bc

Hutang dibayar Ranjang

book_age18+
2.3K
FOLLOW
30.1K
READ
contract marriage
love after marriage
goodgirl
powerful
dare to love and hate
student
gangster
queen
bxg
city
like
intro-logo
Blurb

"Menikahlah denganku," perkataan Fibra terus saja terdengar di telinga Zivanya. Andai bisa, Zivanya ingin sekali menolak apa yang Fibra syaratkan untuk membayar hutang orang tua angkat dan juga bawahannya. Tapiii, apa daya, itulah syarat yang harus dia terima demi menyelamatkan mereka. Dengan berat hati, akhirnya kata iyalah yang Zivanya ambil.

Bisakah pernikahan Zivanya si ketua pencopet dan perampok bahagia bersama Fibra si pengusaha kaya raya?

chap-preview
Free preview
SATU
Seorang wanita cantik tengah berjalan di pinggir jalan raya yang lumayan sepi karena masih pagi. Dia hendak pergi sekolah yang lumayan jauh dari rumah. Dia pun harus memutar arah dari jalan yang biasa dia lewati karena harus singgah terlebih dahulu di sekolah anak jalanan yang dia dirikan sebulan yang lalu, karena merasa prihatin dengan mereka yang tak seberuntung dirinya yang bisa sekolah. Ketika tengah berjalan santai, saking santainya tak bisa mengurangi kecepatan siput sawah, Ciiiit!!! Terdengar suara rem mobil yang hampir menabraknya, membuat dia terlonjak kaget. "Woy! Lu gila ya! Maen rem sembarangan depan Gue! Gimana kalau Gue ffffttt ..." suaranya tak terselesaikan karena ada orang yang membekap mulut dan hidungnya, menjadikan dia pingsan seketika. "Cepat bawa! Bos sudah menunggu kita di kantor!" Suara berat seorang laki-laki yang bertubuh kekar memerintahkan bawahannya supaya membawa sang wanita yang telah pingsan tersebut. Dengan cepat mereka menjalankan tugas, tanpa harus menunggu perintah yang kedua kalinya. Mereka membopong sang wanita masuk mobil dan membawanya pergi. _______________ Wanita yang pingsan tadi mengerjap-ngerjapkan mata karena merasa berada dilingkungan berbeda dari yang tadi ketika hendak berangkat sekolah. "Aduuuuh, ini dimanah!” katanya sambil memegang kepala karena pusing dan menggesekkan tangan pada mata. Tempat ini lumayan baru baginya. Apalagi suasana di ruangan ini, membuat bulu kuduk lumayan berdiri. Kanan kiri berjejer orang-orang yang berperawakan tinggi besar dan semua hampir sama, menumbuhkan rambut tidak lebih dari satu senti panjangnya. Ruangan ini pun minim penerangan sampai yang terlihat mata semua samar, begitu juga orang yang ada di sana, semua wajahnya terlihat hampir sama. "Kamu sudah bangun, Cepat duduk. Bos kami ingin bicara denganmu." Kata seorang laki-laki yang baru wanita itu temui. Dengan hati tak karuan, sang wanita pun duduk, menatap ke depan memperhatikan seorang laki-laki yang tengah duduk di kursi dengan angkuh. Menyiratkan kalau dia seorang penguasa yang sangat di takuti dan di hormati semua orang. "Namamu Zivanya?" Tanya laki-laki yang duduk menyender di depan sana dengan menatap sang wanita lembut. "Ya, Itu Namaku!" ucap Zivanya menatap laki-laki itu dengan sorot mata tak suka. Padahal dalam hati ketar ketir. Ya! Wanita yang tadi di culik adalah Zivanya si anak bandel dan jahat. Namun kejahatannya dia gunakan untuk melindungi diri dari orang-orang yang berbuat jahat pula padanya. "Apa kepanjangan namamu?" orang itu kembali bertanya. "Entah! Aku tak pernah bertanya. Tapi, nanti,” Zivanya memberhentikan omongan orang itu. “Jam berapa sekarang?" Zivanya malah balik bertanya pada orang itu dengan mata tajamnya. "Hey, jaga sikapmu! Itu adalah Bos besar kami!" ucap orang yang tadi membawa Zivanya, dengan marah. Dia tengah memperingatkan Zivanya supaya hormat pada Bosnya. "Apa, kamu!” Zivanya menunjuk laki-laki di depannya, dan menatap pada orang yang tadi menghardiknya. “Bos besar itu untuk Lu semua. Kalau bagi Gue, dia sama saja manusia yang takut akan kematian!" Zivanya bukannya takut. Dia malah berani dan acuh pada orang tersebut. Padahal badannya tiga kali lipat dari badan Zivanya. "Hey, kamu. Cepat katakan, Ini jam berapa?” Zivanya masih terus bicara pada orang yang duduk tadi. “Bukannya kamu memakai jam tangan?" Zivanya menunjuk pada pergelangan tangan laki-laki di depan sana. "06.25."Jawab laki-laki itu dan kembali diam. "APA!!!” Zivanya berteriak “Waaah, bahaya ini, mah!" Zivanya mulai panik "Hey, kamukan yang menyuruh mereka untuk menculik Gue!" Kata Zivanya lagi-lagi dengan suara lantang. tangannya terus menunjuk ke arah laki-laki yang tadi. Laki-laki itu hanya diam, tidak merespons apa yang Zivanya katakan. "Ok! Diam kamu, Gue artikan untuk membenarkan apa yang Gue coba tanyakan barusan!" Zivanya berdiri. "Karena Gue mau sekolah, dan kamu seenaknya menyuruh mereka menculik Gue, jadi, Gue minta kamu, antarkan Gue sampai sekolah, sekarang juga!" Kata Zivanya pada laki-laki di depannya. Yang dari tadi hanya diam. Hahaha. Suara tawa terdengar dari dekat sang laki-laki. Ooh, ternyata masih ada dua laki-laki yang entah sejak kapan sudah duduk di sofa empuk di samping kursi laki-laki. Ucap Zivanya dalam hati. "Hahaha. baru kali ini, Gue lihat ada yang memerintah Fibra. Sampai tunjuk-tunjuk, depan mukanya. Bwahahaha." Kata laki-laki itu disela tawanya. "Diam kalian!” Zivanya membentak keduanya. “Cepat, antarkan Gue sekarang! Kalau nyulik itu cari waktu yang baik. Pulang sekolah, ke! Jadi Gue enggak usah buru-buru pulang." Kata Zivanya lantang. Ucapan Zivanya malah menjadikan orang-orang di sana tertawa lepas. Sungguh konyol yang dia ucapkan. "DIAM!" Prang! Zivanya memukul meja kaca di depan laki-laki yang tengah duduk di sofa. Semua yang di sana kaget bukan main dengan apa yang Zivanya lakukan. "Kalau kalian masih sayang nyawa, DIAM! Dan untuk kamu,," Zivanya kembali menunjuk laki-laki di depan sana. " "CEPETAN ANTAR GUE! UDAH SIANG INI!" Zivanya beranjak pergi tanpa mempersudikan orang-orang yang terlihat sok dengan kejadian barusan. Laki-laki yang di tunjuk itu berdiri dan mengiringi Zavinya untuk pergi berangkat sekolah, tanpa berkata apa-apa. Sampai semua orang yang ada di sana melongo tidak percaya. Bos besar yang teramat dingin itu, mau melakukan apa yang di minta wanita bar-bar tersebut tanpa bicara sepatah kata pun. “Kelihatannyaaa, akan ada perubahan dalam waktu dekat ini.” Kata salah seorang temannya yang tadi menertawakan laki-laki pendiam tersebut. “Bisa jadi, mungkin itu pawang sang raja.” Jawab laki-laki yang satunya. Di tengah jalan sang laki-laki yang bernama Fibra, memberhentikan mobilnya di depan pertokoan yang berjejer menjual barang- barang kebutuhan. Malahan ada juga yang menjajakan makanan untuk sarapan. "Hey, kenapa kita berhenti! Aku harus ke____” perkataan Zivanya tidak di gubris sedikit pun. Bug! Suara pintu mobil tertutup, dan tidak lama Fibra pun sudah kembali. Tanpa banyak bicara, dia menarik tangan Zivanya yang terluka dan mengobatinya dengan obat yang baru saja dia beli. Setelah itu membalutnya dengan perban dengan hati-hati. Zivanya cukup terkejut dengan apa yang di lakukan Fibra. Namun dia tidak berani menolak karena tangannya memang mulai terasa perih. “Ganti bajumu!” Fibra memberikan tas kecil pada Zivanya. “Apa yang___” “Apa kamu mau memakai baju kotor itu ke sekolah?” Fibra menatap Zivanya sambil menunjuk baju Zivanya yang bernoda darah dari tangannya. “Ke belakang sana!” ucapnya lagi, seolah mengerti apa yang Zivanya risaukan. Dengan patuh, Zivanya pun pindah ke belakang untuk berganti baju. Zivanya heran karena baju yang dia pakai sanggatlah pas di tubuhnya. “Dasar buaya. Sekali lihat, langsung tahu bentuk tubuh Gue.” Kata Zivanya sambil menggerutu. Fibra yang mendengar apa yang di katakan Zivanya hanya tersenyum simpul. “Kalau sudah, pindah ke depan. Saya bukan sopirmu!” kata Fibra sambil hendak menjalankan mobil kembali. Mendengar itu, Zivanya buru-buru pindah ke depan. Di perjalanan tidak banyak obrolan yang mereka lakukan, hanya sesekali Fibra menanyakan arah sekolah Zivanya. “Terima kasih, sudah mengantarkan Gue. Ingatkan pada bawahanmu, kalau mau menculik gue itu lihat situasi. Bukan main angkut di waktu orang berangkat sekolah.” Ucap Zivanya sebelum pergi meninggalkan Fibra sendiri. Fibra yang mendengar itu hanya tersenyum. Tadinya dia ingin mengantarkan Zivanya sampai ke kelas dan mengatakan sebab Zivanya terlambat. Namun, semua itu dia urungkan karena dia yakin kalau Zivanya bisa mengatasinya. Dengan santai dia pun pergi dari depan gerbang sekolah. Zivanya dengan hati-hati keluar dari tembok pagar sekolah setelah melihat mobil Fibra tidak terlihat. “Dasar Bos bego! Mau saja Gue kibulin. Mana ada yang mau masuk kelas setelah kesiangan yang amat terlambat ini.” Zivanya melenggang pergi dari sana, tanpa merasa bersalah sedikit pun. Lebih baik dia kembali ke sekolah anak jalanan untuk kembali berbagi ilmu dengan mereka. Di tempat lain, Fibra menatap kepergian Zivanya dengan geleng kepala atas kelakuan cewek bar-bar tersebut. “Dasar wanita bodoh! Bukannya sekolah, malah keluyuran, dan begonya Gue, malah tertipu dengan perkataan bar-barnya itu.” Ucap Fibra sambil pergi meninggalkan Zivanya yang sudah menjauh. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
579.8K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M
bc

I Love You Dad

read
282.6K
bc

OLIVIA

read
29.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook