bc

BURUNG KECIL

book_age18+
5.6K
FOLLOW
35.4K
READ
arrogant
comedy
sweet
humorous
serious
brilliant
like
intro-logo
Blurb

WARNING!! Khusus 21+ ke atas‼️ Bijaklah dalam mencari bacaan.

Dia sangat tampan, tubuhnya kekar, banyak para wanita berharap bisa berpacaran dengannya, tapi ... siapa yang sangka dibalik kesempurnaannya itu, ada kekurangan yang tak seorangpun boleh tahu, yaitu ....

Burung kecil ... sangat ironis meski kadang bisa berubah jadi besar.

FRANS DEWANDANA, si dingin yang menawan.

VASYA ANARA, si mungil yang sukanya menggoda Frans.

chap-preview
Free preview
PART 1 *MISI MENGGODA FRANS*
Vasya, itulah namaku, aku tinggal di desa yang tempatnya agak jauh dari keramaian kota, meski begitu, aku suka tinggal di Banyuwangi ikut tante. Selain punya teman bernama Frisly, aku menyukai seseorang bernama Frans Dewandana, dia seorang pelukis terkenal, setiap karyanya dihargai sampai ratusan juta rupiah. Frans aslinya dari kota, tapi demi menghilangkan kejenuhan di hatinya, dia datang ke desa menyewa Villa milik pak Darmono. "Vasya, ayo kita pergi ke rumah Frans, kudengar tiga wanita pulang dari rumahnya dengan mata berkaca-kaca, aku heran, wanita seperti apa yang jadi idamannya?! Seluruh gadis di desa bahkan kota ditolaknya. Huft ... apa kau sudah menyerah menarik perhatiannya?" tanya Frisly yang saat ini ada di rumahku. "Aku masih lelah, Fris, kalau kau mau ke rumah Frans, pergilah, kau bisa kesana sendiri," jawabku memegangi leher karna kelelahan. Aku baru pulang dari memetik buah milik tante. "Yah ... kau tidak asik," gerutu Frisly, kesal. "Kalau tidak lelah aku pasti ke sana, Fris, persetan mau dibukain pintu atau tidak. Yang pasti, aku sudah berusaha menarik perhatiannya," jawabku menghiburnya. "Hem ... sampai kapan kau akan berada di sini?" Frisly harap-harap cemas. "Sampai aku mendapatkan cinta Frans tentunya," jawabku membuat Frisly tersenyum kecut. "Ok, baiklah. Ingat Vasya, kita bersaing secara sehat, kalau Frans menyukaimu, aku akan rela meninggalkannya, sementara kalau Frans menyukaiku, kau harus berhenti mengejar cintanya," ucap Frisly, memperingatkanku. "Tenang saja, aku Vasya Anara selalu menepati kata-katanya. Kalau Frans menyukaimu, aku tidak akan mengejarnya, tapi kalau dia menyukaiku, kau harus menjauhinya sesuai ucapanmu," Frisly tersenyum geli mendengar ucapanku. "Baiklah, aku pegang kata-katamu," ucapnya tak lama kemudian pergi meninggalkan rumahku. Saat sampai di halaman, Frisly kembali berteriak. "Aku akan pergi ke rumah Frans besok saja!! Kalau kau lelah istirahatlah, kita akan pergi ke rumahnya bersama," ucap Frisly mungkin tidak mau terlihat curang di mataku. Dia benar-benar jujur. "Baiklah, terserah kau saja," jawabku menatap kepergiannya. ******* Frans Dewandana tengah asik dengan lukisannya, dia tidak menyadari keberadaan kami berdua, halaman di samping rumahnya memang sangat sejuk, pas jika dibuat melukis karna pemandangan di sekitarnya juga bagus. Tanpa menimbulkan suara kami berdua membuka pintu pagar yang kebetulan tidak terkunci, Frisly ingin segera mendekatinya tapi aku menahannya, aku terlalu malu untuk berbicara dengan pria yang baru beberapa minggu yang lalu aku lihat secara diam-diam, bagaimanapun juga, sebenarnya tidak pantas wanita mengejar pria, tapi kalau pria itu tidak peka, wanita bisa apa?! Jalan satu-satunya mengungkapkan perasaan dalam diri kita kepadanya. "Ayo, kenapa kau menarik tanganku? Bukankah kita ingin mengungkapkan perasaan kita kepadanya?" Protes Frisly, tidak sabar. "Aku malu, Fris, ini pertama kalinya aku menyukai pria," jawabku menatap mata Frisly yang jernih. Gadis itu begitu cantik, kulitnya yang putih bersih berbeda denganku yang sawo matang. "Halaaah ... santai saja, tidak masalah wanita mengejar pria, sekarang bukan zamannya jual mahal, kalau kau malu, aku saja yang berbicara," ucap Frisly, menarik tanganku secara paksa, mau tidak mau aku ikut dengannya mendekati Frans. "Hai, apa kami mengganggumu?" tanya Frisly begitu anggun sementara aku ibarat kucing yang sembunyi dari pengawasan ular. Ya, Frans lah ular itu, dia menoleh ke arah kami berdua dan menatap kami berdua secara bergantian. "Apa yang kalian inginkan?!" tanya Frans, tajam. Dia seolah tahu bahwa kedatangan kami berdua sengaja ingin menggoda. "Eemm ... aku mencintaimu," ucap Frisly langsung pada intinya, sementara Frans menatapnya tidak suka. "Apa gadis di desa ini tidak bisa jadi contoh?! Bukankah kau tahu aku selalu menolak mereka?! Mengapa kau mengikuti jejaknya?! Apa kau ingin aku hina?!" seru Frans, meletakkan kuasnya di meja. Frisly hanya diam saja mendengarkannya. "A-aku tahu, tapi aku tidak peduli, kau bisa menghinaku kalau kau mau, yang pasti aku mencintaimu," Frisly tanpa tersinggung sedikitpun kekeh mengejar cinta Frans, diam-diam aku jadi ragu bersaing dengannya. "Menjijikkan," kecam Frans, acuh tak acuh. Frisly mundur dan menarik tanganku agar maju ke depan. "Sekarang giliranmu," bisiknya pelan. Dia menyuruhku mendekati Frans dan menyuruhku bilang padanya bahwa aku mencintainya, tapi mana bisa?! Hatiku takut duluan, aku gemetar, kaki seakan lemas tanpa tenaga, tatapan Frans seakan tembus ke dalam ulu hatiku. "Tapi--" ucapku ketakutan. "Majulah! Katanya mau bicara jujur," paksa Frisly, mau tidak mau aku menurutinya. Saat sudah dekat dengan Frans, Frisly keluar dan meninggalkanku sendirian. "Frish--" ucapku tertahan. Aku salah tingkah, entah berapa kali aku menggaruk tengkuk-ku tanpa alasan. Sementara Frans .... Dia menatapku sangat dalam, dari atas kepala sampai ke ujung kaki tak luput dari tatapannya, semua itu membuatku lemas dan ingin rasanya kabur berlari entah kemana. "A-aku men-mencin-taimu," ucapku menatap ke arah lain, tanganku bergerak tidak nyaman. "Apa?! Katakan sekali lagi?! Aku tidak dengar!" seru Frans, tidak sabar. "Aku ...." "Apa?!" ulang Frans, semakin tajam menatap mataku. "A-aku, aku men-menginginkan kau jadi guru lukisku," ucapku tanpa sengaja. Frans memicingkan matanya. "Apa aku tidak salah dengar?" ejeknya pelan. "Ti-tidak," gelisahku ketakutan. "Dengan apa kau akan membayarku?" tajam Frans, bangkit dari kursi lukisnya dan mendekat ke arahku. Tatapannya jatuh ke dadaku. "Me-m***m," dengan cepat aku menutupi dadaku dan Frans hanya diam saja mendengar kekesalanku. "Jangan besar kepala, Nona. Aku hanya bertanya dengan apa kau akan membayarku? Aku seorang pelukis terkenal, tidak mungkin tidak dibayar, bukan?" ejeknya lagi-lagi masih menatap dadaku. "Be-berapa aku harus membayarmu?" tanyaku tersipu malu. "Murah saja, sepuluh juta apa kau bisa?" jawabnya dengan senyum penuh keangkuhan. "Sepuluh juta?! Dapat uang darimana?! Ayah saja pekerja pabrik biasa, sementara tante, hanya buruh tani. Bagaimana aku bisa membayarnya sepuluh juta?! Ibu ... apa yang harus Vasya lakukan? Ingin mengejar cinta malah harus membayar. Duh ... tahu gini tidak dicintai olehnya tidak apa-apa deh," batinku kebingungan. Entah apa yang harus aku lakukan?! Menjawab salah tidak menjawab pun juga salah. "Jadi bagaimana?! Apa kau bisa?!" serunya meletakkan kedua tangannya ke belakang, dagunya mulai terangkat dan benar saja apa kata gadis desa, dia sangat susah buat diraih cintanya. "Tidak tahu," jawabku tertunduk malu. "Heh! Baiklah, kalau kau benar-benar ingin diajari melukis olehku, jadilah pelayanku, dengan begitu kau tidak perlu membayarku?!" serunya di luar dugaanku, dia tidak menghinaku, syukurlah. "Tapi ...." "Kenapa lagi?!" seru Frans, memulai lagi pekerjaannya. "Haruskah aku tinggal bersamamu?" tanyaku ragu-ragu. "Tuhan ... semoga saja tidak," batinku cemas. Tante bisa memulangkanku kalau aku tinggal bersama pria. "Tidak perlu, kau bisa datang jam sepuluh pagi dan pulang jam satu siang," jawabnya membuat hatiku lega. "Baiklah! Terima kasih!" seruku meninggalkan halaman samping rumahnya, aku berteriak senang di halaman depan pagarnya. "Yee!!" "Vasha, bagaimana?" panggil Frisly, di samping pagar yang kebetulan ada tembok. "Aku jadi muridnya," jawabku membuat Frisly heran. "Maksudmu?! Bukannya kau mengatakan perasaan cintamu kepadanya?! Bagaimana tanggapannya?! Apa aku kalah?!" cerocos Frisly ingin tahu. "Kita sama, aku tidak diterima tapi diterima jadi muridnya. Ya sudah, jalani saja," Frisly semakin tidak puas dengan jawabanku. "Oh begitu! Kalau begitu aku akan masuk dan melamar jadi buruh cuci pakaiannya saja," Frisly tidak terima dan segera menemui Frans yang ada di dalam pagar. "Yaaah ... semoga kau berhasil, kawan. Lagipula pertarungan kita belum selesai, Frans masih belum memilih diantara kita berdua, jadi ...perang tetap dilanjutkan!" batinku dengan mata berbinar bahagia. *** JUDUL : BURUNG KECIL PENULIS : Dilla 909 ********* Jangan lupa kasih jejak ya, Sayang. Klik tombol love, follow, komen dan share .... Terima kasih .... Semoga suka!! Cmiw .... TBC.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
601.5K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.4K
bc

Married By Accident

read
224.1K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.4K
bc

Dependencia

read
186.2K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.3K
bc

Hubungan Terlarang

read
500.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook