bc

Naked

book_age0+
4.3K
FOLLOW
35.9K
READ
second chance
manipulative
sensitive
powerful
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Adult Romance

Warning! Akan banyak adegan dewasa di naskah ini... ??

Bagi Rebbeca Larina, cinta tak lagi indah seperti cerita yang dia tulis di w*****d lalu menjadi novel. Dia kehilangan kemampuan memberikan nyawa pada setiap naskah, bersamaan dengan hilangnya kepercayaan pada cinta. Sampai akhirnya dia bertemu dengan Jevin Adhitama-si artis yang pernah dia jadikan visualisasi.

Jevin berhasil mengembalikan keahliannya memberi nyawa pada tulisan, bahkan menghidupkan lagi hati yang mati.

Tapi...

Ada rahasia besar tentang Rebbeca. Hal yang membuat hubungan keduanya menjadi sulit.

-Flara-

chap-preview
Free preview
Prolog
Tak perlu mengumumkan kepergianmu. Sebab, kehadiranmu pun tak pernah kuinginkan. Pergilah, dan jangan kembali. Selamat membaca Siapkan hati dan mental! Warning! Cerita ini akan banyak adegan dewasa, dan berpotensi membuat kalian baper berkepanjangan... :)                 Rebbeca memperhatikan layar laptopnya lamat-lamat, kata tamat sudah membayang untuk diketik. Seulas senyum getir muncul di wajah cantiknya, ia tidak percaya akhirnya kisah ini selesai. Sebuah kisah tentang dirinya dan pria itu—Jevin Adhitama.             Teruntuk kamu, pria di seberang pantai sana. Waktu yang kita jalani sangat indah menjadi kenangan. Semua yang terjadi sungguh luar biasa. Tapi kita tinggal di tepian pantai yang berlawanan. Kamu tidak bisa meninggalkan duniamu dan aku tidak bisa meninggalkan... mereka. Jangan marah, karena aku menuangkan setiap asa di sini. Biarkan saja mereka menjadi saksi kisah kita—dua orang yang bertemu pada waktu yang salah.             Tamat.             Buliran hangat jatuh membasahi pipi Rebbeca.             Semua sudah selesai, kisahmu dengannya sudah selesai, Beca. Rebbeca memejamkan mata, seulas kenangan menyelusup masuk tanpa izin. ****             Jevin mengangkat badan Rebbeca tanpa izin dan berjalan menuju ranjang. Ia pun tidak melarang. Biarkan saja ini terjadi untuk terakhir kalinya, biarkan ini jadi salam perpisahan yang manis sekaligus menyakitkan. Pria itu menurunkannya perlahan ke ranjang, seolah dirinya benda rapuh, lalu merangkak ke atas badannya. Badan Jevin menggoda untuk ia sentuh. Padat. Hangat. Rebbeca tidak pernah menyangka pria ini akan sangat dia butuhkan, seperti jangkar menahan sebuah kapal. Membuat dia bertahan sampai rasanya menyiksa.             Jevin menghabiskan beberapa menit untuk melepaskan semua pakaian Rebbeca, menciumi setiap lekuk badan Rebbeca, terus-menerus seolah sedang merekam untuk dia putar ulang nanti. Setelah itu Jevin melepaskan jins dan kaus, pemandangan indah badan Jevin tidak lagi sama—Rebbeca tidak bisa b*******h, ia justru ingin menangis, meraung. Jevin bergerak cepat memakai kondom dan mendesak memasuki badan Rebbeca. Gerakan yang lambat, menyulut gairah yang biasa ada di antara mereka. Rebbeca gemetar, dan bulu-bulu halusnya berdiri tanpa diminta. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain membiarkan kuku-kukunya menancap pada otot-otot lengan Jevin atau mencengkram rambut Jevin dengan putus asa, sementara pria itu terus bergerak, memasuki badannya lagi dan lagi.             Sampai akhirnya Jevin menciumnya lembut ketika pelepasan menghampiri.             Salam perpisahan telah usai.             Mereka berbaring setelahnya. Jevin memeluknya erat dari belakang, tanpa kata yang mengiringi. Hanya ruang gelap, cahaya kota menggantikan lampu kamar. Sebutir air mata Rebbeca menetes, Jevin mengusapnya dengan lembut. Gerakan itu membuat Rebbeca melepaskan isakan yang ia tahan sejak tadi.             Ini sunggu tidak adil! Jerit Rebbeca.             "Ini nggak harus berakhir," ujar Jevin dengan lembut.             "Nggak seharusnya seperti ini."             Jevin menarik bahu Rebbeca pelan hingga ia terbaring terlentang, menghadap pria itu. "Apa semua ini sungguh nggak ada artinya untukmu?"             "Dari awal semua ini nggak punya arti. Semua ini hanya sementara. Kita berdua tahu itu dari awal. Kenapa kamu sekarang berusaha keras mengartikan sesuatu yang nggak mungkin terjadi?"             "Bagiku ini memiliki arti."             "Memang kita punya pilihan?"             "Bagaimana kalau ternyata kita punya pilihan? Bagaiman kalau sebenarnya ada jalan untuk kita bersama?"             "Aku nggak menemukan jalan itu." Kali ini, air mata Rebbeca mengalir sangat deras. Hening. Seolah memepertegas kenyataan tidak ada hal yang tersisa untuk mereka perjuangkan bersama. "Aku nggak punya pilihan, Jev. Dari awal aku sadar ke mana ini akan berujung. Aku akan pulang. Dan sebesar apa pun aku ingin menetap di sisimu, aku harus pulang. Jadi berhentilah memaksakan keadaan, semua ini terlalu jauh, terlalu berat untuk kita pikul. Selamanya, kita akan tinggal di tepian pantai yang berbeda."             Mereka sudah mengatakn semua yang harus dikatakan. Rebbeca tidak memberikan sedikit pun celah bagi Jevin untuk membalas atau berargumen, ia memaksa Jevin menerima keputusannya. Tapi saat Jevin meninggalkan ranjang, memakai jins dan kausnya, lalu meninggalkan apartemen. Hati Rebbeca hancur berkeping-keping. Mereka selesai. Tamat. Tidak ada yang tersisa.             Rebbeca menarik selimut, meringkuk memeluk guling, mencium aroma badan Jevin yang tertinggal, dan tenggelam dalam kenangan bersama pria itu.             Kenangan salah, tapi membekas. ****             "Mama! Mama!" Teriakan dan derap kencang yang terdengar menyudahi lamunan Rebbeca, dengan tergesa-gesa ia mengirim email pada editornya di Jakarta lalu masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan wajahnya. "Mama!" suara itu semakin jelas.             Rebbeca menghirup oksigen banyak-banyak, dan mengembuskannya perlahan. Kemudian pintu kamar mandi terbuka sangat lebar, seorang gadis kecil berumur lima tahun berdiri di sana, memakai dress warna pelangi dan tiara kecil di puncak kepala.             "Hai, princess-nya Mama! Ready?"             "Ready!"             Tangan mungil terulur, dan Rebbeca menyambutnya cepat. Dalam hitungan detik keduanya telah berlari menyusuri lorong, tangga, sampai akhirnya tiba di area kolam renang dan taman. Si gadis kecil berlari menghampiri sepasang anak cowok kembar berumur 10 tahun, ketiganya melambai semangat meminta Rebbeca bergabung.             Ini rumahnya. Dia sudah pulang. Seharusnya ia bahagia, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Rebbeca berjuang keras melawan gelombang kesedihan yang bergelung semakin kencang di dalam sana.             Dia merasakan ada yang merengkuh bahunya, aroma parfume Versace Eros menyeruak, beriringan dengan pertanyaan mematikan.             "Kamu nggak akan menyesal? Yakin?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

OLIVIA

read
29.2K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.0K
bc

I Love You Dad

read
282.4K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook