bc

Misteri Posko KKN

book_age0+
544
FOLLOW
5.8K
READ
dominant
goodgirl
powerful
student
tragedy
bxg
like
intro-logo
Blurb

Diona, seorang mahasiswi yang diwajibkan mengikuti pengabdian untuk masyarakat. Dia melakukan pengabdian di sebuah daerah terpencil. Awalnya terlihat indah, hingga akhirnya dia mendapat teror dari makhluk-makhluk astral. Sampai pada puncaknya, teman satu kelompoknya hilang di ambil sang makhluk astral. Dan menurut seorang warga, hanya Diona yang dapat menyelamatkannya. Mampukah dia menyelamatkan teman-temannya? Dan kenapa para makhluk astral menculik teman-teman Diona?

chap-preview
Free preview
Bab 1
Derap langkah terdengar begitu jelas memenuhi setiap rongga telingaku. Bukan hanya satu atau dua orang saja, tapi ada lima orang yang tengah menuju suatu tempat dengan begitu terburu-buru. Aku menoleh ke arah mereka dan melihatnya dengan seksama, tidak ada satu pun yang aku kenali dari mereka. Aku tidak mengenal mereka karena memang bukan temanku--bukan teman se-fakultasku. Aku menatap mereka dengan seksama, begitupun sebaliknya. Tatapan mereka lurus dan datar karena memang kami tidak saling mengenal. Tapi tunggu, salah satu di antara mereka yang memiliki tubuh paling tinggi, putih dan rambutnya tergerai dengan indah menatapku dengan pandangan yang sangat tajam, di matanya tersirat permusuhan dan kebencian. Tapi apa yang membuat dia membenci dan memusuhiku? Aku tidak mengenal dia, dan tidak pernah bertemu dengannya. Tapi kenapa dia terlihat seperti begitu membenciku, apa salahku padanya? "Jangan ngalangin jalan dong!" bentaknya padaku. "Maaf," kataku. Tapi dia sepertinya tidak mendengar perkataanku, dia hanya menatapku sinis dan penuh kebencian. Ia membalikkan badannya dan terus berjalan, berlalu begitu saja dari hadapanku.  Aku menatapnya yang kini mulai berjalan menjauh dariku. Perlahan aku memfokuskan pandanganku padanya, ada sesuatu yang aneh dalam diri perempuan itu. Aura dia begitu gelap dan kelam. Sepertinya hidupnya dirundung dengan kesusahan dan kepedihan serta, dendam sehingga memiliki aura yang begitu kelam. "Hai, mau bengong saja atau masuk ke aula?" tanya seseorang dari belakangku. Aku menoleh ke asal suara itu, ternyata pemilik suara itu adalah Gina dan dia tepat berada di belakangku. Dia adalah teman satu fakultasku, hanya dia mengambil kelas karyawan sedang aku mengambil kelas reguler. "Eh… ya ayo masuk," kataku dengan sedikit tergagap karena masih terfokus pada gadis yang telah berlalu dari hadapanku.  Aku dan Gina melangkahkan kaki bersama menuju aula. Tidak kusangka dan tidak kuduga aku melihat Ria di depan pintu aula. Aku berhenti sejenak sebelum melanjutkan langkah kakiku, rasanya begitu berat melangkahkan kaki ini dan kembali bertemu dengan dia. Aku tidak percaya akan bertemu kembali dengan dia, teman yang telah menusukku dari belakang. Teman yang telah membuat hati kedua orang tuaku begitu terluka dengan sikapnya. Dua tahun sudah aku tidak bertemu dengan dia sejak kejadian itu, dan sejak ia memutuskan untuk pindah ke kelas karyawan. Dua tahun pula aku mencoba mengubur semua kepediham yang aku dan orang tuaku rasakan. Tapi sekarang aku harus kembali bertemu dengannya. Ku tatap dia dan kembali luka yang sudah sembuh itu terbuka menganga dan mengeluarkan darah yang segar. Suara mikrofon dari dalam ruangan membawaku kembali ke duniaku saat ini dan mengeluarkanku dari kisah masa lalu yang ingin aku lupakan, tapi belum mampu untuk melakukannya. Aku dan Gina bergegas memasuki aula kampus dengan terburu-buru, begitupun dengan Ria yang mengikuti langkah kami. Ruangan yang begitu luas ini telah dipenuhi oleh ribuan mahasiswa yang akan mengikuti pembekalan KKN. Aku mencari-cari kursi yang masih kosong agar dapat duduk dan mendengarkan pembekalan dengan nyaman. Tapi malang nasibku, kursi yang tersisa hanya ada dua saja. Tidak mungkin jika aku dan Gina duduk sedang Ria berdiri. Memang ada permasalahan yang belum selesai antara kami, tapi bagaimanapun dia tetap teman se-fakultasku. Tidak mungkin aku membiarkan dia berdiri dan membuat Gina bertanya apa yang telah terjadi di antara kami. Mau tidak mau akupun harus berbagi agar dapat duduk bersama. Aku melihat ke kanan dan kiri, berharap ada yang aku kenali selain Gina dan Ria. Tapi tidak ada yang aku kenali sama sekali di sini. Dari fakultasku memang hanya ada beberapa orang saja yang mengikuti KKN pada gelombang kali ini, karena yang lain telah KKN pada awal tahun ajaran kemarin. Pemateri demi pemateri menyampaikan pembekalannya dengan sangat jelas dan terperinci. Tidak ada satu bagianpun yang mereka lewatkan untuk membekali mahasiswanya sebelum berangkat KKN. Tapi entah kenapa rasanya aku tidak dapat memahami semuanya, aku tidak dapat fokus terhadap materi-materi yang mereka berikan. "Untuk kelompok KKN, kalian dapat melihatnya di GOR," kata pembawa acara yang menandakan bahwa pembekalan secara keseluruhan telah berakhir dan akan berlanjut dengan pembekalan perdaerah sesuai dengan tempat penempatan KKN. Akhirnya aku bisa terbebas dari beban yang aku rasakan. Beban menahan rasa sakit dan beban menahan canggung karena kehadiran Ria. Memang dia yang salah dan aku tidak perlu canggung, tapi tetap saja kehadirannya benar-benar membuatku tidak nyaman. Semua mahasiswa mulai meninggalkan aula dan menuju GOR, termasuk aku, Ria, dan Gina. Lagi-lagi saat sampai GOR, suasana GOR sudah sangat penuh dengan sesak. Di satu sisi aku mendengar sorak bahagia dari mahasiswa yang mendapatkan kelompok yang sama dengan kawannya, tapi di sisi lain ada mahasiswa yang bersedih karena harus terpisah dengan kawannya. Dengan perasaan harap-harap cemas aku mulai mencari namaku pada setiap kelompok. Begitu sulitnya mencari nama dalam papan pengumuman yang dikelilingi oleh ratusan mahasiswa. Setelah aku mencari dengan penuh perjuangan, akhirnya aku menemukan namaku terpampang dengan jelas pada sebuah kertas. Tapi tunggu, aku begitu shock saat melihat di bawah namaku tertulis satu nama, RIA HERIAWAN. Rasanya bagai disambar petir di siang bolong melihat nama dia terpampang dalam satu kelompok denganku. Ini bukan sesuatu yang baik, apalagi hubunganku dengannya tidaklah sebaik dengan kawan-kawan yang lain. Aku tidak tahu entah bagaimana jadinya saat di posko nanti. Pada kelompokku hanya aku dan Ria saja yang berasal dari Fakultas Ekonomi, hingga mau tidak mau kami harus bekerja sama dengannya. Membayangkan akan bekerja sama dengannya membuat dadaku kembali merasakan sakit yang sama dengan dua tahun lalu. Semua berawal dari kelompok yang sama, bekerja sama, dan akhirnya luka yang kudapatkan. Bukan hanya aku saja yang mendapatkan luka itu, tapi kedua orang tuaku juga. Dengan langkah gontai aku pergi menuju ke tempat pembekalan perdaerah KKN. Banyak hal yang aku pikirkan mengenai tempat KKN nanti, bukan mengenai kondisinya, tapi mengenai Ria. Aku masih belum bisa menerima dia sekelompok denganku, bekerja sama denganku. "Di… Diona," terdengar suara Ria memanggilku. "Ya, Ri."  "Kamu satu kelompok dengankukan? Nanti rencana kerja per-fakultasnya biar aku yang buat ya?" "Terserah." Aku tidak ingin membantahnya, bukan aku tidak mampu tapi karena memang tidak ingin. Aku tidak ingin membuat luka di hatiku semakin membesar dan menganga. Ku hanya ingin menjaga hatiku agar tidak terluka lagi dan tidak ingin membenci dia. Aku kembali melangkahkan kakiku dengan Ria disampingku. Dia terus saja berbicara hal-hal yang tidak penting yang tidak ingin aku dengarkan. Tapi tidak ada sedikit pun kata 'maaf' dari dia.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Om Tampan Mencari Cinta

read
399.8K
bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
110.7K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

Romantic Ghost

read
162.2K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Si dingin suamiku

read
489.9K
bc

Pengganti

read
301.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook