bc

The White Fox Love

book_age18+
681
FOLLOW
2.9K
READ
time-travel
arranged marriage
sadistic
king
beast
tragedy
bxg
mystery
evil
another world
like
intro-logo
Blurb

Lucia De'Lewis, Putra Mahkota kerajaan Lewis. Kerajaan siluman rubah. Dia seorang siluman rubah putih yang tak mempercayai cinta serta sangat membenci wanita. Hingga sebuah syarat yang diberikan kakeknya agar bisa naik tahta, membuat dirinya harus menikahi seorang gadis siluman rubah dari kalangan rendah.

Lucia terpaksa menikahi gadis itu, Aeera Angelynne. Namun, kebenciannya pada wanita membuat dia selalu bersikap kasar pada sang istri. Hingga sebuah tragedi terjadi, yang membuat Lucia kehilangan sang istri sekaligus menyadari bahwa istrinya berbeda. Gadis itu tulus mencintainya. Lucia menyesal dan bersungguh-sungguh ingin meminta maaf pada sang istri.

Bagaimana jadinya jika satu-satunya cara untuk menemui istrinya, membuat dia harus melakukan perjalanan ruang dan waktu? Menembus dimensi lain yang berlainan dengan dunianya. Akankah dia berhasil bertemu kembali dengan reinkarnasi istrinya yang ternyata seorang manusia?

Ikuti kisah Lucia, si pangeran siluman rubah putih ekor sembilan yang kejam dan bengis. Serta ikuti perjalanannya di dunia manusia. Haruskah dia menyamar menjadi manusia? Temukan jawabannya dalam cerita ini.

chap-preview
Free preview
SATU
Langit hitam membentang seolah menjadi saksi bisu akan pertumpahan darah yang tengah terjadi di bawahnya.  Suara teriakan saling bersahut-sahutan. Semua pihak beradu kekuatan untuk menunjukan kekuatan pasukan masing-masing.  Api berkobar dimana-mana. Jasad-jasad yang sudah tak utuh bergeletakan, mengenaskan. Darah-darah segar tercecer menguarkan aroma anyir yang menjijikan.  Namun suasana menyeramkan nan mencekam itu tak sedikit pun menyurutkan suasana memanas yang terjadi antara pasukan siluman yang saling berperang.  “SERANG!!!”  Teriak seorang komandan yang berasal dari pasukan siluman elang. Elang-elang bertubuh besar pun memenuhi udara. Menyemburkan uap dingin dari mulut mereka, membuat tanah seketika berubah menjadi bongkahan es.  “BUNUH PARA b*****h ITU. HANCURKAN KERAJAAN SILUMAN RUBAH!!”  Teriakan lain berasal dari komandan pasukan siluman anjing. Anjing-anjing bertubuh besar berlarian, menancapkan taring dan cakar mereka pada rubah-rubah yang menjadi musuh mereka dalam perang ini.  Sorak-sorai terdengar saling bersahut-sahutan. Suara derap langkah  para pasukan siluman membahana, bumi seakan ikut bergetar seiring dengan langkah tegap mereka.  Seekor ular raksasa ikut andil dalam perang antara gabungan pasukan para siluman yang hendak meruntuhkan kerajaan siluman rubah. Ular tersebut mengeluarkan suara desisan menyeramkan. Tubuh besarnya menangkap, melilit serta menghancurkan tulang-tulang siluman rubah yang ditangkapnya, mengundang jeritan memilukan dari rekan para korban.  Tak dipungkiri pasukan siluman rubah kewalahan menghadapi serangan musuh. Mereka datang tanpa aba-aba dan peringatan. Para siluman dari berbagai kerajaan bergabung menjadi satu, hendak meruntuhkan kerajaan siluman rubah beserta sang penguasanya yang arogan.  Kerajaan Lewis merupakan nama kerajaan siluman rubah tersebut. Sebuah kerajaan siluman yang sangat besar dan berkuasa. Penguasa mereka dikenal sebagai siluman terkuat dengan keahlian sihir mereka yang tak terkalahkan.  Selama ribuan tahun lamanya peperangan antara bangsa siluman tak pernah terjadi lagi, dan semua itu berkat kendali dari kerajaan Lewis. Penguasa terdahulu sangat pandai dan bertalenta dalam meyakinkan bangsa siluman lain agar mempercayai bahwa di bawah kuasa kerajaan Lewis, dunia siluman akan damai tentram.  Sang penguasa mampu  membuktikan ucapannya sehingga satu demi satu bangsa siluman mempercayainya. Kedamaian yang diidamkan pun akhirnya terwujud. Tak ada lagi perselisihan. Tak ada lagi pertumpahan darah. Tak pernah ada lagi peperangan yang merenggut banyak nyawa dan menimbulkan berbagai kerusakan.  Dunia siluman berubah menjadi tenang dan damai. Sangat nyaman untuk ditinggali. Para siluman saling menjaga keharmonisan.  Namun, kedamaian tersebut bagaikan es yang mencair  begitu penguasa kerajaan Lewis berganti alih. Lucia De’Lewis ... sang penguasa baru kerajaan Lewis merupakan sosok raja yang arogan dan kejam. Dia tak berbelas kasih bukan hanya pada siluman lain bahkan pada rakyatnya sendiri.  Kata damai seolah angan-angan belaka di bawah kekuasaannya. Kini para siluman bersekutu, membentuk pasukan perang besar guna menggulingkan kekuasaan Raja Lucia.  Di dalam Istananya, sang Raja tampak duduk tenang di kursi kebesarannya seolah kekacauan di luar sana tak berpengaruh apa pun baginya. Raja berusia 300 tahun itu menatap tajam pada para abdinya tanpa ampun. Aura mengintimidasi menguar dari tubuhnya, tak ayal membuat semua abdinya yang tengah berkumpul di dalam ruangan itu menunduk dalam, tak berani beradu pandang dengan sang Raja.  “Bagaimana  keadaan di luar?” tanyanya dengan suara baritonenya yang berat, tegas dan angkuh.  Salah seorang abdinya melangkah maju dengan tubuh yang bergetar. Masih setia menundukan kepalanya sebelum berucap, “Ampun Yang Mulia, tapi keadaan di luar sangat kacau. Pasukan kita kewalahan. Pasukan musuh terlalu banyak dan kuat.”  “Kirimkan tambahan pasukan. Keluarkan semua pasukan yang kita punya.” Raja Lucia kembali berucap tenang. Tak ada kecemasan, ketakutan atau pun kepanikan mendengar kabar pasukannya akan segera ditumbangkan.  “Ampuni hamba Yang Mulia. Kita sudah tidak memiliki pasukan tambahan lagi. Semua pasukan sudah diturunkan ke medan perang,” sahut sang abdi.  Raja Lucia berdiri dari duduknya, berjalan dengan gagah menuruni undakan tangga hingga suara gemerisik dari jubah panjangnya seolah menjadi pengantar kematian bagi para abdinya.  Tubuh mereka bergetar hebat, semakin menundukan kepala dalam. Tak ada satu pun yang berani menatap wajah penguasa mereka yang tentunya sedang dilanda amarah yang meluap-luap saat ini.  “KALIAN SEMUA TIDAK BERGUNA!!” teriak sang penguasa. Seketika seluruh abdi bersujud di lantai. Menempelkan kening mereka di lantai dengan tubuh bergetar hebat.  “Ampuni kami, Yang Mulia. Ampuni kami!!”  Hanya permohonan itu yang tak hentinya meluncur dari mulut mereka, yang sayangnya tak mempengaruhi suasana hati sang raja sedikit pun. Tak ada rasa iba apalagi belas kasihan. Raja Lucia begitu kecewa dengan para abdinya yang menurutnya tak berguna.  Lantas tanpa belas kasihan dia kibaskan jubah kebesarannya, menciptakan embusan angin teramat besar hingga hanya dengan sakali embusan mampu menerbangkan seluruh abdinya yang tengah bersujud ketakutan. Tubuh mereka terpental jauh dari tempat semula. Darah menyembur dari mulut mereka. Tulang-tulang para siluman rubah itu seolah hancur karena benturan keras yang mereka alami.  Raja Lucia melangkahkan kakinya gagah. Wajahnya menyeringai menyeramkan. Iris matanya yang memerah menjadi bukti nyata bahwa tak ada ampun bagi musuh-musuhnya. Dia sendiri yang akan turun tangan ke medan perang. Akan dia hancurkan seluruh siluman yang berani menantangnya dan hendak menghancurkan kerajaannya.  “Tuanku, kemana Anda akan pergi?”  Langkah sang raja terhenti. Menatap tajam sosok pria bertubuh pendek dengan tempurung kura-kura di bagian punggungnya. Dialah Jeros, siluman Kura-kura yang selama ratusan tahun menjadi pelayan setia sang raja. Di muka bumi ini bisa dikatakan hanya Jeroslah satu-satunya siluman yang berani menemani kemana pun Raja Lucia melangkah.  “Pertanyaan bodoh. Tentu saja aku akan membunuh mereka semua. Siluman-siluman bodoh yang telah lancang menyerang kerajaanku,” sahutnya.  Raja Lucia kembali melanjutkan langkahnya. Hingga setibanya dia di luar Istana, kemarahannya semakin naik ke permukaan.  Dia menggeram keras hingga suaranya bahkan terdengar ke seluruh pelosok negeri. Aura membunuh dalam sekejap melingkupi tubuhnya. Asap putih menyelimuti tubuhnya hingga sesuatu yang paling ditakuti semua siluman akhirnya terjadi.  Sosok Raja bertubuh kekar nan gagah serta parasnya yang tampan luar biasa dengan rambut putih sepunggungnya itu kini berubah menjadi sosok monster rubah putih berekor sembilan yang amat besar.  Dengan kibasan satu ekornya saja mampu menerbangkan semua benda maupun siluman yang berada di sekitarnya.  “Waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”  Suara teriakan dari para siluman yang terkena kibasan ekor sang rubah membahana, sempat membuat semua siluman yang tengah terlibat pertarungan sengit, diam membatu. Menatap takjub sekaligus takut pada sosok monster rubah putih ekor sembilan yang kini tengah mengamuk. Sang monster rubah tak mempedulikan sekitarnya. Tak peduli musuh atau kawan, pasukannya sendiri ikut menjadi korban keganasannya.  “LARI!!” “SELAMATKAN NYAWA KALIAN!!” “MENGHINDAR!!”  Teriakan demi teriakan terdengar tatkala situasi semakin mengancam. Sosok monster rubah tengah membuka mulutnya lebar dengan kesembilan ekornya yang mengeluarkan cahaya putih. Tak perlu bertanya apa yang tengah dilakukannya. Mereka tahu pasti jika tak secepatnya melarikan diri, mereka akan berakhir menjadi serpihan debu tanpa bekas.  Semua siluman berlarian, berusaha menyelamatkan diri. Namun, kecepatan berlari mereka tak sebanding dengan kecepatan cahaya yang keluar dari mulut sang monster rubah putih. Mulutnya yang terbuka lebar meluncurkan cahaya putih keemasan yang dalam hitungan detik berhasil meluluhlantakan sekitarnya. Kesembilan ekornya ikut meluncurkan cahaya yang sama, tak ada satu pun siluman yang mampu menyelamatkan diri. Semua terbakar menjadi abu dalam sekejap. Bangunan-bangunan termasuk istana ikut hancur lebur dengan satu serangan dari monster rubah putih berekor sembilan tersebut.   Wanita itu terengah dengan peluh yang tak hentinya menetes dari pelipisnya. Dia pegangi dadanya yang terasa sesak. Matanya terbeliak, penglihatan yang tiba-tiba merasuk ke dalam pikirannya sungguh mengerikan. Tak bisa dia bayangkan jika kejadian tersebut benar-benar terjadi.  “Nyonya Pertapa, Anda baik-baik saja?”  Seorang gadis manis berpakaian serba putih menghampiri sang wanita. Raut khawatir begitu mendominasi raut wajahnya. Sang wanita memegang bahu gadis itu, menatapnya tajam penuh permohonan.  “Kabari suamiku. Suruh dia datang kemari.” “B-Baik, Nyonya Pertapa.” “Sekarang juga!” titahnya tegas, seketika sang gadis pun berlari untuk menjalankan tugasnya.  ***  Raja Alexis De’Lewis, siluman rubah putih berusia 5000 tahun itu berjalan tegap meski tubuhnya tak semuda dulu lagi. Sosok raja yang sudah memerintah Kerajaan Lewis selama hampir 4000 tahun itu berjalan tergesa-gesa menuju suatu tempat. Dia abaikan setiap orang yang membungkuk, memberi penghormatan padanya.  Tujuannya hanya satu, segera menemui seseorang yang tiba-tiba memanggilnya dengan tergesa-gesa.  Sang raja berlari ketika dirinya baru saja melangkah memasuki ruangan. Dia dapati sosok yang ingin ditemuinya itu tengah bersimpuh di tengah-tengah ruangan. Tampak lemah dan tubuhnya bergetar entah karena alasan apa.  “Istriku,” panggil sang Raja seraya dia rengkuh tubuh ringkih istrinya dalam dekapannya.  “Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat ketakutan?” Sang wanita menatap lelah wajah Raja Alexis yang tidak lain merupakan suaminya. Dia pegangi rahang tegas milik suaminya, menghantarkan kerinduan yang amat sangat karena sudah cukup lama mereka tak bertemu.  “Ada apa? Kau terlihat tidak baik-baik saja. Apa kau sakit?” Sang wanita menggeleng lemah. “Aku baru saja mendapatkan penglihatan mengenai masa depan.”  Raja Alexis mengernyitkan dahi. Bukan sesuatu yang mengherankan baginya mendengar pengakuan seperti ini dari sang istri. Toh bukan pertama kalinya dia mendengar sang istri mendapatkan penglihatan. Semenjak memutuskan meninggalkan kehidupan istana dan menjadi seorang pertapa, istrinya memang sering mendapatkan penglihatan yang berkaitan dengan masa depan.  “Kali ini menyangkut cucu kita, Lucia.” “Ada apa dengan cucu kita?” “Bukankah tinggal dua hari lagi dia akan menyelesaikan semedinya?” Raja Alexis mengangguk. “Benar, akhirnya dia akan memperoleh kekuatan yang sempurna sebagai siluman rubah ekor sembilan. Dan kurang dari sebulan lagi, dia juga berusia 300 tahun. Artinya sudah saatnya aku serahkan tahta kerajaan padanya. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya aku bisa bersamamu lagi, istriku.” Sang wanita menggelengkan kepalanya berulang kali, mau tak mau kembali mengundang kernyitan di dahi sang raja.  “Kerajaan Lewis akan hancur di bawah kekuasaan Lucia. Dia akan menjadi raja yang kejam, bengis dan tanpa belas kasihan. Dia memercik api permusuhan dengan siluman lain sehingga menimbulkan perpecahan. Semua siluman bersekutu dan membentuk pasukan yang besar untuk menyerang Kerajaan Lewis. Mereka ingin menggulingkan kekuasaan Lucia.” Raja Alexis tersentak, tanpa sadar dia lepaskan dekapan eratnya pada sang istri.  “Bukan hanya Kerajaan Lewis yang binasa, kedamaian di dunia siluman yang sudah susah payah kita bina dan jaga selama ribuan tahun akan hancur. Lucia menghancurkan segalanya dengan kekuatan mengerikannya.”  Raja Alexis masih terdiam, berita buruk yang didengarnya ini seolah menyedot kesadarannya keluar dari pikirannya. Tak mungkin penglihatan istrinya ini salah. Sudah terbukti semua yang dilihatnya akan menjadi kenyataan.  “Kita harus menghentikannya.” “Bagaimana caranya?” tanya Raja Alexis tegas, namun mengandung sebuah harapan besar di dalamnya. Berharap sang istri menemukan jalan keluar untuk masalah besar ini. “Kita harus merubah masa depan.” “Caranya?” “Kita harus merubah pendirian Lucia.” “Mustahil, istriku. Kau tahu betul sifat keras kepalanya bahkan lebih keras dibandingkan batu karang,” sambar Raja Alexis, kini dia mulai putus asa, merasa tak memiliki cara untuk merubah sifat cucunya yang memang terlampau keras.  “Mungkin kita tak bisa merubahnya. Karena itu kita membutuhkan bantuan orang lain.” “Siapa?” “Seorang gadis yang bisa meluluhkan hatinya yang membeku.” Raja Alexis tertawa, menyadari saran dari istrinya ini terlalu gila dan beresiko. “Kau lupa dia sangat membenci wanita? Dia juga tidak mempercayai cinta.” “Karena itu kita harus menemukan gadis berhati tulus yang mencintai Lucia sepenuh hatinya. Gadis yang tak menyerah menghadapi hati dan pikiran Lucia yang sekeras batu karang.” Raja Alexis tertegun, memikirkan matang-matang saran yang diberikan istrinya.  “Kurasa tidak ada salahnya kita mencoba, kan?” Dan keraguan pun hilang dengan satu kalimat tanya yang meluncur mulus dari mulut sang istri. “Kau benar. Kita tetap harus mencobanya. Kalau begitu aku akan mengumumkan hal ini pada gadis-gadis kerajaan.” Raja Alexis hendak bangun, namun gerakannya terhenti karena cekalan tegas istrinya. Sang istri menggeleng tak setuju.  “Jangan mengambil gadis dari kerajaan. Jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama seperti di masa lalu.” “Lalu dimana kita bisa menemukan gadis itu?” “Lakukan perjalanan. Carilah seorang gadis dari kalangan rakyat biasa.” “Lucia tidak akan sudi menikahi siluman rubah yang lemah. Apalagi berasal dari kalangan rendah.” “Kebaikan dan ketulusan hatinya. Ingat, itulah yang kita butuhkan. Bukan statusnya.” Raja Alexis kembali tertegun. Dia embuskan napas kasar ketika menyadari kebenaran ucapan istrinya.  “Baiklah. Tapi bagaimana aku bisa menemukan gadis yang kita butuhkan?” “Aku akan memberikan petunjuk gadis yang memiliki hati yang bersih, baik dan tulus.” “Petunjuk seperti apa?” “Kau akan menyadarinya nanti.”  Raja Alexis mengurut pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. Keinginanya untuk segera melepas tahtanya sepertinya tak bisa dia lakukan dalam waktu dekat ini.  “Baiklah, aku mengerti.” “Lakukan perjalanan sekarang juga. Kau harus menemukan gadis itu sebelum Lucia kembali dari semedinya.” Dan tanpa ragu, Raja Alexis bergegas bangun dari duduknya. “Aku akan pergi sekarang.”  Lantas sang Raja siluman rubah itu melangkah tegap setelah mendapatkan anggukan kepala dari istrinya.  “Doa dan dukunganku akan selalu menyertaimu, suamiku,” gumam sang wanita, mengiringi kepergian sang suami hingga lenyap dari pandangannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Married With My Childhood Friend

read
43.7K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.2K
bc

Everything

read
278.0K
bc

HOT NIGHT

read
605.7K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook