bc

Kukembalikan Gaji Suami Pada Ibunya

book_age16+
16.9K
FOLLOW
208.5K
READ
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Bab 1-70 Judulnya : Kukembalikan Gaji Suami Pada Ibunya

Bab 71-Tamat judulnya : Perempuan Lain di Hati Suamiku (Sequelnya)

.

Arina seorang gadis yatim piatu yang dipersunting Feri. Awalnya dia seorang laki-laki penyayang, perhatian dan tanggungjawab. Namun siapa sangka ternyata Feri tak bisa berbuat adil soal gaji bulanannya untuk istri dan ibunya.

Arina selalu disindir mertua sebagai istri yang boros dan hanya mengandalkan gaji suami. Apalagi saat kakak iparnya kena PHK dan kembali ke rumah ibunya, mereka seolah kompak memfitnah dan meremehkan Arina.

Saat itulah Arina mengembalikan gaji Feri pada ibunya. Dia bangkit, membuka usaha kuliner hingga bisa mencukupi kebutuhannya sendiri. Bahkan penghasilannya lebih besar dibandingkan Feri.

Bagaimana kisah Arina dan Feri selanjutnya? Bertahan atau justru usai, apalagi saat Alvin datang dalam kehidupan mereka? Alvin yang tak lain teman masa kecil Arina yang begitu menyayanginya.

Baca juga sequelnya dalam kisah Bian dan Dania yang menegangkan dan penuh misteri.

Dania tak menyangka jika suami yang selama ini nyaris sempurna dengan perhatian, cinta dan tanggungjawabnya itu ternyata tak pernah mencintainya. Ada perempuan lain dalam hatinya bahkan hingga empat tahun pernikahannya. Satu hal yang membuat Dania sakit hati saat dia tahu nama anaknya adalah nama perempuan lain di hati suaminya itu. Perempuan yang ternyata selalu dirindunya bahkan namanya selalu dia sebut dalam doa.

chap-preview
Free preview
Bab 1
"Kamu sih enak, punya menantu sudah pinter masak, pinter cari duit pula. Nggak kayak aku ini, nasib punya menantu perempuan cuma satu tapi nggak ada kerjaan, bisanya cuma nodong gaji suami. Nggak ada inisiatif untuk cari tambahan sendiri," ucap ibu di depan para tetangga yang memang sering kali ngumpul di depan rumah. Suaranya terdengar cukup keras hingga aku yang ada di kebun belakang pun mendengarnya. Sepertinya ibu memang sengaja menaikkan volume suaranya agar aku tahu perbincangan mereka. Aku tertegun sejenak, memandangi kebun yang dulu kosong kini tumbuh dengan aneka sayuran. Ada bayam, kangkung, sawi, cabai, tomat, pare dan lainnya. Kalau hanya sekadar untuk masak sendiri sudah lebih dari cukup, bahkan sering kali ibu menjualnya ke pasar. Aku jarang sekali beli sayuran, ke pasar hanya sering beli ikan, ayam atau bumbu dapur atau sabun yang kebetulan habis. Mungkin ini bukan dari 'bekerja' menurut ibu. Membereskan rumah, mencuci pakaian, memasak dan lainnya bukan pula bagian dari bekerja. Baginya bekerja adalah mereka yang berangkat pagi pulang sore, berseragam dan mendapatkan gaji bulanan. Bukan pengangguran sepertiku yang hanya di rumah saja tanpa penghasilan apa-apa. "Menantuku itu kan belum ada anak, harusnya bantu suami kerja di luar. Kasihan Feri kalau tiap hari lembur tapi habis oleh istrinya. Dasarnya dia pemboros juga, dikasih duit berapa saja selalu habis," ucap ibu mertuaku lagi. "Memangnya gaji Feri berapa sih, Bu?" Suara Ibu RT ikut bertanya. Wanita yang mungkin berusia setengah abad itu pun fokus mendengarkan cerita ibu, sesekali mengupas kacang rebus di atas piring lalu memasukkannya ke dalam mulut. "Gajinya lima juta, belum lembur itu. Nah kalian pikir sendiri masak gaji segitu selalu habis tiap bulan?" Ibu semakin menggebu, menceritakan sikapku menurut penglihatannya. Meski semua tak seperti yang dia ceritakan. "Mungkin ditabung, Bu. Atau barang kali nggak semua gaji Feri diberikan pada Arin. Bisa saja buat kebutuhan pribadi Feri juga," timpal ibu lain entah siapa aku tak terlalu hafal suaranya. Yang pasti, tak semua tamu ibu mengiyakan ceritanya. Ada beberapa yang mengiyakan, ada beberapa pula yang menyanggah. "Mana mungkin, jelas aku lihat tiap gajian amplop coklat itu selalu diberikan ke Arin kok. Di depan mataku, makanya aku bisa bilang begini," ucap ibu lagi, masih terus membenarkan ucapannya. Kenapa ibu harus bilang seperti itu pada para tetangga, padahal dia juga tahu kalau hanya satu juta gaji Mas Feri yang diberikan untukku. Mas Feri tahu kalau aku jarang beli sayuran, makanya jatah sayur yang 200ribu itu dia tarik kembali. Protes? Dulu sering, namun sekarang tak pernah lagi karena Mas Feri selalu meyakinkanku jika sisa gaji itu sengaja dia tabung untuk membeli rumah impian, agar aku tak selalu cekcok dengan ibu. Aku juga tak habis pikir, mengapa ibu selalu saja menjelek-jelekkanku di depan para saudara dan tetangga, padahal ibu juga mendengar sendiri kalau Mas Feri hanya memberiku satu juta tiap bulan. Itu pun sebagian untuk membeli token listrik dan air. Bahkan ibu juga sering minta untuk membayar arisannya. Mungkinkah ibu pura-pura amnesia? Bayar arisan, jajan atau yang lain itu bukan karena ibu tak punya uang, tapi entah dikemanakan uang pemberian Mas Feri karena tiap bulan ibu juga diberi jatah bulanan sendiri. Entah berapa, aku tak pernah lagi bertanya. Mas Feri kurang suka jika aku menanyakan soal itu, dianggap terlalu perhitungan pada ibu sendiri, katanya. "Bu Sari nggak coba tanya sama Mas Feri saja, barang kali memang beneran ditabung, Bu. Aku lihat Arin juga jarang ke luar rumah, baju yang dia pakai juga itu-itu saja bahkan perhiasan pun dia tak punya. Eh tak punya apa sengaja tak memakainya, Bu?" Ibu RT kembali menimpali. Aku hanya menghembuskan napas panjang mendengar obrolan mereka. Ingin rasanya pergi dari rumah ini sejenak, tapi ke mana? Aku tak punya sanak saudara. Aku memang sebatang kara di kota Jogja ini, setelah Emakku meninggal dua tahun yang lalu, dua bulan sebelum Mas Feri datang melamar. Dia laki-laki yang baik dan tanggungjawab, hanya saja dia belum mampu memberikan nafkah yang adil untukku dan ibu tiap bulannya. Itu saja kelemahan yang dia punya. Teringat kembali obrolanku dengan Mas Feri waktu itu. Aku yang mulai tak nyaman karena selalu diremehkan, dicap boros bahkan disindir menghabiskan gaji suami. Rasanya aku benar-benar ingin kerja saat itu juga. Setidaknya untuk membuktikan pada ibu jika aku juga mampu menghasilkan uang sendiri. Tanpa harus meminta gaji dari suami seperti yang selalu digembor-gemborkannya selama ini. "Mas, aku mau kerja boleh ya? Daripada di rumah terus, suntuk. Lagipula aku juga belum ada anak, nanti kalau sudah ada anak, tak perlu disuruh berhenti pun aku pasti berhenti sendiri, Mas," ucapku saat itu pada Mas Feri. Dia yang sedang duduk santai sembari melihat video youtube dari ponselnya. Seketika dia menoleh. "Buat apa? Seorang perempuan baiknya di rumah, sedangkan laki-laki tugasnya mencari nafkah. Lagipula kamu masih program hamil kan, Sayang? Di rumah saja, aku tak suka jika kecantikanmu dinikmati banyak orang di luar sana," ucapnya lagi. Kembali melarang ku untuk ke sekian kali. "Tapi, Mas ...." "Kenapa? Jatah bulanannya kurang? Nanti aku tambah sedikit kalau memang kurang." "Apa, Fer? Jatah bulanan segitu masih kurang? Padahal sayuran juga sudah ambil di kebun. Istrimu memang pemboros, makanya nggak bisa nabung. Mau kamu tambah dua juta lagi kalau dasarnya boros ya boros," ucap ibu cepat. Tiba-tiba dia sudah berada di belakang kami, entah sejak kapan. "Tapi itu buat bayar air sama listrik juga loh, Bu. Listrik kita nggak pakai subsidi-subsidian," ucapku lagi. "Tetap saja boros, coba hitung berapa pengeluaranmu tiap bulan. Kalau memang jatah Arin ditambah, ibu juga dong, Fer. Masak cuma kamu kasih satu setengah juta? Genapi dua juta sekalian!" ucap ibu lagi. Mas Feri melirikku sekilas. Dia mendadak bisu. Oh jadi jatah bulanan ibu selama ini satu setengah juta tiap bulan? Lantas dia ke manakan uang segitu banyak? Kenapa ibu bilang selalu habis tiap bulan? Bahkan bayar arisan saja sering kali merecoki jatah bulananku yang pas-pasan bahkan sering kurang. Aku hanya dikasih satu juta untuk mencukupi semua kebutuhan di rumah ini, sementara ibu dikasih lebih banyak Padahal untuk kebutuhannya sendiri. Mendadak kedua mataku berkaca-kaca, ada nyeri di dalam d**a. Apa jatah bulanan ibu sengaja dia transfer untuk Mbak Vira? Kakak perempuan Mas Feri yang beberapa bulan belakangan ini suaminya terkena PHK? ~

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
100.1K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook