bc

Double Job Season 2

book_age16+
1.7K
FOLLOW
22.2K
READ
possessive
friends to lovers
arrogant
dominant
tomboy
drama
comedy
sweet
bxg
humorous
like
intro-logo
Blurb

"Kenapa Anda mencium saya seenaknya?!"

"Itu bagian pekerjaanmu sebagai tunangan bayaran saya!"

"Tapi itu hanya status yang akan berakhir 3 tahun lagi!"

"Totalitas itu perlu! Lagi pula rasanya manis," Dani menyeringai dan meninggalkan Raila yang diam dengan kekesalan yang menggunung.

chap-preview
Free preview
Prolog
Menjadi kekasih pria kaya dan tampan adalah impian semua wanita. Ya, tak terkecuali Raila. Ia wanita normal kan? Kaya memang bukan segalanya. Tapi semua kebutuhan dapat terpenuhi saat ada kekayaan bukan? Bukan matere sih, tapi ya emang butuh uang dalam segala hal. Mau makan? Jelas pakai uang. Mau cantik? Hoho, pake uang juga. Uang, uang dan uang. Ini juga yang membuat Raila terpaksa menjalani pekerjaan sebagai tunangan bayaran dari seorang Dani Mahendra. Tampan? Jelas, Dani banyak digilai para wanita di luar sana. Kaya? Tidak diragukan lagi. Pria itu merupakan pewaris tunggal perusahaan besar MHD'S Corporation yang dipimpin dr. Bintang Respati Mahendra. Ah, dan jangan lupakan resto Aisha, ibu kandung Dani. Restonya tersebar di banyak kota-kota besar di Indonesia. Ini sebagai hasil penggabungan bisnis Aisha dan Deswita. Mungkin Dani salah satu dari jelmaan pria idaman yang banyak diciptakan khayalan para wanita. Seharusnya Raila bahagia memiliki kekesih sekeren dan setajir Dani kan? But no, guys! Dani hanya mengontraknya sebagai tunangan bayaran untuk membahagiakan neneknya alias Oma Deswita. Raila bekerja sebagai sekretaris Dani sekaligus tunangan bayaran pria itu. Dan yah, pekerjaannya luar biasa menguras tenaga dan pikiran. Raila harus tahan godaan dari pria setampan Dani. Dan itu cukup berat. Beruntung ia memiliki kekasih baik hati yang sangat pengertian. Satria. Bahkan pria itu tahu status palsu dirinya dan Dani. Satria tidak mempermasalahkan banyaknya pekerjaan Raila setiap hari. Bahkan tak jarang, waktu kencan mereka di akhir pekan hilang karena Oma minta Raila membantunya berkebun. Dan asal tahu saja, bukan hanya Raila yang memiliki kekasih, Dani juga memiliki pacar. Seorang gadis yang merupakan temannya saat kuliah dulu. Namanya Salsa. Dia cantik dan pintar berdandan. Selain itu, ia juga pandai mengambil hati orang. Contohnya pada keluarga Dani. Meski Salsa tahu kami bertunangan demi Nenek, tapi ia tak membocorkan semuanya. Sebab Dani bilang, jika bocor, Dani akan memutuskan hubungan mereka. Tahu kenapa? Oma sangat menginginkan Raila jadi menantunya! Bahkan wanita tua itu pernah sampai membolehkan Raila hamil duluan agar cepat nikah secara resmi. Gila bukan? Bukannya Raila tidak mau menikahi Dani. Dia memenuhi semua kriteria yang diinginkan wanita. Hanya sayang, pria itu masih terikat masa lalu dengan cinta pertamanya. Kadang Raila tidak mengerti dengan pikiran bosnya. Dia masih menyimpan rapi album kenangan bersama Salvira. Mengatakan dengan jelas bahwa Salvira masih ada di hatinya. Tapi, sikap bosnya itu akan bertambah sangat menyebalkan saat Satria mengajaknya kencan. Seringkali Dani seolah sengaja memberinya banyak pekerjaan jika tahu ia akan kencan. Entahlah, Raila tidak mau terlalu percaya diri untuk mengatakan jika Dani sedang cemburu. Hanya saja, Dani akan memaksanya dan memotong gaji Raila jika gadis itu tak mau menuruti perintahnya. Raila bisa apa, ia terlalu sayang jika gajinya dipotong. Kelakuan ayahnya yang mulai bermain judi lagi membuatnya ibunya kembali terlilit hutang. Mira dan Tohir, kedua orang tua Raila, hanya mengandalkan kiriman dari putri tunggal mereka itu. "La! Kamu di mana?!" Nah, ini panggilan alam yang wajib Raila jawab. Kalau tidak, gajinya terancam melayang beberapa persen. Menyebalkan bukan? "Saya di sini, Bos! Baru dari kamar mandi!" jawab Raila lalu menghampiri Dani yang duduk di mejanya. "Buatkan saya teh seperti biasa!" perintah Dani yang segera dijawab dengan anggukan Raila. Teh tanpa gula adalah kesukaan Dani. Pria itu bilang, dirinya tak butuh gula karena sudah cukup manis. Dasar narsis! Padahal jujur saja, dia takut terkena diabetes, ya kan? "Ck, masih lama gak?" Buru-buru Raila memberikan segelas teh hangat untuk Dani. "Ini, Bos!" Dani menyeruput tehnya dengan merem melek. Entah apa maksudnya. "Kamu mau nyoba?" "Apa?" "Ini minum saja!" "Tidak usah, Bos!" jawab Raila. "Ayo, sedikit saja! Ini enak kok," Dani sedikit memaksa. "Saya gak mau, Bos!" jawab Raila mulai kesal. Dani mengerutkan kening lalu menatap teh dan wajah Raila bergantian. "Kamu gak mau minum teh ini. Saya jadi punya firasat buruk. Kamu gak nyampurin hal-hal aneh kan ke dalam teh ini?" Raila menahan kesal, benar-benar menyebalkan! "Saya masih waras untuk memberi Anda racun, Bos!" "Kalo gitu, ayo coba minum!" Dani masih memaksa sambil memberikan gelas berisi teh di tangannya. Raila menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu menerima teh itu. Ia meminum sedikit tehnya. "Sudah, puas?!" "Haha, makasih ya?" "Apa?" "Berasa sudah ciuman sama kamu!" Ambyar sudah. Raila rasa semua kekesalannya sudah mencapai ubun-ubun. Ia berbalik tanpa melirik Dani sedikit pun. Melihat hal itu, Dani terbahak-bahak. "Haha, La! Kok kabur? Malu ya?" Mungkin jika bisa dilihat, saat ini di kepala Raila sudah mulai muncul tanduk yang siap menerkam Dani. Raila berbalik dengan mata yang memancarkan amarah. "Heh, Bos! Bisa tidak berhenti menguji kesabaran saya?" ucapnya penuh penekanan. "Saya? Emang saya ngapain? Ah, saya tahu. Saya sangat tampan bukan? Sabar ya, kamu tidak bisa menahan diri untuk tidak jatuh cinta pada saya!" "Terserah!" ucap Raila menyerah dan pergi meninggalkan Dani. "Mau ke mana, La?" tanya Dani lalu bangkit dan mengejar Raila. Raila yang sadar Dani mengejarnya, menyeringai. Saatnya pembalasan! "Saya mau bertemu Satria!" "Apa?" Dani menarik tangan Raila dengan cepat, hingga gadis itu tak jadi keluar ruangan. "Kenapa? Dia pacar saya! Bebas dong! Mau ngapain juga!" "Hei! Kamu benar-benar ya! Jangan pacaran saat jam kerja!" ucapnya dengan nada tinggi. "Oke, kalau gitu lepaskan tangan saya!" ucap Raila, pandangannya mengarah pada tangan Dani yang mencekal pergelangannya. "Tidak mau!" jawab Dani. "Apa? Kenapa tidak mau? Bukannya kita lagi jam kerja?" Raila melirik jam dinding. Ya, jam istirahat siang telah berakhir. "Memang!" jawab Dani, malah dengan sengaja mengunci pergerakan kedua tangan Raila. "Lepas!" Raila berusaha melepaskan cekalan Dani. "Tidak mau! Batalkan pertemuan kamu dengan Satria! Baru kulepaskan!" "Apa?" Mati-matian Raila menahan tawa. Dani akan makin menggila jika dirinya memaksa bertemu dengan Satria. "Kubilang batalkan pertemuan kalian! Kamu kan sedang bekerja sama saya!" "Tapi kami akan bertemu setelah selesai kerja, kok." "Kapan? Jam berapa?" "Jam 7 malam," jawab Raila asal. Padahal dirinya sama sekali belum menghubungi Satria. "Apa? Mau apa kalian?!" "Kencan lah, masa mau nanam pohon!" "Apa? Kamu mau kencan saat malam? Tidak bisa!" "Kenapa tidak bisa? Bukannya jam 7 sudah di luar jam kerja?" "Siapa bilang? Kamu masih kerja jam segitu." Raila melongo. "Emang sekarang lembur lagi?" "Iya," jawab Dani sambil menahan rontaan Raila. "Ngerjain apa, Bos? Bukannya sudah beres?" "Kamu lupa ya kalau kamu itu bekerja sebagai tunangan bayaran saya?" "Ck, tapi kan kalau masalah pasangan gak boleh ikut campur!" ucap Raila nyolot. "Tapi jam kerja kamu sebagai tunangan bayaran saya itu 24 jam, La!" Dani tersenyum menang. Raila terbelalak kaget. "Apa? Yang benar saja! Kalau 24 jam, itu kerja rodi namanya!" "Siapa bilang? Saya bayar kamu 5 kali lipat dari gajimu sebagai sekretaris, lho?" "Ck, kan aktingnya depan Nenek sama Bu Aisha dan dr. Bintang!" "Kamu salah! Kamu juga harus berakting sebagai tunangan saya saat kita berdua." "Kenapa bisa begitu? Kan gak ada yang lihat ini, kok?" "Ada, tuh!" Dani menunjuk kamera cctv  di ruangan itu. Raila mengikuti petunjuk Dani. Huft, memang benar di sana ada cctv. "Diamlah, kalau kamu berontak, apa yang akan dipikirkan Oma?" "Memangnya Nenek lihat?" tanya Raila dengan kening berkerut. "Tentu saja. Kamu tahu sendiri bagaimana Oma sangat menginginkan kita segera menikah dan memberinya cicit, kan?" Glek. Raila menelan ludah. Pernyataan Dani memang benar. "Tapi Bos, pergelangan saya sakit. Lepas ya?" Raila kembali memohon. "Diam dulu. Kita akan sempurnakan akting kita!" "Apa?" "Saya bilang kamu diam dulu," ucap Dani dengan suara berat. Entahlah, Raila merasa saat ini alarm bahaya mulai berbunyi di otaknya. Pria itu makin menghimpitnya. "Bos ma-mau ngapain?" "Kalau kamu mau tahu, tutup mata kamu!" bisik Dani. "Saya mau tahu, Bos! Ngintip dikit boleh?" "Gak boleh! Harus ditutup matanya. Baru kamu akan tahu!" Raila mengangguk dan mematuhi perintah Dani. Ia menutup matanya rapat-rapat. Namun itu tak berlangsung lama, matanya terbelalak kaget saat ia merasakan sesuatu yang lembut dan basah mendarat di bibirnya. Raila mengerjap. Dani nampak sangat menikmatinya meski dirinya hanya diam dan tak membalas. "Rasanya sangat manis, terima kasih," ucap Dani sambil mengusap pelan bibir Raila yang basah karena ulahnya. Kalau sudah seperti ini, Raila tak berkutik. Apa hatinya akan kuat jika akting mereka harus sejauh ini? Dani benar-benar membuatnya gila!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.6K
bc

The Ensnared by Love

read
103.6K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
50.5K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
111.9K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
53.9K
bc

Playboy Tanggung Dan Cewek Gesrek

read
461.4K
bc

True Love Agas Milly

read
197.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook