bc

Knock Me Out

book_age0+
2.1K
FOLLOW
19.6K
READ
drama
sweet
EXO
like
intro-logo
Blurb

Namanya Dimas, 16 tahun dan belum pernah pacaran. Bukan karena Dimas pemilih, bukan juga karena dia kurang ganteng untuk dipilih. Tapi Dimas masih menunggu jawaban dari cinta pertamanya sejak SD, yaitu Savira. Satu-satunya cewek yang dianggap cantik dan manis selain Mama dan kakaknya. Status hubungannya dan Savira, digantung kayak jemuran yang nggak kering-kering, alias nggak bakal diangkat. Dan entah sampai kapan Dimas harus menunggu hubungan mereka 'kering' sampai akhirnya Savira mau mengangkatnya dan nggak lagi menggantung cintanya.

***

Namanya Rachel, 17 tahun, model remaja yang duduk di kelas 12 SMA. Jika kalian pikir Rachel adalah tokoh utama dalam sebuah kisah cinta, kalian salah. Rachel adalah orang ketiga dalam hubungan Bryan dan Daisy yang notaben adalah sahabatnya. Rachel adalah gadis yang terjebak dalam kisah cinta orang lain. Rachel adalah tokoh antagonis yang juga ingin memiliki kebahagiaannya sendiri.

***

Ketika takdir mempertemukan mereka dengan cara yang tidak biasa, maka takdir juga tidak akan memisahkan mereka dengan cara yang biasa.

chap-preview
Free preview
1. Dimas; The Man Who Can't Be Moved
Policeman says, "Son, you can't stay here." I said, "There's someone I'm waiting for if it's a day, a month, a year. Gotta stand my ground even if it rains or snows. If she changes her mind this is the first place she will go." The Script - The Man Who Can't Be Moved Namanya Dimas, 16 tahun dan belum pernah pacaran. Bukan karena Dimas pemilih, bukan juga karena dia kurang ganteng untuk dipilih. Tapi Dimas masih stuck dengan cinta pertamanya sejak SD, namanya Savira. Satu-satunya cewek yang dianggap cantik dan manis selain Mama dan kakaknya. Status hubungannya dan Savira, digantung kayak jemuran yang nggak kering-kering, alias nggak bakal diangkat. Dan entah sampai kapan Dimas harus menunggu hubungan mereka 'kering' sampai akhirnya Savira mau mengangkatnya dan nggak lagi menggantung cintanya. Dimas merasakan tepukan di kepala belakangnya, membuat dirinya dengan sangat terpaksa harus bangun. Padahal Dimas baru saja berhasil terlelap di atas sweatshirtnya yang dilipat sebagai bantal lima menit setelah Fahrozi, alias Oji si ketua kelas mengungumkan bahwa kelas mereka akan kosong selama dua jam ke depan karena guru-guru akan rapat. Dimas memutar kepalanya ke samping, melihat orang kurang ajar mana yang berhasil mengganggu tidurnya. Dan tepat seperti dugaan Dimas, Gio lah yang baru saja melayangkan tepukan di kepala belakangnya. Dugaan Dimas tidak pernah meleset, karena Dimas tau hanya Gio lah satu-satunya orang yang berani bersikap kurang ajar padanya. Namanya juga sahabat, kalau belum kurang ajar ya belum sahabatan namanya. "Tidur mulu, pantes jomblo!" ucap Gio sambil mengunyah ciki jetznya. Dimas bersiap menimpuk kepala Gio dengan apa saja yang ada di hadapannya namun terlambat karena Gio sudah lebih dulu mendudukkan tubuhnya di samping Dimas dan merangkulnya sangat dekat, membuat Dimas bahkan bisa mencium aroma coklat dari mulut Gio. "What the heck, Yo! Jaga jarak, njir!" omelnya membuat Gio mendengus sambil mengendurkan rangkulannya. Gio lalu menepuk-nepuk bahu Dimas yang sudah bersiap untuk merebahkan kepalanya kembali ke atas lipatan sweatshirt abu-abunya. Hal itu jelas membuat Dimas menggeram. "Apa sih, Yo? Nggak bisa lihat gue seneng dikit, apa?" "Justru gue mau ngasih lihat pemandangan yang bakalan bikin lo seneng." Gio berkata sambil cengengesan. Gio mengedikkan dagunya ke arah luar kelas. Dimas mengikuti arah yang ditunjuk Gio tetapi dia tidak menemukan apa pun di luar sana selain kepala-kepala milik teman sekelasnya yang mejeng di balkon. "Apaan?" tanyanya sambil mengernyit. "Nggak ada apa-apa." Gio berdecak. "Sabar, kita hitung mundur." Gio mengeluarkan sebelah tangannya dari bungkusan ciki berwarna pink tersebut. Tangannya langsung menghitung mengikuti suaranya, "Satu...dua...tiga!" Tepat setelah Gio mengucapkan kata tiga, segerombolan anak perempuan berseragam olahraga melintasi koridor depan kelas Dimas. Seketika suasana ramai di depan kelas mendadak hening hanya diisi suara gerombolan tersebut. Hal itu jelas membuat Dimas semakin memperdalam kernyitan di dahinya. "Man, bidadari lewat!" "Mana?" tanya Dimas polos, membuat Gio sweetdrop seketika. Gio mendengus sambil kembali merogoh kantung cikinya, namun sayang kantung itu sudah kosong. "Itu lo nggak lihat tadi? Itu ada cewek badainya sekolah kita." Dimas menatap Gio datar membuat Gio menepuk jidat sahabatnya tersebut, hal yang selalu Gio lakukan jika Dimas sudah berekspresi datar. "Rachel, Dimas! Ada Rachel. Itu loh, model yang lagi naik daun itu!" "Yang mana? Emang di sekolah kita ada model? Gue taunya Lala yang artis ftv." Dimas tampak acuh dengan informasi yang Gio berikan, membuat Gio menggeram gemas. "Yang rambutnya coklat diiket asal barusan!" sungut Gio. "Kalau orang selalu menganggap barbie adalah definisi cantik buat perempuan. Gue adalah orang yang menolak tegas anggapan tersebut!" ucap Gio bersemangat. "Defisini cantik adalah Rachel. Lo nggak normal kalau bisa kedip pas ngeliat pinggulnya goyang seiring langkah kaki jenjangnya berjalan!" Gio masih berceloteh heboh. Tetapi Dimas sepenuhnya tidak berminat dan malah menarik ponselnya dari saku celana beserta earphonenya. Dimas tau akhir-akhir ini Gio memang gencar menginfokan Dimas seputar cewek-cewek cantik di sekolah mereka. Bahkan tidak hanya di sekolah, saat mereka sedang di mall atau di lampu merah saja, ada cewek yang cantik sedikit, Gio langsung heboh dan seolah menawarkannya pada Dimas seperti sales. Dan Dimas tau alasan Gio melakukan itu semua adalah karena sampai saat ini, Dimas masih stuck dengan cinta pertamanya sejak SD yaitu Savira. Ah, Savira, sedang apa ya gadis kesayangannya itu? Pasti sekarang Savira sedang menyimak penjelasan dari gurunya di depan kelas dengan seksama sambil menuliskannya di dalam catatannya yang nanti akan dihias oleh gadis itu dengan doodle art buatannya. Dimas tersenyum kecil membayangkan wajah manis Savira. Melihat Dimas yang senyum-senyum sendiri, Gio langsung memukul lagi kepala belakang Dimas. "Savira lagi, Savira lagi!" keluh Gio. Jika sudah membahas Savira, Gio persis seperti pacar yang cemburu karena pacarnya memikirkan gadis lain. Padahal, Gio bukannya cemburu, melainkan dia kasihan pada sahabat karibnya itu yang sampai saat ini belum diberi kejelasan oleh Savira. Berbeda dengan Gio yang berkali-kali menembak Tara namun selalu ditolak. Dimas baru sekali menyatakan cintanya pada Savira dan sampai saat ini belum diterima atau pun ditolak. Bahkan Dimas menembak Savira saat SMP dan sekarang mereka sudah SMA! "Lo nggak kepikiran apa Dim, nyari cewek lain? Yang tipenya kayak Savira 'kan banyak," ucap Gio yang sudah tidak tau lagi harus menasehati Dimas dengan cara apa. Dimas menggeleng. "Yang tipenya kayak dia jelas banyak, tapi dia 'kan Cuma satu." "Itu lagi! Bosen gue dengernya!" sembur Gio frustasi. Dia benar-benar sudah tidak habis pikir dengan polah pikir Dimas. Dimas mencibir. "You did the same thing, Yo. Lo nggak inget waktu lo ngejar Tara kayak nggak ada lagi cewek lain di bumi?" Gio mendengus. "Gue inget banget, Dim. Makanya gue nggak mau lo merasakan apa yang gue rasakan bahkan lebih dari gue! Tara sih jelas nolak gue, tapi emang guenya aja yang batu dan ngejar terus. Tapi lo, jelas-jelas si Vira cuma mainin lo doang. Dia nggak bilang iya atau pun enggak!" "Enggak, Yo, Dimas terlalu baik dan polos buat ngelakuin hal itu ke gue. Are we really going to talk about this, Yo?" tanya Dimas memastikan membuat Gio akhirnya menghela nafasnya lelah. "Nggak. Gue capek ngasih tau lo. Lo dulu selalu bilang gue batu lah, apa lah, tapi lihat diri lo sendiri sekarang! Bukan batu lagi, tapi terumbu karang!" Dimas terkekeh. "Wuih, kekayaan alam Indonesia dong gue?" "Ngomong lo sama p****t tapir. I'm going and don't you dare to miss me!" kata Gio ngaco. Lalu setelah berkata demikian, Gio berlalu meninggalkan Dimas keluar kelas, bergabung dengan teman-temannya di luar sana yang sepertinya tengah menontoni anak kelas dua belas yang sedang olahraga di lapangan. Dimas tersenyum. Dia tau, Gio begitu karena cowok itu peduli padanya. Sama seperti dulu saat Gio sedang mengejar-ngejar kakaknya, Dimas selalu ada untuknya memberi dukungan serta nasehat jika dianggapnya Gio sudah salah mengambil langkah. Dimas lalu memasang earphonenya ke telinga, tangannya menggeser-geser layar begitu telah memasuki music player, Dimas beralih pada satu lagu yang berada di top recently playingnya. The man who can't be moved dari The Script. 'Cause if one day you wake up and find that you're missing me And your heart starts to wonder where on this earth I could be Thinking maybe you'll come back here to the place that we'd meet And you'll see me waiting for you on the corner of the street So I'm not moving, I'm not moving Kampret. Dimas galau.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
285.7K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.6K
bc

Fake Marriage

read
8.5K
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
288.4K
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
660.9K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.1K
bc

Marriage Not Dating

read
549.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook