bc

My Hot Daddy (Bahasa Indonesia)

book_age18+
13.7K
FOLLOW
133.0K
READ
dark
age gap
arrogant
CEO
boss
stepfather
drama
tragedy
twisted
sweet
like
intro-logo
Blurb

Warning 21+

Sejak Kecil Nara dibesarkan oleh nenek dan kakeknya. Ketika Nara tumbuh dewasa, sang nenek memberi tahu bahwa Ayahnya adalah seorang gay. Ketika sang kakek dan nenek meninggal, mau tidak mau nara tinggal bersama Saka, Ayah yang jarang sekali ia temui.

Hari-hari bahagia Nara berubah menjadi mimpi buruk, Saka seakan monster baginya

chap-preview
Free preview
Bab 1
Rianti mengetuk pintu rumah  berkali-kali, tetapi, sayangnya pria itu tidak kunjung membukakan pintu. Wanita paruh baya itu menunggu di teras dengan sabar, duduk di kursi. Baru beberapa detik dia duduk, dia mendengar suara tangisan bayi dari dalam rumah, dan juga pecahan kaca. Rianti berdiri, lalu mengetuk pintu dengan keras sambil memanggil Saka. “Saka!”panggil Rianti. Kemudian dia memegang handle pintu, terbuka, ternyata tidak dikunci. Wanita itu segera masuk, tidak lupa menutup pintu kembali. Dia mencari sumber suara tangisan bayi, suara berasal dari kamar. “Saka!” Pria yang tengah membelakangi pintu sambil berusaha menenangkan sang anak menoleh ke belakang. Saka tengah menggendong bayi mungil dan memegang dot s**u, seperti berusaha membuat bayi itu mau minum. Rianti membatu di tempat, tas di pegangannya terjatuh ke lantai.”Saka? Anak siapa itu?” Saka menelan ludahnya, sementara bayi itu tetap saja menangis. Insting seorang Ibu pun menggerakkan hati Rianti untuk menghampiri Saka, lalu mengambil bayi itu dan menenangkannya. Beberapa menit kemudian bayi itu terddiam setelah Rianti mengusap minyak telon ke perutnya. “Perutnya kembung, kamu kasih s**u terus tetapi nggak berusaha bikin ddia sendawa,”kata Rianti membaringkan sang bayi pelan-pelan. “Iya, Bu, Saka nggak tahu cara ngurus bayi. Biasanya Abi yang ngurus semuanya,”ucap Saka tanpa sadar. Rianti melayangkan tatapan tajam pada Saka, instingnya selama ini benar, tetapi, kecurigaannya pada Saka belum bisa dia buktikan.”Ayo kita bicara di luar kamar!” Saka mengangguk lemah, dia sudah ketahuan, sebaiknya jujur saja. Dia mengikuti Rianti ke ruang tengah, agar pembicaraan mereka tidak mengganggu tidur sang bayi. “Siapa anak itu, Saka?”tanya Rianti setelah mereka duduk. “Anakku, Bu.” “Kamu menikah diam-diam? Sama siapa?”tanya Rianti emosi.”Kamu hamili anak orang? Mengapa nggak bilang aja sama Ibu, Ibu nggak larang, Saka! Kalau begini kan kasihan sama anak kamu!” “Bu, tenang dulu...” Saka menggaruk kepalanya, bingung harus memulai dari mana.”Saka nggak hamilin anak orang, Bu, juga nggak menikah dengan siapa pun. Tetapi, kami mengadopsi anak.” Mata Rianti melotot.”Adopsi? Heh, kamu masih umur berapa, Saka? Dua puluh dua. Kerja aja belum ada enam bulan, kok sudah mau adopsi anak, kamu tahu nggak kalau biaya urus anak itu mahal. Kalau memang kamu mau punya anak, ya nikah aja sekalian, bikin sendiri!”marah Rianti. “Iya, Bu,tetapi...kami udah kepengen punya anak, Bu,”kata Saka dengan terbata-bata. “Kami? Siapa? Pacar kamu?”tanya Rianti, tetap dengan nada bicara yang tinggi. “Iya, Bu.” “Bawa pacar kamu ke hadapan Ibu, besok Ibu suruh Bapak datang ke sini untuk lamar pacar kamu itu. Ibu nggak suka kehidupan kamu yang begini, ya, Saka. Kamu udah bikin Ibu kecewa. Pantes aja kamu kalau disuruh pulang selalu nolak!” Rianti melipat kedua tangannya di d**a, wajahnya kesal setengah mati, hampir rasanya menampar Saka. Tetapi, itu dia tahan, takut anaknya sakit hati. “Nggak, Bu, kami nggak bisa menikah.” Wajah Raka memucat. “Loh mengapa? Jangan-jangan kamu pacari istri orang?”tebak Rianti dengan hati yang tidak karuan. “Bukan, Bu, Abi bukan milik siapa-siapa.” Saka tertunduk sedih. “Abi itu pacarmu? Kok kayak nama laki-laki?” “Memang laki-laki, Bu!” “Apa?” Rianti mematung di tempat berusaha mencerna apa yang dikatakan Saka barusan. “Saka berlutut di depan Rianti, menatap wanita itu dengan penuh rasa bersalah. Sebenarnya dia tidak ingin menceritakan apa yang sudah terjadi, tetapi, dia tidak punya jalan lain. Kehidupannya benar-benar berantakan sekarang, hanya orangtuanya yang bisa menolong.”Bu, maafin Saka, Bu. Saka benar-benar nggak bisa hindari ini, Bu.” “Kamu?” Mata Rianti merah.”Kamu...?” Dia tidak sanggup melanjutkan ucapannya karena terlalu buruk untuk dijadikan sebuah kenyataan. “Pacar Saka memang laki-laki, Bu, kita pacaran sesama jenis,”jelas Saka diiringi isakan tangisannya. Tangan Rianti langsung terangkat dan menampar pipi Saka dengan cepat. “Maafin Saka, Bu! Maafin Saka!” Air mata Rianti jatuh, hatinya terasa sakit, remuk, nyawanya seakan akan dicabut detik ini juga. Saka, anak kebanggaannya sudah memilih jalan yang salah, bahkan rasanya kesalahan ini tidak bisa dia terima. Saka menangis memeluk Rianti yang tengah membatu sambil berurai air mata. Berkali-kali terdengar kata maaf dari mulut Saka, tetapi, sekali pun Rianti tidak menjawabnya. Setelah satu jam berlalu, Rianti menarik napas, mulai lelah karena menangis.”Ibu kecewa sama kamu, Saka, sangat kecewa. Bapak kamu juga kalau dengar...mungkin bakalan menghajar kamu habis-habisan. Kami menyekolahkan kamu sampai sarjana, di kota, diberi rumah dan fasilitas lainnya. Kamu nggak kekurangan sesuatu apa pun, kamu anak yang beruntung, tetapi, apa balasan kamu sekarang. Begini?”kata Rianti dengan suara bergetar. “Maaf, Bu.” “Kamu masih baru kerja, gaji kamu masih UMR, sudah mengurusi anak, kamu pikir itu cukup? Pikiran kamu pendek sekali, Saka. Ibu sangat kecewa!” Rianti kembali terisak. “Maaf, Bu, tetapi...Saka sudah telanjur sayang sama Nara, Bu.” “Darimana anak itu?”tanya Rianti dengan nada judes. “Kami adopsi dari panti asuhan, Bu. Katanya juga baru dua hari ddia ditemukan di dekat tempat sampah,”jelas Saka sampai Rianti memegangi kepalanya yang mulai cenat-cenut. Dia dan Abi sudah begitu jatuh cinta, ingin hidup bersama selamanya,dan juga memiliki keluarga. Oleh karena itu, mereka mengadopsi anak. “Hari ini kamu nggak kerja?”tanya Rianti. Saka menggeleng.”Abi sakit, jadi, Saka cuti untuk ngurusin Nara, Bu. Kasihan, biasanya Abi yang urus.” Rianti menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak habis pikri dengan keputusan yang ddiambil Saka. Entah mengapa, tiba-tba saja dia menjadi jijik pada anaknya sendiri, usai mendengar penjelasan Saka.”Jadi, kamu cuti hanya karena ini?” “Tetapi, Nara tanggung jawab kami, kan, Bu?” Rianti tertawa sinis.”Tahu juga kalian atas tanggung jawab. Tetapi, nggak pernah kalian pikirkan tanggung jawab pada Tuhan. Terus ke mana si Abi itu? Sakit apa?” “Katanya...HIV AIDS, Bu. Tetapi, belum pasti, Bu, masih menunggu hasil pemeriksaan lanjutan.” Jawaban Saka bagaikan petir di siang bolong.”Astaga, Saka!!”pekik Rianti.”Dosa apa Ibu, Saka, mengapa kamu seperti ini. Kamu tahu kan sakit apa itu...kalau pasangan kamu kena, gimana dengan kamu dan anak itu. Kalian sudah keterlaluan, berbuat dosa dan membuat orang lain justru menanggung akibatnya!!” “Bu....” Saka menggenggam tangan Ibunya dengan erat. “Kita pergi ke rumah sakit sekarang!”terdiak Rianti.”Kamu harus cek semuanya, termasuk Nara. Jika ada gejala, Ibu mau kamu berobat, jangan sampai Nara tertular!” Wanita paruh baya itu menggeram, habis sudah kesabarannya menghadapi Saka. “Iya, Bu.” Saka menurut saja, tidak ada jalan lain. Rianti menydiapkan Nara,bayi lucu dan menggemaskan itu. Mereka segera ke rumah sakit untuk mengecek kondisi kesehatan keduanya. Setelah ini, Rianti akan membawa Nara pergi dari Saka, kasihan bayi itu. Saat menunggu giliran, Saka terlihat cemas sambil bolak-balik mengecek ponselnya. Wajahnya terlihat kusut dan cemas, seakan-akan ingin pergi sekarang juga. Dia harus menemui Abi, kondisinya kritis, harus segera diobati, tetapi, harus melunasi sejumlah pembayaran di muka. Pelan-pelan Saka mendekati sang Ibu yang menggendong Nara.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Soulmate Sweet Duda (18+)

read
1.0M
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

Yes Daddy?

read
798.0K
bc

Papah Mertua

read
530.1K
bc

Turun Ranjang

read
578.8K
bc

SEXY LITTLE SISTER (Bahasa Indonesia)

read
307.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook