bc

Another World Chronicles

book_age0+
12
FOLLOW
1K
READ
adventure
dark
others
reincarnation/transmigration
time-travel
drama
tragedy
bxg
like
intro-logo
Blurb

Itu benar. Dan kalian berhak mendapatkan hadiah atas pencapaian tersebut. Tapi sebelumnya, aku ingin kalian bertiga pergi ke sana dan menjalani kehidupan baru sebagai isekai. Apakah kalian sudah paham?

chap-preview
Free preview
Chapter 01. Hiro Sakaki
“Mendingan aku nonton anime saja,”             Mungkin itulah yang terbesit dalam pikiran Hiro Sakaki. Seorang laki-laki berumur 16 tahun yang masih bangku SMA. Dia berjalan menuju sekolah tanpa ada semangat. Hiro menyesali keputusan mengikuti saran kakeknya. Pasalnya, dirinya tidak mau bersekolah. Hiro kepingin nonton anime, tokusatsu dan hal-hal berbau otaku. Bahkan kerabatnya sendiri sudah angkat tangan karena tidak kunjung berubah.             Teman-teman dan guru-guru enggan berbincang dengan Hiro. Dia tidak pernah mendengarkan ucapan mereka sama sekali. Seakan-akan di dalam pikirannya, dipenuhi dengan anime. Para perempuan juga tidak mau mendekatinya. Semua orang menatap Hiro penuh jijik. Tapi dia tidak mempedulikan hal itu. Mereka hanya ikut-ikutan dikarenakan tidak memiliki sesuatu yang digosipkan. Akibatnya, dirinya menjadi bahan gossip. Terus begitu setiap harinya. Karena itulah Hiro tidak mau sekolah. “Kalau bukan karena kakek, sudah pasti aku menonton lanjutan anime yang tertinggal tadi malam,” gumamnya.             Dia tidak pernah lepas menatap jendela sekolah. Burung-burung berkicau, menghinggapi pepohonan. Kedua mulutnya mengatup, telapak tangannya ditekuk memegang pipinya. Di dalam pikirannya, terbayang sebuah pemandangan yang begitu indah dan menyejukkan.             Banyak Pepohonan bergoyang mengikuti irama. Disusul bunga dan dedaunan. Hewan-hewan seperti kupu-kupu menghinggap di bunga, mengambil serbuk sari.             Hiro mencium bunga ketika kupu-kupu sudah mulai pergi. Rusa, kijang dan hewan lainnya mengerubunginya. Mengelus lengan Hiro, menandakan meminta makanan. Hiro memberikannya dengan senang hati.                        Hawa begitu tenang dan nyaman. Sehingga dirinya bisa istirahat dengan tenang. Walau ujung-ujungnya ada sesuatu yang mengganggunya setelah ini. “Hiro … Sakaki Hiro!”             Lamunan tersebut buyar ketika salah satu guru menyebutkan namanya. Celakanya, Hiro tidak mendengarkan ucapan beliau sama sekali. Dia menatap tajam guru tersebut. Beliau berkeringat dingin, takut Hiro melakukan tindakan di luar sekolah. “A-a-apa lihat-lihat?” “Sudah kukatakan berkali-kali … jangan mengganggu tidur siangku,” ucapnya bernada tegas dan memancarkan aura intimidasi             Sehingga beberapa murid mulai menjauhinya. Pak Guru memegang buku erat-erat, bersiap melemparkan batu kapur kepada Hiro. Tapi dirinya dapat menangkapnya dengan mudah. Lalu dia hancurkan sampai kapurnya pecah berkeping-keping. Sadar tindakannya melampaui batas, Hiro berdiri. Memohon maaf. “Maaf. Saya … saya tidak bermaksud melakukan itu,”             Terlambat. Semua orang sudah melihatnya. Pak Guru tidak mampu menahan emosi lagi. Jari telunjuknya menunjuk ke Hiro, kemudian jari telunjuk kiri mengarahkan ke pintu ruang kelas. “Keluar dari sini!” teriak Pak Guru.             Suara beliau membuat sekelilingnya menutup telinga. Begitu juga dengan Hiro. Sebenarnya, dirinya tidak mau mencari masalah. Tapi nasi sudah jadi bubur. Dia menerima konsekuensi yang dipilih. Hiro berjalan pelan menuju pintu ruangan. Berdiri dekat pintu sambil membawa dua buah ember. Tidak lupa juga ember besi berada di kepala, suapaya tidak menetes dengan mudah. “Hari ini benar-benar apes,” keluhnya.             Hiro merasa sedih, akibat tidak ada satu pun yang mau berteman dengannya. Teman masa kecilnya sudah meninggal akibat penyakit yang diderita. Begitu juga dengan kedua orang tuanya. Mereka tewas akibat kasus perampokan di bank empat tahun lalu. Sejak itulah, hari-hari Hiro dipenuhi kehampaan dan kesedihan terus menerus. Oleh sebab itulah, dia sering menonton anime dan tokusatsu. Hiro merasa butuh penyegaran dalam pikirannya. Entah sampai kapan dirinya berhenti menonton anime. “Seandainya kau ada di sini … aku ingin sekali bersamamu,” gumam Hiro dalam hati.             Hingga lamunannya terbuyarkan oleh suara teriakan Pak Guru. Pria berkepala botak memanggil Hiro berkali-kali. Hingga dirinya dilihatin oleh teman sekelasnya. “Hiro! Apa kau mendengarkan penjelasanku!” “D-Dengar pak!” ucap Hiro tanpa berpikir panjang. “Kalau begitu, jawab pertanyaan di papan tulis!”             Tulisan milik Pak Guru sangat kecil. Sulit dibaca oleh Hiro. Dia menyipitkan kedua matanya, mencoba mempersempit pandangannya. Hingga akhirnya, dia berhasil melakukannya. “Kelangkaan merupakan inti masalah ekonomi, di mana salah satunya memaksa manusia untuk melakukan pilihan dalam hidupnya. Baik secara individual maupun kolektif yang disebabkan … keterbatasan jumlah alat pemuas,” ucap Hiro keluar dari mulutnya.             Dia merasa pertanyaan barusan cukup mudah. Tapi bukan itu intinya. Entah kenapa, dalam pikirannya muncul jawaban secara langsung. Sampai sekarang, Hiro tidak mengerti. “B-benar sekali,”             Semua orang melongo mendengarnya. Bagi teman sekelasnya, untuk pertama kalinya Hiro bisa menjawab pertanyaan dari Pak Guru yang terkenal killer. Sikap Hiro mendadak berubah kembali. Dia duduk sembari menaruh kedua kakinya di meja. Kedua tangannya ditarhu pada bagian belakang kepala. “Ada lagi pertanyaan buat saya, pak?” ucapnya bernada angkuh. “Tidak ada,”                Jawaban singkat dari beliau membuat Hiro muak. Dia memejamkan kedua matanya. Menikmati pemandangan bagus melalui imajinasi.             Sementara itu, teman sekelasnya terus mengoceh tidak jelas. Bahkan sering berburuk sangka terhadapnya. “Sombong sekali tuh dia!” “Mentang-mentang bisa jawab pertanyaan Pak Guru, sudah besar kepala!” “Tapi kau tahu … dia paling menakutkan diantara sekolah ini. Terakhir kali, Hiro mengajak berantem sama ketua OSIS, Yamazaki!” “Benarkah! Aku tidak percaya itu! Lalu hasilnya?” “Yamazaki kalah telak oleh Hiro!”             Mereka semua berbisik-bisik. Mengabaikan bahwa samping mereka ada Hiro. Tapi dia tidak mempedulikan ucapan buruk dari mereka. ~o0o~             Bel berbunyi. Menandakan sekolah telah berakhir. Para murid pulang sambil berbincang satu sama lain. Terlihat terburu-buru ingin pulang. Enggan satu ruangan dengan Hiro, yang sibuk tertidur di dalam kelas.             Waktu sudah menunjukkan pukul jam 5 sore. Hiro terbangun dari tidurnya. Dia melihat kelas menjadi sepi. Helaan napas keluar dari mulutnya. Hiro mengecek arlojinya, berubah menjadi pucat. Dia berlari menuju pintu keluar sekolah. “Gawat! Hari ini ada anime yang bagus tayang episode 1! Aku harus cepat-cepat pulang!”             Mengabaikan orang sekitarnya, Hiro berlari menuruni tangga, lupa bahwa sepatu kelas tidak diperbolehkan keluar dari ruangan. Tapi Hiro bodoh amat dengan peraturan konyol itu. Dia berlari kencang, berharap sampai di rumah tepat waktu. Ketika dirinya berada di persimpangan jalan, seekor kucing putih jenis angora, sedang berjalan membawa makanan ikan.                    Tiba-tiba, kendaraan truk sedang melintas dengan kecepatan tinggi. Insting Hiro mengatakan kucing tersebut akan dilindas oleh truk jika melakukan sesuatu. “Awas!” teriaknya mendorong kucing ke samping kanan.             Sebuah tabrakan terjadi. Tubuh Hiro terpental. Mengucurkan banyak darah. Termasuk bagian kepala dan anggota tubuhnya. Kesadarannya perlahan-lahan mulai mengabur. “Kucingnya selamat ya … syukurlah,” gumam Hiro dalam hati.             Kepalanya mulai pusing. Tidak mampu melihat dan mendengarkan ucapan orang lain, karena semua inderanya telah lumpuh. “Sial … pada akhirnya … aku tidak mampu menonton anime yang kusuka,”             Tetesan air mata membasahi kedua pipinya. Tangan kanan mencoba meraih sesuatu. “Inikah akhirku? Kuharap … aku ingin diberikan … kesempatan kedua … berharap tidak ada penyesalan … duniaku sebelumnya,”             Kedua matanya mulai mengabur. Tidak mempedulikan teriakan supir yang menabrak barusan. Menghembuskan napas terakhir. ~o0o~             Sosok cahaya menyinari kedua mata Hiro. Kilauan cahaya mengelilingi seluruh permukaan. Baik langit maupun daratan. Kesadarannya mulai membaik. Hiro merasakan kehangatan dalam tubuhnya. “Apakah … aku sudah mati?” “Jika dirimu di dunia sebelumnya, itu benar!”             Ada sosok laki-laki sedang duduk dengan tangan dilipat. Melihatnya dengan senyuman misterius. Berambut putih panjang, berperawakan tua dan memegang sebuah tombak trisula di sampingnya. Bukan hanya dia, lima orang lainnya sedang membentuk lingkaran. Pusatnya ada pada laki-laki berambut putih panjang. “Hiro Sakaki. Laki-laki berumur 16 tahun masih bangku SMA. Tidak memiliki teman, arogan, sombong dan besar kepala apabila dipuji tinggi oleh orang lain!” “Apakah dunia akan baik-baik saja? Kau tahu, dia tidak pantas untuk dihidupkan kembali!”             Tapi tidak ada respon dari laki-laki berambut putih panjang. Malahan, beliau sedang duduk dengan postur berpikir. Matanya tidak lepas dari mengawasi Hiro. “Tenang saja. Dunia akan baik-baik saja. Selain itu … bukan hanya dia saja yang kemari,” ucap laki-laki berambut putih panjang.             Bukan aku saja? Lalu siapa? Tanya Hiro dalam hati.             Langkah kaki tidak berirama, menemui sosok laki-laki berambut putih panjang. Terlihat seorang pria dan seorang gadis seumuran Hiro, menatap tajam kepada beliau. Tepatnya mereka berdiri melewati pintu kehidupan. Sama seperti Hiro. Perbedannya, dia sudah berada di dalamnya. “Masuklah Rina Shirasaki … Allen McCarthy,”   To be Continued   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DESTINY [ INDONESIA ]

read
1.3M
bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.3K
bc

Chain Of The Past ( Indonesia )

read
4.1M
bc

Just Friendship Marriage

read
507.0K
bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K
bc

Love Match (Indonesia)

read
172.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook