bc

Can You Love Me?

book_age18+
9
FOLLOW
1K
READ
billionaire
fated
arrogant
goodgirl
dare to love and hate
drama
bxg
city
first love
passionate
like
intro-logo
Blurb

Setahun sejak pertemuan di kota Paris, akhirnya secara tidak sengaja Alisha bertemu kembali dengan pria yang telah menyelamatkannya, sekaligus telah mencuri hatinya.

Tapi kenapa tatapan pria itu kini berbeda?. Tampak seperti ada kemarahan besar yang dipendamnya.

"Apa yang sebenarnya telah terjadi padamu selama setahun ini?." tanya Alisha dalam hatinya.

chap-preview
Free preview
1. Stranger
"Di antara miliaran manusia, pasti Tuhan memiliki alasan mengapa kau dan aku dipertemukan." – Perahu Kertas =========== - - Satu Tahun yang lalu - - Paris, merupakan kotanya para pecinta, ya selain dikenal dengan "kota mode" tentu saja. Paris memang terkenal dengan sebutan kota paling romantis se-dunia. Banyak orang yang berharap bisa menginjakkan kakinya di kota nan indah ini. Menikmati pemandangan indah akan kota yang memiliki ikon yang paling terkenal yaitu Menara Eiffel atau La Tour Eiffel.  Tak ingin menyia-nyiakan kesempatannya selagi berada dikota Paris ini. Terlihat seorang gadis mungil berkaca mata kebesaran sedang sibuk mengabadikan setiap yang tampak oleh matanya. Baginya ini adalah kesempatan yang langka, bahkan saking asyiknya dengan dunianya, tanpa disadarinya teman temannya sudah pergi meninggalkannya. "Aisha cepatlah kemari, nanti kamu ketinggalan rombongan." teriak seorang pria bertubuh besar yang merupakan ketua rombongannya memanggil gadis berkacamata itu. "Iya pak." gadis itu langsung memasukkan kembali kamera kesayangannya kedalam tasnya. Setelahnya dengan cepat gadis mungil bernama lengkap Alisha Son itu berlari mengejar ketinggalannya dan segera bergabung dengan rombongannya. "Maaf pak Andrew." ucapnya menundukkan kepalanya meminta maaf. "Tidak apa-apa." ucap pak Andrew. Ini adalah perjalanan pertama kalinya bagi Aisha ke negeri Eropa. Ia dan beberapa mahasiswa dari kampusnya ikut acara field trip ke Eropa selama seminggu. Hari ini hari kedua mereka berada di kota paris. Sebentar lagi perjalanan mereka akan dilanjutkan ke negara eropa bagian lainnya. Perjalanan ini sangat menyenangkan bagi Alisha, akhirnya ia bisa berkeliling eropa dengan sahabat dan juga kekasihnya Jason yang seminggu lalu mereka baru jadian. Tadi kekasihnya itu tidak menemaninya karena tiba-tiba ia merasa tidak enak badan dan memutuskan kembali ke bis. Sedangkan sahabatnya Sunny juga kembali ke bis lebih awal karena merasa lelah dan ingin beristirahat terlebih dahulu. Kini bis yang mereka tumpangi menuju ke stasiun, dan selanjutnya perjalanan akan dilanjutkan dengan menggunakan kereta api. Alisha, Sunny dan juga Jason memasukkan barang bawaan mereka kedalam kereta. Rupanya tempat duduk Alisha dan Sunny tidak satu gerbong, namun untungnya Jason masih berada digerbong yang sama dengan Alisha walaupun tempat duduknya agak sedikit berjauhan. "Perhatian semuanya, kalau kalian ingin pergi ke toilet silahkan, atau ada yang mau membeli sesuatu di sekitar stasiun ini juga tidak apa apa. Kereta kita akan berangkat sekitar 30 menit lagi." ujar David, pemandu wisata rombongan mereka. "Al, aku mau keluar sebentar." ucap Jason datang menghampiri Alisha. "Apa mau aku temani?." tawar Alisha yang khawatir akan kondisi kekasihnya itu.  "Tidak, tidak. Kamu disini saja Al, aku hanya mau pergi ke toilet." tolak Jason yang kemudian mengatakan alasan kepergiannya. "Baiklah." senyum Alisha malu malu. Setelah dua puluh menit menit berlalu, Jason belum juga kembali kedalam kereta. Karena khawatir kekasihnya itu ketinggalan kereta, Alisha bergegas keluar untuk mencari kekasihnya. Saat dirinya hampir sampai didekat pintu toilet stasiun tersebut. Tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan dua orang yang entah kenapa suaranya terdengar tidak asing ditelinganya. "Sebenarnya kamu benaran sayang sama Alisha gak sih?." tanya gadis muda yang berada didepan Jason. "Ya gak lah sayangku. Malahan aku jijik banget sama dia. Tidak ada yang menarik darinya, wajahnya jelek, cupu, membosankan, plus kutu buku pula. Kalau bukan karena taruhan waktu itu sama anak-anak, tidak bakalan aku mau jadian sama dia. Aku cuma sayang sama kamu kok Sunny." Jason merayu gadis muda bernama Sunny yang ternyata adalah sahabatnya Alisha. "Ah kamu bisa saja. Baguslah kalau begitu. Sebenarnya aku juga tidak suka temanan sama dia. Tapi dia juga berguna sih. Kalau bukan karena dia yang membiayai perjalanan ini, aku tidak bisa ikut dan tidak bakalan bisa berduaan kayak begini sama kamu sayang." Sunny kemudian memeluk dan mencium bibir Jason. "Baby, ayo kita kembali takutnya nanti Alisha malah curiga lagi." ajak Jason. Setelahnya mereka berdua pun bergegas meninggalkan tempat itu dan berpura-pura seakan akan tidak terjadi apa-apa. Mereka tidak menyadari akan kehadiran Alisha yang masih diam membisu ditempatnya. Ia bersembunyi dibalik tembok dekat toilet itu dan tak mampu untuk menggerakkan kakinya. Mendengar pembicaraan itu membuat hati Alisha remuk seketika, air matanya terus mengalir dipipi putihnya. Ia benar-benar telah dikhianati oleh kekasih sekaligus juga sahabatnya. Selama ini Alisha menganggap keduanya tulus menyukainya, bahkan Sunny sudah dianggap seperti saudara sendiri. Benar yang dikatakan Sunny tadi, Alisha yang membujuk papanya untuk membayar semua biaya perjalanannya. Alisha merasa kasihan dengan sahabatnya itu, apalagi papanya Sunny baru saja dipecat dari pekerjaannya. Belum ingin melihat wajah keduanya, Alisha pun langsung menuju toilet untuk mengeluarkan tangisnya. Setidaknya disana untuk sementara waktu ia bisa menghapus lukanya. Setelah selesai menangis sepuasnya, dan membersihkan wajahnya kembali, Alisha pun berjalan menuju kereta mereka. Untuk sementara ia akan berpura-pura tidak mengetahui pengkhianatan yang dilakukan sahabat dan juga kekasihnya.  Saat Alisha sampai, ia melihat kereta yang seharusnya ia naiki sudah tidak ada lagi. Alisha mencoba berfikir positif mungkin ia salah, ia pun berjalan kearah peron yang lainnya, namun keretanya terlihat berbeda dengan yang dinaikinya tadi. Alisha memutar otaknya, dan ia harus bertanya pada petugas mengenai keretanya tadi. Ternyata benar yang difikirkannya, sekitar lima menit yang lalu kereta yang seharusnya ditumpanginya sudah berangkat. Barang-barangnya semuanya ada di dalam kereta, dan lebih sial lagi itu kereta yang terakhir yang menuju tujuannya. Menurut informasi, keberangkatan kereta selanjutnya ditunda karena diramalkan akan ada badai salju nanti malam.  Hanya menangis yang bisa dilakukan Alisha saat ini, ia menyesali keputusannya ikut dalam acara ini. Hari ini merupakan hari terburuk dalam hidupnya dan ia tidak kenal dengan siapapun ditempat asing ini. Pasrah dan berdoa hanya bisa dilakukannya, berharap semoga pertolongan akan segera menghampirinya. **** "Iya pa, sekitar seminggu lagi aku pulang kok, urusanku hampir kelar. Papa  dan yang lain mau oleh-oleh apa?." tanya pria muda berkemeja merah yang baru saja keluar dari toko perhiasan. Tak lama setelah selesai menelpon keluarganya dan berjalan kembali menuju motornya yang terparkir didepan toko tersebut. Tanpa sengaja pria itu melihat seorang gadis muda yang sepertinya sedang diikuti oleh segerombolan preman. "Ah, waktunya berolahraga." ucapnya bersemangat. Sementara itu ditempat yang sama, Alisha merasa ada yang orang yang mengikutinya sejak tadi. Ia pun kian mempercepat langkahnya takut hal buruk menimpanya. Namun langkah kaki para pria itu lebih cepat darinya, bahkan mereka sekarang telah mengepung Alisha. "Hey manis, kenapa buru buru?. Mau kemana malam-malam begini, ayo ikut kami saja yuk." ujar pria bertubuh gemuk yang lengannya penuh tatto. "Aku mohon biarkan aku pergi." pinta Alisha memohon. Namun bukannya merasa kasihan dengan permintaan itu, para preman berjumlah lima orang itu malah tertawa. Pria gemuk tadi memerintahkan salah satu temannya untuk mendekati Alisha. Mereka ingin membawanya ke pinggir gang yang sempit dan juga sepi.  "Lepaskan." teriak Alisha mencoba melepaskan dirinya. "Tidak sayang, sebelum kita bersenang senang." ucap pria kurus yang menarik tangan Alisha. "HEY BODOH, LEPASKAN GADIS ITU." teriak seorang pemuda dari ujung gang. "Ah sial, ganggu saja. Mau jadi pahlawan rupanya." ucap pria bertubuh gemuk yang kelihatannya adalah pimpinan para preman itu. Keempat preman mulai mendatangi pemuda tersebut, sedangkan yang satunya masih memegangi tangan Alisha. Perkelahian pun tak dapat dihindari, namun pemuda itu ternyata cukup hebat dalam ilmu bela diri. Sehingga tak butuh waktu lama baginya membuat keempat para preman itu kini terkapar. Melihat teman-temannya sudah babak belur, pria bertubuh kurus tadi terlihat gentar. Ia was was saat pemuda itu mulai berjalan mendekatinya. Akhirnya preman itu pun menghempaskan tubuh Alisha, dan segera kabur menyelamatkan dirinya. "Hey, kau tidak apa-apa?." ucap pemuda tersebut sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Alisha berdiri. "Aku tidak apa-apa." jawab Alisha terbata-bata yang bergetar seluruh tubuhnya. Melihat gadis muda yang ditolongnya masih takut dengan kejadian barusan menimpanya. Dengan segera pemuda itu memeluk gadis itu. "Tenang saja, kau aman bersamaku." lirihnya mencoba menenangkan. Setelah keadaannya sudah mulai tenang, barulah pemuda itu berbicara dengan gadis yang ditolongnya itu, "Ngomong-ngomong kenapa kamu bisa ada tempat seperti ini?." tanyanya penasaran. "Aku ketinggalan rombonganku, dan barang-barangku semuanya ada didalam kereta." cerita gadis itu. 'Tidak apa-apa. Aku akan membantumu." senyum pemuda itu. Setelah itu mereka pun segera meninggalkan lorong gelap itu dan akan kembali ketempat pemuda tadi memarkirkan motornya. Mereka harus bergegas sebelum badai salju menerjang seperti yang diberitakan tadi. Ditengah gelap dan dinginnya malam kota Paris yang saat itu sedang memasuki musim salju. Sepasang anak muda itu berjalan melewati gang-gang sempit menuju tempat pemuda itu memarkirkan motornya didepan toko perhiasan tadi. Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam-an, motor pemuda tersebut tiba-tiba mati mendadak ditengah jalan. "Ah sial, kenapa lagi ini?." umpat pemuda tersebut. "Ada apa?." tanya Alisha itu. "Sepertinya motorku mogok, mesinnya mungkin bermasalah karena cuaca dingin saat ini. Tapi kamu jangan khawatir, aku akan mencoba meminta pertolongan." ucap pemuda tersebut sambil mencari sesuatu dikantong celananya. "Astaga." ucap pria itu lagi. "Ada apa lagi?." tanya Alisha lagi, kali ini sepertinya ada yang tidak beres. "Handphoneku. Sepertinya terjatuh saat aku berkelahi dengan para preman tadi." jawabnya. "Aduh bagaimana ini?." khawatir Alisha. "Hey, kamu tenang dulu, aku akan mencoba mencari bantuan disekitar sini. Kamu tunggu disini dulu ya." pinta pemuda itu, kemudian berlalu menuju jalan utama untuk mencari pertolongan, siapa tahu ada kendaraan yang lewat malam malam begini. Alisha masih menunggu kedatangan pemuda tersebut disamping motornya. Sepertinya malam akan semakin dingin, menurut berita yang sempat didengar Alisha tadi siang, akan ada badai salju menerjang. Mereka berdua harus segera pergi dari tempat ini sebelum mati kedinginan. Tak butuh waktu lama pemuda tadi kembali menghampiri Alisha yang telah menunggu kedatangannya sejak tadi. "Sepertinya benar malam ini akan ada badai dan kendaraan tak ada satu pun yang lewat. Kurasa kita harus mencari penginapan, mau tidak mau. Besok baru kita lanjutkan perjalanan kita. Tadi diperjalanan aku sempat melihat sepertinya ada penginapan disekitar sana." ucap pria itu panjang lebar sambil menunjuk arah jalan yang sebelumnya mereka lewati.  Setelah berfikir sejenak kemudian Alisha menganggukkan kepalanya dan setuju. Benar yang dikatakannya mereka tidak punya pilihan lain selain mencari penginapan, baru besoknya mereka bisa melanjutkan perjalanannya. Selama berjalan menuju penginapan, mereka berdua hanya diam membisu hingga akhirnya pemuda itu bersuara, "maaf." ucapnya pelan. Mendengar ucapan itu Alisha menatap pemuda itu dengan heran. "Kenapa kau harus minta maaf, justru aku sangat berterima kasih, karena kamu telah menyelamatkanku." balas Alisha sambil tersenyum menampilkan lesung pipinya. "Syukurlah kalau begitu." senyum pemuda itu lega. "Oh ya kita belum sempat berkenalan, kenalkan namaku..." belum selesai Alisha memperkenalkan dirinya tiba-tiba pemuda itu memotong pembicaraannya. "Sssttt..." potong pemuda itu. Melihat raut wajah Alisha yang tampak bingung, pemuda itu melanjutkan perkataannya, "Biar lebih menyenangkan, bagimana kalau kita pakai nama samaran saja?." senyum pria itu antusias. "Maksudku begini, anggap saja ini adalah takdir dua orang asing yang bertemu dan berpetualang di tempat asing. Kalau seandainya takdir mempertemukan kita lagi, barulah kita saling memperkenalkan nama asli kita, bagimana?. It's just for fun. Tapi kalau kamu masih ragu, ya tidak apa-apa. Tapi trust me, i'm a good guy, aku tidak bermaksud apa-apa kok, benaran." pemuda itu mengangkat tangannya dan membuat pose janji. Alisha hampir tidak percaya dengan ucapan pemuda didepannya ini. Pola fikirnya ternyata aneh juga. Tapi jujur Alisha memang merasa tidak takut sedikit pun dengan pemuda dihadapannya ini.  "Baiklah aku setuju." Alisha akhirnya mengiyakan permintaan pemuda itu. "Cool, baiklah kita mulai. Hai nona kenalkan namaku Chris, lengkapnya Chris Evans." ucapnya sambil mengulurkan tangannya dengan gayanya yang sok keren. Mendengar itu Alisha hampir saja tertawa, bisa bisanya ia mengaku sebagai Chris Evans, aktor terkenal asal Amerika yang berperan sebagai kapten America. "Sekarang giliran nona?." ucapnya menantikan jawaban Alisha. "Namaku." ucap Alisha agak ragu ragu. "Iya siapa nona?." tanya pemuda itu penasaran. "Namaku Selena." jawab Alisha pelan. "Apa nona?. Aku tidak dengar, ayolah jangan malu, pokoknya selama kita disini kita menjadi pribadi yang lain, be confident." kini pemuda itu mencoba meyakinkan Alisha. "Namaku Selena Gomez, salam kenal Chris Evans." Alisha menerima uluran tangan pemuda itu sambil tersenyum. "Nah begitu dong. Ayo kita segera pergi nona Gomez, sebelum kita mati membeku disini." ajaknya. Setelah obrolan singkat mengenai perkenalannya, mereka berdua kembali berjalan menuju tempat penginapan yang sudah tampak didepan mata. Keduanya kini melangkah dengan penuh semangat dan senyuman. Pertemuan yang tidak disengaja ini mungkin akan membawa kisah yang tak akan pernah terlupakan oleh keduanya. Bahkan akan selalu diingat sampai kapanpun.  **** Cuaca cerah tampak menghiasi kota Paris pagi hari ini, walaupun jalanan masih dipenuhi dengan salju yang turun tadi malam. Hari sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi, tampak dua orang anak muda yang tidak lain adalah Alisha dan pemuda yang mengenalkan dirinya sebagai Chris sedang mengobrol sambil menikmati sarapannya. "Jadi nona Selena, bagaimana ceritanya kamu sampai disini?." tanya pemuda itu penasaran. "Sebenarnya, kampusku mengadakan acara trip ke Eropa, dan Paris adalah salah satu kota yang kami kunjungi. Perjalanan selanjutnya adalah ke negara Swiss." jawab Alisha. "Terus kenapa sampai ketinggalan kereta?." tanyanya lagi. "Kenapa sampai ketinggalan kereta, itu karena..." Alisha tampak agak ragu untuk bercerita masalah pribadinya. "Hey, it's okay. Kamu bisa cerita apa pun padaku. Rahasiamu aman, remember we still stranger right? we stil don't know each other." ucap pemuda itu meyakinkan Alisha. "Sebenarnya aku ketinggalan kereta, karena aku menangis di toilet. Ternyata pacarku selingkuh dengan sahabatku." Alisha akhirnya menceritakan kejadiannya. "Wow, it's crazy. Kalau aku ketemu dengan pria itu bakalan aku tonjok tuh wajahnya." ujarnya bersemangat. "Janganlah, aku sudah memaafkan mereka. Mungkin aku yang bodoh, jadi gampang dibohongi oleh mereka." senyum Alisha. "Ini nih yang bikin kamu gampang di bohongi, jangan terlalu baik jadi orang. Kamu harus membalas mereka. Begini saja, kebetulan tujuan aku juga sama. Kita berangkatnya bareng, nanti aku menyewa mobil. Begitu kita ketemu sama pria b******k itu, aku akan bantu kamu membalasnya. Bagaimana?." ucap pria muda itu tersenyum seperti memikirkan sesuatu untuk membalas perlakuan kekasih dari gadis yang ada didepannya. "Tapi kan." Alisha hendak membantahnya. "Eits..., tidak ada tapi-tapian. Aku tidak terima penolakkan." kini pria itu tampak memaksa. "Ehm, baiklah. Tapi ngomong-ngomong, kamu sendiri ada keperluan apa disini, apa kau tinggal di kota ini?." tanya Alisha penasaran. "Oh itu..." sedikit ada jeda diucapannya, kemudian pria itu tersenyum sambil melanjutkan perkataannya. "Sebenarnya aku sedang pergi berlibur dan kebetulan pacarku ada acara pertunjukan di beberapa negara eropa. Aku ingin memberinya kejutan dan berniat ingin melamarnya." ucapnya sambil mengeluarkan sebuah kotak cincin berwarna biru dan memperlihatkan isi didalamnya. "Indah sekali." Alisha tersenyum, dan dalam hatinya pun berkata, "gadis itu sangat beruntung." "Tunggu sebentar, maaf sebelumnya bisakah aku meminta bantuanmu. Kamu tahu aku sangat gugup dan aku takut pacarku akan menolak lamaranku." "Jadi maukah kamu berpura-pura jadi pacarku, pleaseee..." mohon pria itu sambil pout-kan bibirnya seakan akan seperti anak kecil yang meminta dibelikan sesuatu pada orangtuanya. "Astaga apa ini, kenapa hatiku berdebar sangat kencang?, kenapa aku jadi malu seperti ini saat pemuda ini menatapku?. Alisha kendalikan dirimu, kamu baru saja mengenalnya." Alisha mencoba tidak menunjukkan kegugupannya. Setelah menenangkan perasaannya sejenak, Alisha akhirnya mengangguk pelan dan berkata, "Baiklah aku akan menjadi kekasihmu." yang ucapan itu disambut gembira oleh pemuda berwajah tampan itu. "Baiklah kamu duduk disini ya." ucapnya kegirangan. Dengan gagah, pemuda itu berjalan perlahan menuju kearah Alisha. Kini tatapannya berubah tidak ada lagi wajah kekanak-kanakannya. Dengan langkah pasti penuh kepercayaan diri pemuda tersebut mulai mendekati tempat duduk Alisha, keduanya saling bertatapan. Diambilnya tangan Alisha dan kemudian digenggam dengan kedua tangannya. "Dari sejak kecil, kita selalu bersama, tertawa bersama, bercanda gurau bersama, menangis bersama saat kita kehilangan orang yang kita sayang. Bahkan saat kita sekalipun." ucap pria itu tersenyum. "Kita bertengkar karena aku suka sekali menjahilimu dan kamu ingat saat aku pura-pura lupa hari ulang tahunmu, kamu marah seharian. Semua kenangan itu tersimpan sangat indah disini." tunjuknya didadanya. Sambil menarik nafasnya pelan ia melanjutnya, "Aku ingin mengukir kenangan kenangan indah lainnya bersamamu. Mulai saat ini, besok, lusa, seterusnya hingga nanti sampai jantung ini berhenti berdetak. Izinkan aku mewujudkan semua mimpi-mimpi indah itu, mimpi-mimpi yang ingin kita bangun bersama, dimana ada kamu dan aku." ucapnya lagi. Sambil mengeluarkan sebuah kotak cincin berwarna biru,"Will you marry me?." Sambil menahan tangisnya, Alisha terpana dengan ucapan pemuda itu yang terdengar begitu tulus. Walaupun ia sadar ini hanya kepura-puraan. "Iya aku mau." ucap Alisha pelan. "Benarkah." dengan spontan pemuda itu memeluk tubuh Alisha kegirangan. Keduanya larut dengan perasaannya masing-masing. Tak lama kemudian mereka melepaskan pelukan itu, ada rasa canggung antara keduanya. "Benarkah ia akan mengatakan itu nona Selena?." tanyanya penuh harap. "Tentu saja, ia akan mengatakan itu, percayalah padaku Chris." Alisha tersenyum. "Gadis itu pasti menyesal jika menolakmu." batin Alisha. "Sekali lagi terima kasih nona Selena." ucap pemuda bernama samaran Chris itu. "Ayo kita segera melanjutkan perjalanan kita, mumpung cuaca masih bagus." ajaknya. Mereka pun menyudahi sarapan pagi itu dan juga obrolannya. Mereka akan segera melanjutkan perjalanan ke tempat tujuannya yaitu negara Swiss. Akahkah kisah ini masih berlanjut, dan akankah mereka dipertemukan kembali?. Jika iya, bagaimana kisahnya? Akankah lebih indah atau justru sebaliknya. Hanya waktu-lah yang bisa menjawabnya. **** To be continue... ^^

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
93.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook