bc

CINTA SIGADIS ES

book_age16+
3.8K
FOLLOW
69.6K
READ
others
family
love after marriage
forced
others
goodgirl
CEO
student
mxb
city
like
intro-logo
Blurb

Gue, Laelia Savita. Anak kedua dari orang tua yang cukup keras,. Gue merasa benci dengan hidup ini, sebab jalan hidup Gue tidak seindah yang kalian bayangkan.

Menikah mendadak hanya karena Gue di temukan tidur satu ranjang dengan orang yang tidak Gue kenal.

Zulfan, dialah suami dadakan Gue dan suami yang tidak bertanggung jawab karena pergi selama bertahu setelah kata ‘SAH’ di ucapkan saksi nikah.

Mengidap penyakit langka ketika hamil, sampai suami pun kembali menjauh karena anak yang Gue kandung.

Sedih! Pasti. Tapi inilah hidup yang Tuhan tuliskan untuk Gue.

chap-preview
Free preview
SATU
Hai ... namaku Laelia Savita. Aku anak ke dua dari dua bersaudara. Kakakku laki-laki, yang menurutku, si Abang itu bagusnya ya, dia jadi om ku. Ya ... kalian pikirkan saja, umur kami itu bedanya jauh, pakai banget! Yaaa, walaupun tidak sampai antara langit dan bumi sih Itu bisa di bilang tidak masuk di akal. Umur Abang ku itu 35 tahun, sedangkan aku jeng ... jeng, jeng ... 18 tahun. “Kataku jangan lebay! iiissst, aku tabok juga loh!” Kata orang tua, aku itu anak yang tidak di inginkan. Miris yaaa ... hidupku ini. Sudah beda jauh sama Abang, tidak di inginkan pula. Dobel banget penderitaan ku ini. Mudah-mudahan tidak sampai melayang ini roh dari tubuh karena sedih. Kalian jangan ikutan menangis, ya. Saking sedihnya mendengar cerita nasibku ini, yang sampai tidak di inginkan. Sebab itu semua tidak seperti yang kalian bayangkan. Aku pernah bertanya, soal semua ini. Dan Umi, panggilan aku pada mamah, pernah bicara, “kamu jangan dulu salah sangka sama orang tua, dengarkan dulu penjelasannya.” Aku menarik nafas pelan-pelan ... untuk menghilangkan sesak dan kesal. Dan itu, cukup membantu semua sesak di d**a. “Kamu itu bukan anak yang tidak di inginkan dalam artian sebenarnya, walau pun memang begitu kenyataannya.” Ucap uni sambil tersenyum. Huuuh ... mendengar itu aku jadi kesal, tapi masih penasaran jadinya aku dengarkan dahulu, saja! Ternyata, awal mulanya karena umi awalnya tidak berencana memiliki anak lagi, jadi aku ini anak yang tidak di planing karena mereka sudah pasrah dengan keadaan tubuh umi. Walaupun katanya, mereka masih mau punya anak lagi. sebab waktu itu umur umi sudah, kira-kira 35 tahun. Kata dokter, bukan karena umur yang sudah udzur, tapi karena beliau punya riwayat penyakit darah tinggi. Jadi ... itu bisa membahayakan nyawa umi dan janin dalam kandungannya, bila umi hamil lagi. Begitu ... Namun semua larangan dokter tidak bisa menyalahi hukum Tuhan bagi hambanya. Sehingga, mau tidak mau, dan rela tidak rela, umi malah mengandungku. Saat itu ayahku berencana memaksa umi mengeluarkannya, akan tetapi Umi tetap tidak mau, dia ingin mempertahankan aku di dalam perutnya. Dengan berat hati semua pun setuju, walaupun dalam hati, mereka ada dalam dua ujung jurang dalam. Yang satu ujung senang, yang satunya ... ujung takut, merinding, apalagi ketik membayangkan suara jeritan ketika umi yang tidak bisa kita tolong, itu sungguh merinding. Namun ada juga rasa senang senang, senangnya karena umi masih di beri kepercayaan untuk mengandung lagi, dan anak dalam kandungannya berjenis kelamin perempuan yang selama ini keluarga inginkan. Namun katanya, perasaan mereka lebih banyak takut, takutnya karena umi sudah udzur dan punya penyakit darah tinggi, jadi mereka takut Umi tidak bisa mempertahankan janin di kandungannya. Kalau di bilang sebabnya takut meninggal, itu sudah pasti. karena tiap orang yang melahirkan pasti akan berhadapan dengan maut. Itulah yang selalu orang-orang bilang. Namun syukur Alhamdulillah!, orang tuaku tidak putus-putus bersyukur karena sampai saat ini, umi masih bisa mendampingi dan melihatku tumbuh dewasa dan mudah-mudahan sampai aku menikah. "Dek ... Dedek ... Dedek sayang!" mulai lah, abang ku buat aku senewen. "Berisik, Bang!" Ucapku sambil melanjutkan makan. "Ya ampun deeek ... es banget sih! malah sekarang tambah killer, kamu tuh!" Aku tidak bicara, memilih diam seribu bahasa. Percuma di jawab juga, bakalan menyakitkan akhirnya, nanti juga lama-lama dia bosan sendiri. "Ya ampun deeek, kamu itu harus berubah tahu, tidak! jangan makin ngutub dan makin killer. Tidak ada jodoh, tahu rasa, kamu!" Tuh, kan. Akhirnya dia mengejek juga kan! "Memangnya aku kecebong, bisa berubah jadi katak!" jawabku seenaknya. "Ya ampun, ampuuun, dah! punya adik satu-satunya, sudah diceramahi beberapa kali, tetap saja tidak bisa di diberi tahu kalau dia harus merubah sifat!" mulai kesel Abang itu. Tapi aku memilih tetap diam tidak berubah sama sekali. Kalau kalian mau tahu, Abang itu cerewetnya minta ampun. Melebihi cerewetnya umi, dah! Karena di acuhkan lama-lama, abang akhirnya angkat tangan menyerah, dan aku pun pergi masuk kamar, tanpa mau melihatnya lagi. Gadis Es. Yaaa ... itulah aku, tidak sedikit orang bilang, kalau aku itu si es kutub karena jarang bicara. Padahal biasanya itu terjadi ketika aku malas bicara saja, dan ketika semua biasa, ya ... seperti biasanya. Lagian aku heran juga karena biasanya nama itu suka di berikan sama yang namanya cowok. Lah, aku! Cewek tulen begini! Awalnya mereka tidak yakin dengan sikapku yang lebih banyak diam dari pada bicara. Karena mereka suka melihatku seperti wanita pada umumnya ketika bersama teman baikku. Tapi setelah mereka dekat dan merasakan, barulah mereka sadar kalau aku wanita es memang benar-benar cocok untuk di berikan padaku. Dan sekarang, ada embel-embel killer dari saudaraku sendiri. Ya Tuhaaan, apa lagi itu artinya! Dasar Abang, sampai membuat aku pusing. Tapi, biarkan saja lah! Asal tidak merugikan aku. Hanya itu yang bisa aku katakan. "Deeek, ada telepon!" Suara ibu negara memanggilku. Sepertinya dari ruang depan, karena sekarang aku ada di kamar. kalian tahu siapa IBU NEGARA? Dia itu orang yang selama ini mengurus dan menyayangiku tanpa pamrih. Dari mulai mengandung, melahirkan, dan menjaga sampai detik ini. Kalian tahukan, Dia adalah umi ku, Umi yang paling aku sayang. Ya, dialah sang IBU NEGARA yang harus kami rakyatnya hormati, dan setiap titahnya, itu mutlak tidak bisa di ganggu gugat. Tapi itu untuk orang lain, dan tidak berlaku untuk diriku. Hahaha .... "Lae, CEPETAN!" terdengar lagi suara umi yang makin menggelegar. Membuat aku dengan malas turun dari kasur dan pergi ke ruangan depan. "Siapa sih, Umiii!" Duduk di kursi sambil cemberut. "Naya ... handphone kamu tidak aktif katanya." Umi menyodorkan gagang telepon. Aku mengangguk, dengan malas-malasan. "Oh iya ... handphone aku mati, belum di cas." Ucapku sambil mengambil gagang telepon. "Halo ... assalamualaikum." Duduk, menunduk mendengarkan apa yang Naya katakan. " ..." "Iyaaa.” " ... “ "Emmmhhh" " ... " "Ok! Waliku salam." Tutup telepon, hendak masuk lagi ke kamar. "Hahaha ... Ya ampun Deeek! apa tidak ada kata lain, kamu itu membuat abang takut. Bicara hanya emmmh, iya, ok! Apa tidak ada yang lainnya?” "Abaaang ... ko begitu, sih! Dia kan adik sendiri, kalau dia marah, tanggung sendiri, loh, ya. Akibatnya." Ucap umi sambil tersenyum padaku. "Ya ampun umi ... terima kasih banget. Sudah membela Lae." kataku sambil memeluk beliau dan tersenyum pada orang yang paling aku sayang ini. "Walah, walah ... ada rekor kamu, bicara lebih dari tiga suku kata." kata Abang sambil tersenyum. "Abaaang!" umi mengacungkan telunjuk karena aku sudah mulai merasa jengkel dengan apa yang Abang katakan. Kalian jangan heran kenapa umi takut kalau aku marah. Sebab, kalau aku marah, akan terjadi sebuah bencana dalam rumah ini. Dan hal yang pertama akan aku lakukan, ambil barang yang berharga di rumah dan aku jual, tanpa bicara apa pun. Mau itu barang apa pun, asal bisa menghasilkan uang dan bisa aku jual, dengan cepat. Aku pasti mengambilnya tanpa menghiraukan siapa orang yang akan marah! Dan dari hasil penjualan itu, uangnya, aku kasih orang lain yang aku temui di jalan sehabis menjual barang di rumah. Ingat, yaaa! uangnya buat aku kasih ke orang lain, bukan buat jajan aku, dan kemarahan itu membuat umi takut karena barang berharga yang ada di rumah sekarang yaitu LUKISAN yang harganya selangit, dan baru ayah beli minggu kemarin. Umi terus saja memperingatkan Abang, supaya jangan macam-macam karena bila lukisan itu aku jual, mungkin bukan hanya Abang yang ayah marahi, tapi juga umi akan dapat getahnya. "Baaang, sudah, dong! Kamu kaya tidak tahu adikmu saja kalau marah kaya gimana!" Umi memperingatkan atbang sambil menunjuk lukisan yang baru ayah beli. "Iya umiii, abang diam, ko." Abang pergi ke kamar, namun sebelumnya dia malah memukul pantatku. Sungguh kurang ajar! "ABAAAAANG!" Umi dan aku berteriak bersamaan. Sedangkan abang, malah tertawa sambil berlari masuk kamar. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

HYPER!

read
556.9K
bc

My Sexy Boss ⚠️

read
539.8K
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
288.4K
bc

Over Protective Doctor

read
474.3K
bc

LAUT DALAM 21+

read
289.2K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
307.9K
bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook