bc

ARTEFACK

book_age18+
529
FOLLOW
2.6K
READ
revenge
family
time-travel
age gap
fated
bxg
royal
small town
magical world
coming of age
like
intro-logo
Blurb

Kedua orang tua Dalilah bercerai, dia dan adik-adiknya harus ikut mama mereka pindah ke Purbalingga. Saat itu hati Dalilah sedang patah-patahnya, cintanya baru saja di tolak oleh sahabatnya sejak kecil, Hiro. Dalilah harus meninggalkan sahabat-sahabatnya di Jakarta. Dia selalu mengingat pesan papanya Kalau gak ada kakak, siapa yang jaga mama dan adik-adik. Benci sekali dia harus mengemban pesan itu.

Di Purbalingga Dalilah tinggal di rumah Bude Sri, kakak tertua mamanya yang meninggal beberapa bulan lalu. Almarhumah mewariskan rumah tua yang angker beserta pabrik rambut palsu yang hampir bangkrut.

Kejadian-kejadian aneh dialami di rumah itu, mulai dari lemari yang membukadan menutup sendiri, bunga tulip yang tergelatak setiap hari di tempat tidurnya dan suara langkah kaki yang mengikuti Dalilah. Dalilah frustasi dan takut dengan kejadian itu tapi juga tidak mau menambahkan beban mamanya yang pusing karena pabrik. Dalilah akhirnya menemukan cincin dan sepucuk surat. Cincin dan surat itu mempertemukannya dengan Bandawa.

Laki laki yang hidup sejak zaman majapahit untuk membalaskan dendam keluarganya dan meluruskan sejarah. Hidup Dalilah tidak lagi sederhana.Dalilah dan Bandawa tidak tahu bahwa dahulu kala, pertemuan mereka sudah diramalkan. Ketika seekor harimau jantan mencium rusa betina.

chap-preview
Free preview
PINDAHAN
Mari menikmati betapa indahnya Jakarta, keramaiannya kemacetannya bahkan banjir yang melanda jika hujan tiada henti. Dalilah mencoba menikamati udara Jakarta walaupun yang dihirupnya folusi udara , tapi gak apa-apa  karena lusa dia akan meninggalkan kota dimana dia dan adik adiknya dibesarkan. Dalilah berjanji akan bertemu dengan papanya jam 5 sore, dia sudah ada di Jco donut sejak pukul 4.45 dan sekarang sudah pukul 5.30 papanya belum juga datang. Salah satu pemicu kedua orang tuanya bercerai adalah papa yang selalu telat dan lupa janjinya. "Hey Kak" Dia mencium pipi Dalilah Dalilah menunjuk bon dari beli latte dan 2 donat yang sudah habis, karena menunggunya. Sang papa tersenyum "Iya nanti papa transfer sekalian" dia mengambil tempat duduk berhadapan dengan putri tertuanya. Andreas sosok ayah yang menyayangi anak-anaknya, dia mendukung apapun yang dilakukan anak-anaknya dan sebisa mungkin ada pada saat momen-momen penting keluarganya tapi dia bukanlah ayah yang sempurna seperti ayah lainnya didunia ini tidak ada yang sempurna. "Kenapa mesti dijual sih pa rumah kita ? Biar aja mama sendiri pindah ketempat Bude !" Dalilah tidak mau meninggalkan Jakarta, dia bukan tipe anak yang menyukai kesunyian, dari kecil dia sudah hidup di tengah kota bising nan sibuk ini, dan dia terbiasa. Semua temannya ada disani, kalau Dalilah menangis dia tinggal telpon dan mereka semua akan berkumpul di Starbucks untuk mendengar ceritanya. Kenyataan akan membawanya jauh dari mereka semua. "Kalau seperti itu, siapa yang jaga mama ? Kalo kalian disini, kalian sama siapa ? Bik iyem? Bik iyem udah pamit dari 1 minggu yang lalu, mungkin dia sudah di Surabaya sekarang ! " Rumah pembantunya aja di kota. Sedangkan Dalilah akan pindah ke Purbalingga dibawah gunung Slamet. Kalau mengingat tempat itu Dalilah ingin sekali menangis. Dalilah menggegam tangan papanya sekali lagi "please..., papa boleh nikah lagi sama siapa aja yang jauh lebih cantik dari mama tapi tolong..., please... jangan ke Irak" "Kak kita sudah bicarakan ini ribuan kali, sama kamu sama Luna dan Layla. Papa harus pergi kak, sebelum kalian lahir papa sudah bersumpah disini" dia menunjuk jantungnya "Kalau panggilan itu memanggil papa, papa harus pergi" Andreas mengelus pipi berbintik khas, hanya milik Dalilah seorang "Kalau kalian mau menunggu papa, papa akan sangat senang. Tapi kamu tahu mama gak bisa lagi sependapat dengan idialisme papa" Dia menghela nafas sangat sedih menerima kenyataan harus berpisah dengan sang istri dan anak-anak tercinta. Di menahan raut wajahnya agar tidak terlihat ragu dihadapan anak-anaknya. Dia meraih gelas kopi milik Dalilah dan meneguknya. "Papa kan gak minum kopi" Dalilah tahu papanya terguncang karena itu dia meminum kopi minuman paling haram buatnya. Mereka semua sedih akan cobaan ini. Keluarga yang damai sejahtera selama 20 tahun tiba-tiba hancur dengan satu panggilan telpon. Panggilan telpon yang membuat Lina menyerah, mendorong Andreas malam itu, berteriak "AKU GAK SANGGUP...GAK !!! AKU GAK SANGGUP" membisukan anak-anak dan suaminya. Andreas juga terguncang, dia tidak pernah mau pergi kemanapun kalaupun boleh dia ingin berhenti saja, tapi karena sebuah sumpah dan baktinya pada tanah air dia harus pergi. Dalilah tahu papanyapun tidak punya pilihan. Dalilah beralih ke sopa tempat papanya duduk dan memeluknya "Papa harus balik ya.., janji sama aku" Andreas mencium kening Dalila "Papa janji kita akan selalu sama-sama" Andreas melepaskan rangkulan Dalilah dari tubuhnya "Untuk sekarang kamu harus ikut mama, kamu harus jaga mama dan adik-adik" Dalilah terisak "Papa nyebelin, aku bakal kangen pa.." Besok Andreas akan bertolak ke tempat yang bahkan tidak diketahuinya, dia sudah mengemas barangnya. Dia sudah menyerahkan seluruh property dan hartanya pada Lina mantan istrinya demi kebaikan anak-anaknya. Dia hanya harus membawa dirinya dan sebuah tas selempang. Sebelum bertemu dengan Dalilah, Andreas sudah pergi ke tempat les dua anaknya Layla dan Luna. Si kembar yang selalu bergelantungan di lengan kanan dan kirinya menjadi berbel untuk latihannya setiap pagi. Luna dan Layla lebih parah dari Dalilah, mereka sampai nangis teriak-teriak mengejar Andreas. Dia tidak mau mengucapkan selamat tinggal pada Lina. Biarlah surat cerai mereka yang mewakili Andreas. Keesokan harinya, rumah terasa sedingin es, suasana remang karena mendung di pagi-pagi buta di tambah gerimis yang tidak kunjung berhenti dari semalam. Lina masih sibuk mengepak semua barang yang bisa di bawa, kecuali furniture-furniture yang akan di jualnya. Lina memutuskan untuk mengendarai mobil sendiri. Rendra dan Mira adik-adik Andreas, bibir mereka sampai doer meminta mantan kakak iparnya untuk tetap tinggal disana tapi Lina bersikeras untuk pindah. Lina nggak mau kenangan bersama Andreas membuatnya ciut, dia berpikir harus bangkit, dia harus melakukan sesuatu untuk ketiga putrinya. Tapi gak disini di tempat dimana selalu ada Adreas. Dalilah duduk menatap mamanya dengan wajah beku, dia menonton mamanya yang bersusah payah memasukkan segala sesutunya dalam sebuah box. "Kamu sudah pamit sama Hiro ?" Tanya Lina tanpa melihat Dalilah "Belum, aku belum bilang bakal pindah sama dia" Lina menegakan badan melihat anaknya dengan marah, dia mengangkat tangannya ke pinggang "Telpon sekarang !"  Hiro adalah teman Dalilah dari kecil, mereka seperti anak kembar yang tidak terpisahkan bahkan Lina menganggap Hiro adalah anaknya juga, dia terlalu sering dititipkan kedua orang tuanya dirumah mereka. Cuman masalahnya hubungan Dalilah dan Hiro sudah tidak sedekat itu, sejak Dalilah menghancurkan segalanya. Dalilah menggeleng, dia sengaja gak memberi tahu Hiro karena sebenarnya niatnya memang untuk menghilang dari hadapan Hiro "Aku sudah kabari Amber dan Caca kok ma, Hiro pasti tahu dari mereka" Mamanya menghela nafas "Gak, Hiro pasti kesini kalau tahu kita akan pergi" dia menyangkal pemikiran Dalilah "Mama cuma butuh Hiro supaya bisa dibantuin packing kan ?" Lina mengerling dari balik telpon genggamnya "Hey sayang..." Sapanya pada anak angkatnya Hiro. Membuat Dalilah membuang muka karena jijik. Dia gak mau mendengar percakapan mamanya dengan Hiro, dia memutuskan mengemas barang-barangnya juga. Luna dan Layla masih larut dalam ratapannya. Mereka kesana kemari membawa foto Andreas, sekarangpun mereka sedang menggunakan kaos Andreas. Dalilah tidak mengerti lagi dengan keluarga ini. Dalilah membuka kamar si kembar, kamar mereka masih rapi "CAME ON !!" teriaknya "5 jam lagi kita bakal jalan dan kalian belum packing ?" Dalilah mengangkat pinggangnya persis seperti yang dilakukan Lina "Gua mau nyetir,  jadi gua gak mau bantuin kalian packing !" Dalilah menekan setiap kalimatnya. Queen banget sih dua alien ini, mereka galau aja kompak. Ingin sekali Dalilah kembali ke masa-masa dua alien ini belum terlahir didunia, dia tidak akan merengek minta adik karena kesepian. Andaikan adik kembarku tidak pernah terlahir Tuhan..., itu saja suara yang bisa didengar Dalila dalam otaknya. Peluh di kening sudah berderai-derai turun kewajah. Dalilah sukses merampungkan semua barangnya dalam 4 jam. Dia meninggalkan semua dus-dus itu dan beranjak ke kemar mandi. Bersiap berangkat. Di luar masih gerimis, geremispun mengiringi mereka meninggalkan ibu kota tercinta ini. Satu hal ! kalau alien kembar itu belum selesai mengapack semua barang-barangnya, Dalilah gak akan sudi membantu mereka karena dirinya sudah bersih, rapi dan siap berangkat. Setelah mandi Dalilah melihat kamar adiknya untuk memastikan mereka sudah berkemas tapi dia justru melihat Hiro sendirian mengepak barang alien kembar "Mana duo alien ?"  Hiro tahu julukan alien sering diberikan Dalilah pada dua adiknya. Rasanya masih awkward setelah kejadian deramatis di antara mereka berdua. Hiro pun kelihatan sama salah tingkahnya dengan Dalilah. "Mereka gua suruh mandi" Dalilah tersenyum sinis "Sang malaikat yang tidak tergantikan" Kata Dalilah sewot membikin Hiro terusik. "Kenapa lo gak bilang ?" tanyanya marah, dia berhenti mengepack barang.  "Karena gua gak mau loe tahu" jawab Dalilah dingin, dia melipat tangannya di perut. Kakinya bergerak-gerak dilantai tanpa aturan, menghindari tatapan Hiro adalah cara terbaik menyetabilkan emosinya saat ini "Karena gua pikir hubungan kita sampai disitu aja, lo gak perlu tahu hal-hal tentang gua lagi" "Tega lo ya !" Hiro tersenyum sinis, dia terududuk di atas sebuah kardus besar bekas tv 31 incs "Gua juga gak tahu kalau semua ini karena percerain orang tua loe" Dalilah mulai muak dengan percakapan-percakapan seperti ini dengna Hiro, Hiro gak akan mau kalah dia akan terus memojokkan Dalilah sampai tersudut sampai Dalilahlah yang minta maaf, Dalilah menatap wajah Hiro "Terus sekarang apa lagi, lo juga udah tahu kan ? Terus gimana lagi, loe nyalahin gua juga karena percerain orang tua gua ?" Hiro terdiam dia mengerling beku pada Dalilah, mereka sama-sama terdiam untuk berapa saat. Sebelum Dalilah beranjak keluar dari kamar Luna dan Layla, Hiro menarik tangan Dalilah. Mereka sama-sama duduk di kardus tv 31 incs "I know I mess up" kata Dalilah akhirnya membuka suara tentang masalah mereka. "We are mess this up !" Hiro juga tidak ingin bertengkar lama-lama dengan Dalilah "Gua gak mau hubungan kita rusak. Gua gak mau kehilangan kalian keluarga kedua gua" Dia merangkul Dalilah dengan satu tangannya. Dalilah memeluknya erat. Sudah 10 tahun mereka sama-sama semenjak Hiro jadi tetangga mereka, Hiro yang selalu jagain Dalilah sampai hari dimana Dalilah begitu bodoh menghancurkan segalanya. Dalilah mengatakan kalau dia mencintai Hiro, Hiro kaget dan panik dia memarahi Dalilah, dia bilang kalo Dalilah mungkin saja telah menghancurkan hubungan di antara mereka. Gak beberapa lama setelah Dalilah mengakui perasaannya Hiro punya cewek. Melupakan segala kejadian itu, Dalilah bakal merindukan sosok Hiro yang hanya ada di Jakarta. "Gua bakal rindu loe" "Gua janji kalau liburan bakal kesana"  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Romantic Ghost

read
162.2K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

Time Travel Wedding

read
5.2K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.8K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
2.9K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook