bc

Dear Amierra #Amir-1

book_age12+
3.7K
FOLLOW
43.2K
READ
fated
arranged marriage
badgirl
police
warrior
drama
sweet
asexual
like
intro-logo
Blurb

Apa yang akan kamu lakukan saat tiba-tiba Ayah dan Bundamu menikahkan kamu dengan seorang pria yang usianya terpaut 10 tahun denganmu? Dan pria itu dulunya adalah guru mengajimu di pesantren yang di kelola Ayah.

~ Amierra Zara Rahaja

Dia gadis yang pernah aku ajari mengaji saat aku masih menjadi seorang santri di sebuah Pesantren. Dan sekarang aku harus menikahinya karena amanat dari Kakek.

~ Djavier Ahmad Baldhawi

chap-preview
Free preview
Episode 1
  Di salah satu kampus di Ibu Kota, seorang gadis cantik yang memiliki paras khas warga Indonesia. Wajahnya tirus dengan mata yang sedikit belo, hidungnya begitu mancung dan begitu ramping. Bibirnya yang berwarna merah pucat begitu mungil tetapi sedikit berisi di bagian bawahnya, rambut panjang indahnya yang berwarna gelap tampak melambai-lambai di udara karena terpaan angin. Gadis itu memiliki tubuh ramping dan proporsional karena dia terlihat merawat tubuhnya sendiri, dia juga memiliki kulit kuning langsat khas wanita Indonesia. Sebuah earphone berwarna putih menempel di kedua telinganya. Ia terlihat fokus membaca sebuah novel cinta genggamannya. "Amiera!" Teriakan itu membuatnya menoleh ke arah kanannya dimana seorang gadis yang terlihat memakai pakaian casual dengan sepatu kets adidas berwarna putih corak hitam berdiri dengan berkacak pinggang. "Apa sih Mil?" Gadis yang di panggil Amierra itu bertanya dengan nada datar seraya melepaskan earphone di kedua telinganya. "Loe nanya apa? Gue sejak tadi teriak-teriakan udah kayak tarzawati dan loe baru bilang apa!" pekik gadis itu dengan kesal dan sewot membuat Amierra memutar bola matanya. "Heh, Milow kalau loe perlu gue kenapa gak nyamperin aja. Kenapa malah teriak-teriak kayak tarzan? Loe pikir nih kampus hutan? Kebiasaan malu-maluin loe!" ucap gadis yang di panggil Amiera itu seraya menutup bukunya. "Kebiasaan juga telinga loe di cocokin mulu." gerutu Mila yang masih terlihat kesal. "Berhenti menggerutu, ayo sekarang kita balik," ajak Amiera. "Jadi ke mall?" "Mau ngapain sih Mil?" "Ayolah, ada diskonan tas hari ini. Gue lagi nguber tas Channel terbaru Mir," rengeknya. "Ah elah, loe kan kemarin udah beli tas." "Ya mau lagi, ayolah Amiera sayang temenin gue," rajuknya menampilkan wajah puppy eyes nya. "Mil, kali ini gak bisa. Nyokap gue minta gue pulang cepat." "Tumben," "Meneketehe. Udah ah yo balik, loe mau bareng gue?" "Pake taxi?"     "Bukan, pake andong! Pake nanya lagi, gue kan selalu pake taxi." "Nggak ah, males harus muter ke rumah loe dulu. Mending gue telpon abang Grab langganan gue yang tampan bingits itu.” Amierra memutar bola matanya jengah mendengar ucapan lebay sahabatnya itu. "Terserah, udah ah gue duluan. Bye." "Bye." Ia berjalan meninggalkan Milla sendirian di sana. Amierra Zara Rahaja adalah seorang gadis cantik yang ceria, cerewet dan begitu ceplas ceplos. Dia terbilang gadis yang aktif dan riang, tetapi sayangnnya dia sedikit tertutup pada orang-orang karena dia tidak begitu menyukai berteman dengan banyak orang. Dia hanya butuh satu orang sahabat yang bisa memahami dia dan bisa dia percaya, seperti Kamila sahabat satu-satunya. Amie atau Mirra nama panggilannya, di keluarganya hampir semuanya memanggil dia dengan nama Amie. Tetapi di kampus hampir semua orang memanggilnya dengan nama Mierra. Hanya satu orang yang memanggilnya Rha. Dia adalah kekasihnya yang saat ini hilang tanpa kabarnya.    "Assalamu'alaikum, Amie pulang!" teriakannya seperti biasa. "Amie sayang kemarilah dulu." Panggilan sang Bunda membuat ia berjalan menuju ruang keluarga. Amierra adalah putri pertama dari dua bersaudara keluarga H. Soleh Rahaja dan Ibu Hj. Isna Rahaja. Amierra memiliki seorang adik laki-laki bernama Muhammad Amran Pramudya Rahaja yang saat ini duduk di kelas  SMA. Ayah Amierra adalah seorang pemimpin salah satu pesantren yang dulu di kelola Kakek Amierra di daerah Tasikmalaya.    Amie sampai di ruang keluarga dan terlihat kedua orangtuanya sedang kedatangan tamu. Ia berjalan mendekati mereka dan mencium tangan mereka semua kecuali satu orang pria yang duduk tenang di sudut sofa. Amiera sempat mengernyitkan dahinya saat melihat sosok pria yang ia kenali, bahkan terang-terangan ia meneliti seluruh wajah pria itu. "Pak Djavier?" Pria yang di panggil Djavier itu hanya tersenyum manis dan mengucapkan salam pada Amierra. "Apa kabar Amiera?" "Baik," jawab Amiera dengan kebingungannya. “Bapak kenapa ada di sini?” "Duduklah Amie, tidak baik berbicara dengan tamu sambil berdiri," ucap sang Ayah membuat Amierra akhirnya duduk di dekat Bunda. "Ada apa ini, Bun?" bisik Amiera tetapi Bunda hanya tersenyum manis. Amierra menatap tamu di depannya itu, satu orang pria paruh baya dengan kumis hitamnya tetapi tidak sebaplang pak Raden di film si Unyil. Lalu seorang wanita paruh baya yang memakai jilbab berwarna hijau army. Badannya terlihat berisi dan wajahnya sedikit judes karena tidak menampilkan senyumannya. Mereka pasti orangtuanya pak Djavier karena begitu mirip. pikir Amierra. Lalu satu lagi ada seorang Kakek yang memakai sorban putih, seperti pak Kiyai di pesantren. Kakek itu memakai kacamata dan memiliki janggut panjang berwarna putih. Apa ini ada acara pengajian mendadak? Pikirnya. "Karena Amie sudah ada, kita bisa membicarakannya sekarang," ucap sang Ayah semakin membuat Amiera kebingungan. "Amie sayang, nak Djavier dan keluarganya datang untuk melamar kamu." Deg Seketika mata Amierra membelalak lebar. Apa saat ini telinganya sedang gangguan? Atau dia butuh aqua untuk memfokuskan pikirannya. Tetapi rasanya tidak salah karena mereka semua saling tersenyum merekah. Semalam dia mimpi apa? Kenapa jadi seperti ini. Sumpah demi p****t katel yang hitam, ini mimpi kan? Pasti mimpi. Pikir Amiera. Ia terus mengerjapkan matanya berkali-kali dan berharap saat ini ia berada di dalam kamar tepat di bawah selimut hangatnya. "Amie," "Ayah, i-ini?" ucapnya gelagapan. Aku dan pak Djavier? Astaga demi kepala botaknya pak RT, ini pasti salah paham. Pikir Amierra berkali-kali menatap Ayahnya dan Djavier secara bergantian. "Ayah, tapi Amie masih kuliah dan usia Amie juga masih 21thn," ucapnya. Tunggu,,,, Kalau aku 21thn, berarti berapa dengan pak Djavier? Amiera melirik ke arah Djavier yang terlihat tenang di tempat duduknya. 'Astaga udah bangkotan juga. Kenapa dia mau nikah sama aku? Apa dia seorang p*****l?' "Nak Amie, sebenarnya ini keinginan Kakek,” ucap Kakek yang sejak tadi diam. Kini tatapan Amierra mengarah ke arah Kakek itu dengan kernyitan di dahinya. Kakek itu tampak menampilkan senyumannya sebelum kembali membuka suara. “Dulu saya dan mendiang Kakek kamu itu bersahabat dan kami sepakat untuk menjodohkan anak kami. Tetapi karena anak kami sama-sama seorang Pria, kami mengurungkan niat untuk menjadi besan. Tetapi saat terakhir saya bertemu dengan Kakekmu sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit. Dia meminta saya untuk menjodohkan cucu pertama kami, karena kebetulan Kakek memiliki cucu pertama seorang pria yakni Djavier dan cucu pertama mendiang Kakekmu adalah kamu, Amierra.” Penjelasan itu membuat Amierra semakin membelalak lebar, kepalanya mendadak pening mendengar semua penjelasan itu. kenapa harus ada acara perjodohan? “Dulu usiamu masih 15 tahun, dan kami tidak bisa menikahkan kamu. Apalagi Djavier sedang sibuk dengan pekerjaannya. Jadi menurut kami, sekaranglah waktu yang tepat untuk menikahkan kalian.” Kakek itu menghela nafasnya setelah berbicara panjang lebar. Amierra masih menampilkan wajah melongonya dan menatap semua orang yang ada di sekitarnya dengan tatapan bingung dan kaget.  "Tapi kenapa aku?" ucap Amiera masih tak paham. "Karena tidak mungkin kami menjodohkan Djavier dengan Salma sepupu kamu yang masih SMP," jelas Bunda. "Tapi kan-" "Sebaiknya kalian mengobrol saja dulu untuk perkenalan awal. Biar kami tinggal dulu,” ucap Ayah Amiera. “Lah?” “Betul kata Ayahmu, ayo kita tunggu di luar saja,” ucap Papa Djavier. Semuanya berlalu pergi meninggal Amiera dan Djavier berdua. “Ini kok pada pergi?” tanya Amierra dengan kebingungannya. Amierra menatap garang ke arah Djavier yang masih terdiam seakan sibuk dengan dunianya sendiri. Amierra mendengus kesal, ada apa dengan hari ini. Pulang kuliah tau-tau mau di kawinin. Di kira kambing apa, main kawinin saja. Kambing juga milih jodohnya sendiri nggak di jodohkan sama yang punya, pikir Amierra. Djavier terlihat masih diam membisu belum mampu membuka suaranya. “Assalamu’alaikum Paman,” celetuk Amierra membuat Djavier mengernyitkan dahinya dan kali ini dia menatap ke arah Amierra dengan mata abunya yang begitu indah dan tajam penuh intimidasi. “Ke-kenapa menatapku seperti itu?” tanya Amierra mendadak salting dan langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Tatapan Djavier membuatnya terintimidasi. “Wa’alaikumsalam. Tetapi saya Djavier bukan Paman kamu.” “Saya tau, tetapi usia kita terpaut sangat jauh sekali. Jadi wajar saja aku memanggilmu Paman, atau mau aku panggil Papa atau Opa?” celetuk Amierra. “Kamu lucu sekali, Amierra,” ucapnya tersenyum masam. “Haha siapa yang ngelucu,” cibirnya menggerutu kesal. Amierra kali ini meneliti pakaian yang di kenakan Djavier dengan kernyitannya. Bagaimana bisa kedua orangtuanya menjodohkannya dengan pria model begini. Pakaiannya juga terlihat sangat formal, dan aduh dia itu mau ke pengajian apa mau lamaran sih kok pake koko. “Ada apa?” Djavier menunduk menatap dirinya sendiri karena tatapan Amierra yang aneh. “Tidak, sudahlah sekarang kita bahas masalah pernikahan ini,” ucapnya seraya mengibaskan rambut panjangnya. “ Aku tidak mau menikah denganmu, Paman.” “Tetapi saya sudah menerima perjodohan ini.” “What? Kenapa?” “Karena amanat dari Kakek saya. Jadi mau tidak mau saya akan tetap menikahimu.” “Paman bukan p*****l kan yang menikahi gadis belia sepertiku?” ucapan Amierra membuat Djavier tidak mampu menahan senyuman gelinya. Ia menahan tawanya karena merasa lucu dengan ucapan Amierra. “A-apa yang salah, kenapa tersenyum begitu?” “Tidak apa-apa, ucapanmu itu lebih pantas di ucapkan oleh adik sepupumu yang masih SMP.” Ucapan Djavier membuat Amierra mencibir kesal penuh emosi. ‘Oh ayolah Paman yang baik, jangan bermimpi di siang bolong yang terang benderang. Astaga bagaimana kalau semua teman-temanku tau aku akan menikah dengan pria tua seperti dia. Ya Tuhan,,’ gumam Amierra mengusap wajahnya gusar dan sedikit menggaruk kepalanya. “Ada apa dengan kepalamu? Apa gatal karena ada kutu?” ucapan Djavier membuat Amierra melotot sempurna. “Bunda, gak mau di kawinin sama om om nyebelin!” rengeknya membuat Djavier terkekeh. “Saya hanya bercanda Amierra, kamu terlalu di masukkan ke dalam hati.” “Belum pernah di timpuk sama gelas yah?” “Sudah pernah, rasanya sakit jadi jangan melakukannya lagi,” senyum Djavier membuat Amierra mencibir kesal. “Pokoknya aku tidak menerima perjodohan ini!” Amierra melipat kedua tangannya di depan d**a. “Ya terserah, lagian lamaran saya sudah di terima orangtuamu,” ucapnya dengan santai seraya meneguk minumannya. ‘Ya Tuhan, kenapa paman ini sangat menyebalkan. Aku gak mau,, huaaaaaa.’ ‘Oke Paman yang menyebalkan, kita lihat apa kamu akan kuat bersamaku.’ Amierra menatap sengit ke arah Djavier yang tampak tenang di tempat duduknya dengan meneguk minumannya tanpa terpengaruh oleh tatapan Amierra. “Pokoknya Amierra gak mau nikah, titik!” tolak Amierra masih bersikeras, ia duduk dengan bersidekap di kursi meja makan. “Terima saja Kak, lagian bang Djavier baik. Dia kan guru ngaji kita dulu,” ucap Amran. “Diam kamu, Amran!” desis Amierra dan kembali menampilkan wajah memelas pada kedua orangtuanya. “Ayah, Bunda.....” “Tidak Amierra, kalian akan tetap menikah bulan depan setelah nak Djavier menyelesaikan beberapa syarat dan ketentuannya. Lagian Ayah merasa yakin pada Djavier. Dia pria yang tepat untukmu, Ayah yakin dia juga dapat membimbingmu menjadi lebih baik.” “Ayah pikir sekarang aku tidak baik?” rajuk Amierra. “Bukan tidak Sayang, tetapi belum. Lihatlah penampilan kamu sekarang,” ucap sang Bunda menatap putri kesayangannya. “Apa yang salah sama penampilan Amierra? Toh Amie gak pakai pakaian terbuka.” ucapnya dengan santai. “Sempurnakan pakaianmu sayang. Tutupi auratmu bukan hanya di tubuh saja tetapi kepala juga seperti firman Allah Swt, Hai anak adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Mudah-mudahan mereka selalu ingat. QS. Al-A’raaf ; 26.” “Pahami itu Sayang,” tambah sang Ayah mulai mengeluarkan petuahnya. “Tapi apa hubungannya dengan aku yang harus menikah dengan Paman itu.” “Karena Ayah merasa tidak mampu membuatmu berubah. Kamu butuh pemimpin dan pembimbing seperti dia.” “Ayah, stock pria di dunia ini bukan hanya dia. Apa stock pria muda dan tampan sudah habis di dunia ini sampai Ayah harus menikahkan aku dengan Paman Paman itu!” ucapnya sedikit kesal. “Tetapi sayangnya yang di pilih Kakek dan kami adalah nak Djavier.” Amierra menghela nafasnya panjang. “Kalian terus saja memutar pembicaraan yang ujung-ujungnya tetap memaksaku menikahi Paman tua itu!” gerutu Amierra membuat Ayah dan Bundanya terkekeh. “Sudahlah sekarang kita makan dulu. Berhenti berdebat, tidak baik saat makan masih berdebat,” ucap pak Sholeh dan Amierrapun menurutinya. Amierra tengah berdiri di balkon kamarnya, ia menatap nanar foto pria di dalam handphonenya. Pria tampan yang mampu menjerat hatinya saat mereka pertama kali masuk kuliah. Dia adalah My Ozan. Atau Fauzan Adipta, pria yang pernah di pacarinya dua tahun lalu. Mereka sempat dekat beberapa bulan perkuliahan berlangsung. Mekera kenal saat Masa Orientasi Siswa di kampus, Fauzan adalah Kakak tingkatnya. Setelah pendekatan, akhirnya Fauzan menyatakan perasaannya pada Amierra dan mereka jadian. Amierra begitu bahagia saat itu karena Fauzan begitu romantis dan sangat perhatian. Tetapi tentunya orangtua Amierra tidak tau karena sang Ayah begitu keras mendidik Amierra. Sampai pacaranpun di larangnya. Setelah lulus, Fauzan yang saat itu mengambil jurusan Kedokteran melanjutkan kuliah Spesialisnya ke Amerika Serikat. Dan sejak saat itu juga Amierra kehilangan kabarnya. Dia tidak pernah mengabari Amierra sedikitpun. Padahal ini sudah  dua tahun berlalu, dan Amierra sudah hampir tingkat akhir kuliahnya. Tetapi hanya satu kalimat yang masih Amierra ingat sebelum Fauzan pergi. Aku akan datang ke rumahmu dan melamarmu setelah aku berhasil menjadi seorang Dokter spesialis. Dan tidak di pungkiri, hingga saat ini ia masih menunggunya walau tanpa kabar apapun. Amierra menghela nafasnya, dan mengirimkan pesan ke email Fauzan. Sudah puluhan email yang di kirim Amierra tetapi tidak ada jawaban satupun dari Fauzan. My Ozan, Ayah menjodohkanku dengan seorang pria. Usianya 10 tahun di atasku, aku tidak mau dengannya. Cepatlah datang dan lamar aku ke Ayah, supaya perjodohan ini batal. Amierra menyimpan handphonenya kembali dan menatap nyalang ke depan.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TERSESAT RINDU

read
333.2K
bc

Broken

read
6.3K
bc

T E A R S

read
312.6K
bc

Switch Love

read
112.4K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Unpredictable Marriage

read
280.5K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook