bc

No Story

book_age18+
258
FOLLOW
1.4K
READ
billionaire
possessive
sex
pregnant
dominant
CEO
boss
drama
seductive
wild
like
intro-logo
Blurb

[Beberapa part mengandung adegan dewasa, semoga bisa bijak dalam membaca]

………………..

"Aku belum pernah menikah dengan siapa pun, tapi aku bisa cukup baik berperan sebagai suaminya. Terutama, di ranjang. Aku memuaskannya."

---- Berrand Adams ----

"Aku menyukai kepura-puraan ini. Bersamanya terasa membahagiakan dan menggairahkan, namun bukan untuk selamanya aku bisa dengan pria yang aku cintai."

---- Loura Quinn ----

**************

Berrand Adams tak pernah menyangka rumah mewahnya di California yang biasa tenang tanpa orang asing, tiba-tiba berubah saat Loura Quinn ditemukan bak mayat di depan pintu utama.

Kenyataannya, wanita itu masih hidup. Dan, ketika Loura Quinn meraih kembali kesadaran, masalah pun muncul. Wanita itu memang hilang ingatan, namun tak melupakan seseorang yang dicintai, sang suami.

Berrand Adams masuk ke dalam pusaran prakara, saat selalu menyediakan peluang bagi Loura Quinn untuk menganggap dirinya sebagai suami wanita itu. Pada akhirnya, Berrand terjebak.

Loura berbeda. Keseksian wanita itu tidak hanya mampu memicu gelombang hasrat Berrand yang besar, melainkan juga menciptakan getaran di hati.

Loura berhasil menang dari Berrand. Namun, tidak bisa mempertanggung jawabkan semua sandiwara. 

chap-preview
Free preview
PERFECT FAKE HUSBAND, 1 - Mayat?
"Jadi, dia tertangkap?" Berrand memastikan. Rahang wajah semakin mengeras, mendengar penjelasan dari salah satu anak buahnya di seberang telepon. Berrand sangat jelas tidak menyukai informasi yang didapatkan, tak sesuai akan rencana sudah dibuatnya. Berrand mengartikan kegagalan sebagai sebuah kelemahan. Untuk menutupi dan melampiaskan, maka ia akan murka. "Apa kau bilang?" Berrand menggeretakkan gigi. "Mereka mempunyai bukti yang kuat?" Nada suaranya semakin meninggi karena emosi. "s**t!" "Sialannn!" Berrand mengumpat lagi, lebih emosi. Selesai mengumpat dengan cukup kencang, Berrand pun bangun dari kursi kerjanya. Ia mengambil gelas berisi wine terlebih dulu, sebelum berjalan menuju ke balkon. Handphone dijauhkan dari telinga, tetapi tetap dipegang dengan erat di tangan kiri. Benda tersebut tak mungkin ditaruhnya barang satu detik pun, selama urusannya belum terselesaikan baik. Sambungan telepon masih belum berakhir, anak buahnya sedang menunggu keputusan di seberang sana. Namun, Berrand tak ingin segera berkata, walau telah menemukan solusi yang dianggapnya jalan terbaik. Menenggak wine hingga habis pun dijadikan pengalihan sementara atas rasa jengkel dan amarah kegagalan rencananya. Berrand juga tak menyukai ketidaksuksesan, akan membuat harga dirinya seperti dipertaruhkan. Belum lagi sejumlah keuntungan harus direlakan untuk tak didapat. Kesepakatan gagal, maka puluhan juta melayang. Dan yang paling dihindari Berrand, yakni menempatkan beberapa anak buah dalam keadaan berbahaya. Berrand tak ingin satu pun dari mereka menerima konsekuensi, namun perlindungan tak bisa diberikan. Berrand menyalahkan dirinya sendiri yang tak becus. Dan, sebagai penebusan, ia sudah bertekad akan melakukan berbagai cara agar bisa menyelamatkan mereka. "Besok, dua pengacara kepercayaanku tiba di sana." "Dave dan Bony tidak akan berada di penjara. Mereka akan aku pastikan bebas." "Kau tetap berhati-hati. Jangan sam-" Berrand tak melanjutkan ucapan karena kehadiran kepala pelayan di ruang kerjanya, masuk tanpa meminta izin dahulu. Langsung dilemparkan tatapan yang sarat akan tanda tanya, ketika melihat ekspresi Mrs. Rose tunjukkan ketakutan besar. Sepertinya wanita berusia setengah abad itu tak paham, Berrand pun memutuskan untuk membuka mulut. Ingin bertanya langsung, namun diurungkan manakala salah satu ajudannya masuk ke dalam ruangan dengan langkah yang tergesa-gesa. Sedang ada ketidakberesan. Simpulnya. "Ada apa?" Berrand langsung bertanya, ingin sesegera mungkin mengetahui semuanya. "Maafkan saya mengganggu Anda. Ada hal penting yang harus saya sampaikan." "Katakan saja apa itu, Mrs. Rose." Berrand membuat nada suaranya lebih sopan, kali ini. Namun, bukan berarti emosinya sudah hilang. Hanya saja, Berrand sudah mampu sedikit mengatur. Lagi pula, ia tak akan meluapkan emosi ke sembarang orang. Hal tersebut hanya dapat mencoreng wibawa dan kehormatannya. "Begini, Tuan. Sa ... saya ...." "Ada ... ada ... sese ... seseorang yang meng-" "Tolong bicaralah yang jelas, Bibi." Berrand memotong secara cepat. "Tolong lebih tenang, Bibi," lanjutnya. Nada suara Berrand masih menunjukkan kesopanan. Ia bahkan beranjak bangun dari kursinya, berjalan menghampiri Mrs. Rose. Berdiri tepat di depan wanita paruh baya itu. "Ada mayat di depan pintu utama mansion, Mr. Berrand. Anda harus memeriksa se-" Berrand belum memberikan tanggapan atas ucapan Mrs. Rose yang dipotong oleh wanita paruh baya itu sendiri. Ia akan menunggu sampai Mrs. Rose selesai memberi informasi. "Benar, Tuan. Benar. Saya tidak mungkin salah ...." "Ada mayat wanita di sana. Mengerikan melihatnya." Seruan histeris dari Mrs. Rose memperkuat firasat Berrand bahwa keadaan memanglah sedang begitu genting. Maka, segera dirinya bergegas keluar dari ruangan kerja. Berlari ke arah tangga, hendak menuju lantai dasar. Waktu yang diperlukan tidak lama untuk sampai di depan pintu utama. Dan, Berrand langsung dihadapkan pemandangan sosok seorang wanita tergeletak, tak sadarkan diri. Wajah pucat dengan beberapa luka kecil pun berhasil menarik perhatian Berrand. Terasa tak asing, seperti pernah bertemu, tapi tidak bisa mengingat pasti siapa wanita itu. Bukan hal tersebut terpenting, kini. Harus dipastikan terlebih dahulu keadaan wanita itu. Masih hidup atau sudah tidak bernyawa agar bisa melakukan tindakan yang benar. Tanpa melibatkan polisi. Berrand pun segera berjalan mendekati sosok wanita itu. Memeriksa urat nadi di tangan dan leher dengan perasaan gelisah. Embusan napas panjang menjadi bentuk kelegaan luar biasa dari Berrand, beberapa detik kemudian. Tepat setelah memastikan wanita di depannya belum menjadi mayat. "Dia belum mati. Cepat hubungi Lauren. Minta dia datang segera kemari." Berrand memerintahkan ke salah satu ajudannya. Lalu, diangkat tubuh wanita itu. Dilakukan Berrand dengan mudah karena bobot yang tidak seberapa berat. Berrand melangkah pun begitu cepat. Tempat yang dituju adalah salah satu kamar tamu. Terletak di lantai dua. Berrand memilih menggunakan tangga, tidak lift. Walau, tenaganya akan cukup terkuras nantinya. Selama menaiki anak tangga satu demi satu, Berrand pun tak bisa mengabaikan keinginan untuk memandang si wanita asing dalam gendongannya. Berrand merasakan keanehan pada dirinya. Gelenyar yang sulit untuk ia sendiri terjemahkan. Karena, benar-benar tak pernah dialami sebelumnya. Pengabaian terhadap perasaan tersebut pun langsung dilakukan, saat melihat ada pergerakkan dari si wanita asing. Walau, hanya tampak kernyitan di bagian dahi. Berrand tak menghentikan langkah kaki. Justru ditambah kecepatan, ketika sudah sampai di lantai dua. Jarak ruangan yang dituju memang tidak lebih dari tiga meter lagi. "Siapa kau?" Berrand pun bertanya spontan dengan mata membulat, saat menyaksikan si wanita asing memandangnya. Berrand tambah terkesiap, ketika wajahnya mendapat tangkupan tangan wanita itu. Bahkan, membuat dirinya langsung berhenti berjalan. Fokus sepenuhnya ke wanita itu. "Aku merindukanmu, Suamiku." Beberapa detik kemudian, wanita itu pingsan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
161.3K
bc

LOVE ME

read
769.5K
bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M
bc

Marrying Mr. TSUNDERE

read
379.8K
bc

Dependencia

read
185.8K
bc

Me and My Broken Heart

read
34.4K
bc

Marriage Not Dating

read
549.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook