia masih bertemu dengan minuman itu lagi. Sebelum memunguti botol-botol itu, Arabel melihat punggung tangan kanannya yang memar dan terasa nyeri. Jemarinya bahkan masih terasa sakit seperti saat dipukuli. Akan tetapi, dia harus segera menyelesaikan pekerjaan ini. Dia tidak memiliki pilihan lain. Oleh karena itulah, dia beralih menggunakan tangan kiri untuk mengambil botol-botol itu kemudian memasukkannya ke dalam kantung plastik berwarna hitam yang berada di bawah troli. Jika kalian ingin tau apa saja pekerjaan Arabel untuk menyambung hidup, maka jawabannya adalah pelayan. Di malam hari, dia bekerja sebagai pelayan di klub dan siang harinya dia bekerja sebagai pelayan hotel seperti yang dia lakukan saat ini. Begitulah setiap hari. Karena jika dia tidak bekerja, maka dia tidak bisa makan dan tekanan dari pamannya akan semakin menjadi saja. Arabel hidup dengan pamannya yang pemabuk dan giat berjudi sehingga memiliki hutang yang menumpuk. Setiap hari yang pamannya lakukan hanya tidur di rumah seperti seorang pecundang. Dan setelah Arabel pulang bekerja, maka pamannya akan meminta uang. Lalu apa yang akan dia dapatkan jika tidak memberikan pamannya uang? Tentu saja luka memar seperti di punggung tangannya. Dan bisa saja lebih buruk karena pamannya tak akan segan ketika memukuli. Seolah rasa kasihan pria itu sudah tidak ada lagi. Andai dirinya bisa melanjutkan kuliah dan menyandang gelar sarjana, mungkin hidupnya tidak akan sesulit ini. Dia bisa melamar pekerjaan di tempat yang bagus dan tentu saja mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Namun, setelah kepergian orang tuanya 4 tahun yang lalu, dia pun hanya bisa lulus dari sekolah menengah atas. Pamannya yang tidak mau bekerja, pun menjadikan dirinya sebagai tulang punggung keluarga. Makan dari hasil bekerjanya sehari-hari dan harapan untuk menabung pun sirna karena uang yang dia dapatkan akan langsung pamannya bawa ke meja perjudian. Semuanya tanpa tersisa. Entah kapan pamannya akan berubah, Arabel pun tak mengetahuinya. Minuman dan berjudi seolah sudah melekat dan mendarah daging sehingga sulit dipisahkan. Andaikan saja pamannya menjalani hidup yang sehat dengan tidak mabuk-mabukan dan berjudi, tentu saja hidupnya tidak akan sesulit ini. Ia dan pamannya bisa bekerja sama untuk membuat kehidupan yang sulit ini menjadi lebih baik. Arabel bangkit dari duduknya setelah pekerjaannya memunguti botol minuman itu selesai. Setelahnya, dia pun merapikan tempat tidur. Berlanjut membersihkan kamar mandi dan mengecek sudut kamar yang lain. Dan setelah memastikan semua sudut kamar itu bersih, dia pun keluar dari sana. Tentu saja setelah mengambil uang tip di atas tempat tidur yang pria itu tinggalkan untuknya. "Apa kau akan langsung pulang?" pertanyaan salah seorang temannya yang bernama Risa, membuat Arabel mengangguk. Saat ini dia sudah berada di koridor hotel. "Iya. Bukankah nanti malam kita masih harus bekerja?" jawab Arabel sambil lalu mendorong troli yang dibawanya di belakang Risa. "Dengan kondisi tangan seperti itu kau masih akan bekerja, Arabel?" sungut Risa dengan raut wajah kesal. "lain kali, kau harus memberi pamanmu itu racun." lanjutnya sehingga membuat Arabel mengulum senyum. "Jangan aneh-aneh, Risa. Bagaimana pun dia adalah pamanku." Mendengar jawaban Arabel, Risa mendengus. "Kau terlalu baik. Andai aku yang berada di posisimu, sudah sedari lama aku meninggalkan pria kejam itu." Arabel tidak lagi membalas perkataan Risa tadi. Dia hanya tersenyum dan memilih melanjutkan langkahnya menuju kamar ganti. Beberapa orang, mungkin menaruh simpati pada hidupnya yang sulit, tetapi ini hidupnya. Di tidak bisa memiliki kekuatan sihir untuk membuat hidupnya berubah begitu saja. Dia juga bukan seorang putri dalam dunia dongeng di mana hidupnya akan berubah dalam semalam karena datangnya seorang pangeran berkuda putih. Dia Arabella. Arabella yang tercipta kuat dan bisa menghadapi semua masalah dalam hidupnya--seorang diri saja.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

My Secret Little Wife

read
92.4K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook