bc

PART TIME ( Bahasa Indonesia )

book_age16+
5.4K
FOLLOW
78.4K
READ
billionaire
age gap
goodgirl
CEO
student
sweet
bxg
single daddy
campus
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Faira, gadis manis yang masih menyandang status sebagai mahasiswi semester akhir harus mengalami kendala dalam menyelesaikan kuliah akibat kecerobohannya. Di saat teman-temannya berkutat dengan skripsi dan berbagai tugas akhir lainnya, Faira malah mondar-mandir mencari tambahan isi dompetnya dengan bekerja paruh waktu. Penyebabnya sudah jelas. Ia telah ditipu sahabatnya yang membawa kabur uang jatah bulanan juga uang registrasi untuk semester akhirnya.

chap-preview
Free preview
1
"Mama nggak mau tahu, pokoknya mama sudah ngirim uang semester kamu. Kalau tiba-tiba uang itu hilang berarti bukan tanggung jawab mama lagi." Ucap mama tadi malam  saat aku memberitahu kalau uang kiriman beliau ternyata hilang. Sebenarnya bukan hilang sih, aku hanya mencoba mengarang cerita. Uang itu masih ada, meskipun saat ini uang itu tidak ada padaku. Meta, uang itu ada di Meta. Meta sahabatku dari semester satu. Sahabat yang paling mengerti aku. Mama pasti tahu kalau aku berbohong, makanya beliau tidak mau mengirimkan uang lagi kepadaku. Mama adalah orang yang paling tahu aku. Tiga hari yang lalu Meta datang ke rumah kost ku dengan berurai air mata. Lalu mengalirlah cerita tentang keluarganya yang ada di Banjarmasin sana yang mengalami musibah. Ayahnya mengalami kecelakaan saat bekerja dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Meta berkeinginan memastikan keadaan ayahnya dengan pulang ke Banjarmasin, akan tetapi dia tidak mempunyai uang sama sekali. Uang kiriman dari orang tuanya hanya cukup untuk kebutuhan tiga hari ke depan sedangkan ibunya tidak bisa mengirimkan uang jatah bulanan karena terpaksa dipakai untuk biaya perawatan ayahnya yang katanya harus segera dioperasi karena mengalami benturan cukup keras di kepalanya. Dan... begitulah akhirnya, saat itu juga aku ke mesin ATM di depan kampus untuk menarik sejumlah uang yang bisa ku bilang cukup banyak. Karena uang itu adalah uang jatah kehidupan ku selama sebulan ke depan, uang registrasi semester, juga uang untuk pendaftaran pengajuan skripsiku. "Makasih banyak, Ra. Kamu selalu bisa diandalkan, kamulah yang terbaik," ucap Meta sambil memelukku saat itu. Keesokan harinya Meta langsung terbang ke Banjarmasin untuk memastikan kondisi ayahnya. Lega bisa membantunya tapi aku juga bodoh. Bagaimana dengan kehidupan ku satu bulan ke depan? Uang di dompetku hanya tersisa untuk kebutuhan satu minggu saja. Bagaimana dengan uang untuk registrasi semester dan skripsi? Lagi pula aku juga tidak tahu kapan Meta akan mengembalikan uang itu kepada ku. Harus cari uang di mana aku? Bodoh bodoh. *** "Maaf Ra, aku nggak bisa bantu," lirih Rena. Rena adalah penghuni kamar sebelah. Orang ketiga yamg aku minta bantuannya untuk memberikan pinjaman uang kepadaku. Memang dengan nominal yang cukup besar, tentu saja tidak ada mahasiswa yang bisa meminjami uang itu. Mereka kan juga masih menadahkan tangan ke orang tuanya, sama seperti aku. Kalau jujur ke mama, pasti aku akan mendapatkan omelan dan bahkan tidak boleh lagi berteman dengan Meta. Entah kenapa mama selalu tidak menyukai Meta. Ada saja alasan yang beliau sampaikan. Entah itu Meta yang sering memanfaatkan kebaikan ku atau pun Meta yang sering membohongiku. Tapi yang aku tahu pasti, aku merasa nyaman bersahabat dengan Meta. *** Setelah berfikir cukup lama akhirnya aku memutuskan. Aku akan mendatanginya. Ya, aku akan meminta bantuan mas Aryo. Aku yakin dia bisa membantuku. Bukankah dia selalu ada di tiap kesulitannku? "Banyak banget, Ra," desah mas Aryo sambil menyandarkan punggungnya di teras rumahnya yang mungil. Rumah hasil keringat mas Aryo sendiri. Rumah yang ditempatinya sejak dua tahun yang lalu yang berjarak hanya seratus meter dari rumah kost ku. "Gimana terus, Mas?" Aku terserang kepanikan takut mas Aryo tidak mau membantuku setelah aku menceritakan masalahku kepadanya. Tentu saja cerita versi asli, tanpa kebohongan yang aku karang seperti yang aku sampaikan ke mama. "Kalau aku nggak bisa bayar ntar gimana nasibku semester depan? Gimana skripsiku?" Mataku sudah mulai berkaca-kaca. "Gini aja deh, Ra," ucapnya sambil menatap mataku. "Kamu pakai uang Mas dulu, Mas kebetulan nggak perlu kok, nggak usah mikir balikinnya," lanjutnya. Seketika aku membelalakkan mata. "Ma... maksudnya gimana ya Mas?" Aku tergeragap. "Kamu pakai aja uang Mas, nggak usah dikembalikan lagi ke Mas," ulangnya. "Ih, jangan dong, Mas. Masak nggak dibalikin sih, aku mau pinjam lo, bukan minta," bibirku mulai mencebik. Mas Aryo hanya menanggapi dengan senyuman sambil berkata "Uangku uang kamu juga Ra, lagi pula aku tidak butuh. Kalau Meta sudah mengembalikan uang kamu, nggak apa-apa kalau kamu mau balikin. Tapi kalau tidak ada kabar darinya. Ya sudah ikhlasin aja. Kamu tidak perlu mengembalikan uang Mas. Ngerti?". Aku cuma bisa mengangguk-anggukan kepalaku sambil terus berfikir. Rasanya masih ada yang mengganjal di hatiku. "Kok bisa uang aku uang kamu sih mas? Jadi kayak suami istri aja," aku terkekeh geli. Mas Aryo ngaco, otaknya lagi gak 100% nih kerjanya. Makanya dari tadi melantur terus ngomongnya. Mulai dari tidak usah balikin tuh uang, sampai bilang uangku uangmu, aneh. "Ya diamin kan aja kan cukup, Ra" tambahnya. "Ih, apanya yang di aminkan?" "Ya udah nggak usah banyak mikir. Yang penting bawa tuh uang. Besok kamu ke kampus. Bayar semuanya." Lanjutnya sambil berlalu masuk ke dalam rumah. Eh, kok aku di tinggal sih. Kan aku belum selesei. "Atau aku aja yang transfer, Ra, biar kamu nggak repot. Kamu terima beres." sepertinya mas Aryo ke dapur karena kudengar dentingan suara gelas. "Mas Aryo mau ngapain? Gak usah repot-repot. Aku nggak haus kok," teriakku dari kursi teras, tanpa mau merubah posisi duduk ku yang sudah terlewat nyaman. Tak lama kurasakan benda dingin di kening ku "Astaganaga bikin kaget aja sih mas" ku elus d**a ku. Ternyata mas Aryo sudah duduk di kursi teras sebelah ku sambil memberikan segelas jus, yang di lihat dari warna dan aromanya bisa kupastikan itu jus jambu. Ku ambil gelas itu, tanpa permisi langsung ku minum hingga separuh. "Ahhh.... Seger banget, panas-pamas gini. Mas tau aja apa yang ku suka." "Tadi bilangnya jangan repot-repot, nggak haus. Sekarang ada jus, langsung sikat," Mas Aryo terkekeh. Senyumnya juga ikut mengembang bersamaan dengan binar matanya yg cerah. Jujur saja, kalau dalam skala satu sampai sepuluh. Mas Aryo ada di nomer sembilan. Dengan tubuh tinggi menjulang dan wajah yang benar-benar rupawan. Pasti banyak perempuan di luar sana yang dengan senang hati menjadi kekasih atau mungkin istrinya. Apa lagi dia juga memiliki pekerjaan yang mapan, sebagai Aparatur Sipil Negara atau bisa lebih di kenal dengan sebutan PNS di salah satu instansi pemerintah di kota ini. Selain itu dia juga punya usaha percetakan kecil-kecilan yang masih dirintisnya bersama dengan teman-teman seangkatannya dulu saat dia kuliah. Apalagi coba kurangnya? Ditambah lagi sifat baik hati dan penyabarnya. Uhg... seratus persen suamiable banget. "Basa-basi sedikit nggak apa-apa kan?" balas ku cepat.  "Gimana?" ucapnya tiba-tiba. "Apanya yang gimana?". Ku kerutkan keningku. Bingung dengan maksud pertanyaannya. "Mau mas transferin aja uang semester sama skripsi kamu. Biar kamu nggak repot, di tanggung beres," lanjutnya. "Emm... Gimana ya?" aku juga bingung harus jawab apa. Kalau aku bilang iya. Kok kurang ajar banget ya, udah di tolong tapi masih juga ngerepotin. Tapi kalau jawab tidak, sebenarnya aku juga seneng sih bisa duduk-duduk manis di kamar kost tanpa harus mondar-mandir ke kampus. Pletak "Aduhh," ku usap kening ku "Apaan sih mas main jitak aja kening orang," ku cebikkan bibirku. "Kamu kebanyakan mikir, udah besok mas yang ke kampus. Mas ke kantor agak siangan kok karena masih harus persiapan diklat ke Surabaya selama tiga hari. Siapin apa aja yang diperlukan. Besok pagi mas ambil semuanya ke kost kamu sebelum ke kantor." "Apa nggak bikin mas jadi repot kalo kayak gitu. Aku bisa sendiri lo." "Udah nggak usah ngajak debat terus. Sekarang kamu balik sana ke kost. Mandi, makan. Mas yakin kamu belum makan karena sibuk mencari pinjaman kan?" seringainya. Tahu banget dia kalau seharian ini aku keliling mencari pinjaman. Biarlah, malu-malu sedikit tidak apa-apa yang penting kan happy ending. Aku dapat pinjaman dan bonusnya dobel. Tanpa dikejar tenggat pembayaran dan ada tenaga gratisan yang mengurus pembayaran kuliah ku. Ku angkat p****t ku dari kursi, "Ya udah deh kalo mas beneran bantuin aku. Makasih banyak ya mas. Kalau nggak ada mas entah harus kemana lagi aku." Ucapku sambil beranjak meninggalkan teras rumah mas Aryo. "Kamu nggak usah mikir gitu. Kalau ada apa-apa justru kamu harus ngomong ke Mas dulu. Apapun masalah kamu aku siap bantuin kamu.” Balas mas Aryo sambil ikut berdiri mengantarku hingga di depan pagar rumahnya. Meleleh nggak sih denger cowok se keren mas Aryo bilang gitu? Ya pasti lah. "Berani kan pulang sendiri?" "Ih apaan sih mas cuma tinggal lompat aja masak nggak berani," aku terkekeh geli. Memang, selain berjarak sekitar seratus meter rumah kost ku dan rumah mas Aryo masih berada di jalan yang sama. Hebat kan? "Emmm... Kayaknya kalau aku pikir-pikir, kenapa ku nggak mencari kerja paruh waktu aja. Lagi pula kan mata kuliahku cuma tinggal sedikit. Tidak setiap hari juga aku masuk. Cuma tiga hari. Apa lagi sebentar lagi aku sudah ngerjain skripsi. Mata kuliah ku juga sudah habis semester depan," ku hentikan langkahku meninggalkan rumah mas Aryo. "Pas banget kan momentnya, aku bisa dapat uang untuk gantiin uang mas. Tapi tetap tanpa mengganggu kuliah ataupun skripsiku nanti. Gimana mas?" lanjutku sambil menatap lekat mas Aryo. Ku lihat mas Aryo menarik nafas panjang. "Faira... Sudah mas bilang jangan mikirin uang itu lagi. Kamu harus konsen ke kuliah dan skripsi kamu. Kita kan sudah sepakat untuk tidak berdebat lagi kan?" ucapnya memelas. Ku hela nafasku pelan, "Aku nggak mau terlalu banyak ngerepotin mas." jawabku sambil menundukkan wajah. Malu, sungkan, terharu, juga bahagia campur aduk dalam benak ku. "Ya udah, sana balik dulu. Kamu butuh istirahat, perut mu juga butuh asupan gizi yang baik untuk jaga kesehatan kamu." Ku anggukkan kepalaku, lalu segera beranjak dari sana. "Aku balik dulu mas, makasih atas semuanya. Jangan pernah bosan aku repotin ya." Dia cuma membalas dengan senyuman. Senyuman tulus tapi entah kenapa tidak mampu membuatku terpesona.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.1K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Turun Ranjang

read
578.8K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook