bc

Pulang Kembali

book_age16+
2.9K
FOLLOW
23.9K
READ
love after marriage
arrogant
goodgirl
drama
tragedy
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Aruna tidak bisa mengingat awal kejadian yang membuatnya mengalami hal buruk seperti sekarang.

Hamil.

Tanpa suami.

Dan kenyataan ayah dari yang ada di dalam rahimnya adalah kekasih orang yang sudah menolongnya, membuatnya merasa serba salah. Namun di luar dugaan Gendis malah mengijinkan Runa menikah dengan kekasihnya.

Apa yang sebenarnya terjadi?

bagaimanakah Runa melanjutkan hidupnya?

chap-preview
Free preview
Part 1
  “Tapi kalian harus nikah,” bentak Tama “Enggak, Pa! Saya enggak pernah cinta sama Runa, saya cuma mau nikah sama Gendis. Titik!” Suara Irsyad tak kalah keras dengan lelaki yang telah membesarkannya itu. “Keterlaluan kamu! Kapan Papa mengajarkan kamu untuk lari dari tanggung jawab!” Tama tak habis pikir dengan kelakuan anak sulungnya. Dini, istrinya bahkan sudah tak mampu mengatasi situasi dirumahnya. Wanita itu hanya mampu menangis melihat kedua laki itu bersitegang. “Pa, Irsyad mohon jangan paksa Irsyad menikahi Runa. Irsyad cuma mau Gendis yang jadi istri Irsyad, Pa,” pinta Irsyad dengan menurunkan emosinya berharap sang ayah bisa mengerti dan tak memaksanya lagi. “Tapi aku hamil anak kamu Irsyad, tolong Syad kamu mempertanggung jawabkan apa yang kamu perbuat, tolong aku tolong….”  “Diam Runa! Mempertanggung jawabkan perbuatan aku? Perbuatan apa maksud kamu, hah!” bentak Irsyad pada Aruna. “Kamu bisa saja tidur dengan lelaki lain selain saya dan melimpahkan semuanya ke saya,” lanjut Irsyad. “Irsyad!” bentakkan dari Tama mengelegar di rumah itu. Tak lama sebuah tamparan mendarat di pipi Irsyad. Perih ia rasakan tapi lebih perih hatinya saat sang ayah tak berpihak kepadanya dalam situasi seperti ini.  Aruna perempuan yang datang dengan sebuah pengakuan mengejutkan itu meneteskan airmata. Ia sudah menyangka akan begini jadinya, tuduhan dari Irsyad sudah ia prediksi sebelumnya, lagipula mana ada yang percaya bahwa dirinya ditiduri oleh Irsyad. Lelaki itu pasti akan mengelak, yang tak disangka oleh Runa adalah keluarga Irsyad yang malah membelanya dan berseteru dengan anak mereka. Tapi, apakah semua ini kesalahannya? Ia hanya ingin meminta pertanggung jawaban atas semua perbuatan Irsyad padanya, memang ia ikut andil dalam kesalahan ini tapi ia tak mungkin menanggung semuanya sendiri. Sebuah dekapan ditubuhnya ia dapatkan, Dini, wanita itu tengah mendekapnya dengan isakan pilu. Aruna mengenggam tangan Dini yang berada di tubuhnya. Dua wanita itu seolah saling menguatkan dalam situasi yang tak kondusif ini. “Nikahi Runa, Syad,” pinta Gendis. Tunangan Irsyad yang sejak tadi berada dalam ruangan itu kini ikut membuka suara berharap ucapannya akan didengar Irsyad. Irsyad yang mendengar ucapan Gendis menatap perempuan itu dengan heran, “apa kamu bilang?” Tanya Irsyad tak percaya. “Nikahi Runa,” ulang Gendis, perempuan itu menundukkan kepalanya diakhir kalimatnya. Dua kata yang dengan mudah lidahnya ucapkan namun begitu sulit diterima oleh hatinya. “Aku enggak akan ikutin ucapan kalian. Dan kamu Gendis jangan ikut memaksaku, kamu tunangan aku, kamu harus percaya sama aku,” ucap Irsyad. Lelaki itu kini duduk bersimpuh di hadapan Gendis sambil menggenggam tangan Gendis. Ia butuh dukungan dari perempuan yang ia cintai itu. Tama yang melihat tingkah anaknya itu hanya bisa diam menutup matanya. Sesekali orang tua itu mengatur napasnya, ia butuh ketenangan dalam menghadapi masalah di keluarganya. Ia harap Gendis bisa membantunya menghancurkan ego sang anak. “Tapi Runa hamil anak kamu Irsyad, kamu enggak bisa membiarkan dia sendirian dalam menghadapi kehamilannya serta persalinannya nanti,” ucap Gendis. “Ya udah gugurin aja!” jawab Irsyad yang sudah berdiri menghadap Runa dengan tatapan menantang. Plak. Sebuah tamparan kembali didapatkan oleh Irsyad, kali ini ibunya sendiri yang menghadiahi lelaki itu. Dengan mata yang penuh kemarahan Dini menatap sang anak, Irsyad yang berdiri di hadapan Dini terdiam. Ia benar-benar tidak menyangka sang ibu bertindak seperti ini, setelah Papa, kini Mamanya sendiri yang menamparnya. “Otak kamu dimana,” maki Dini. Tangan kirinya kini melayang ke wajah Irsyad mengenai pipi kanan Irsyad. “Kamu anggap perempuan itu apa.” Tamparan ketiga mendarat kembali dipipi kiri Irsyad. “Tega kamu bicara seperti itu Irsyad!” bentak Dini yang tak berhenti menampar pipi anaknya. Irsyad hanya diam menerima semua kekecewaan sang ibu.  “Saya sebagai ibu kamu benar-benar kecewa dengan ucapan dan tindakan kamu, Irsyad,” bentakkan Dini ditutup dengan tamparan kelima di wajah sang anak. Telapak tangannya memerah, perih dirasakan oleh wanita itu namun perihnya tak sebanding keperihan di hatinya mengetahui tingkah laku sang anak yang ia kandung. Tubuh Irsyad merosot, kini ia bersimpuh didepan Dini, tangisnya tertahan, perlahan ia mengulurkan tangan dan memegang kedua kaki Dini wajahnya menunduk mendekat pada punggung kaki sang ibu, dengan kerendahan hatinya Irsyad mencium kedua kaki sang ibu. Lelehan airmatanya menetes di atas punggung kaki Dini, Dini yang diperlakukan seperti itu semakin meneteskan airmatanya. Tangisnya tak berhenti, deras mengalir membasahi wajahnya. Perlahan ia mengusap kepala anak lelakinya, dibantunya Irsyad untuk bangun dari sujudnya. Keduanya berdiri saling berhadapan, dengan lembut Dini mengusap bahu sang anak, mengusap lelehan airmata buah hatinya. Semua orang yang ada di ruangan itu begitu tersentuh melihat keduanya, bahkan Tama ikut meneteskan airmatanya melihat istri dan anaknya. “Ma… Irsyad mohon sama Mama, jangan paksa Irsyad menikah dengan Runa, Ma,” Irsyad kembali meminta dukungan pada sang Mama. “Irsyad anak Mama, Mama harus percaya sama Irsyad,” ucap Irsyad mulai meyakinkan Dini. Dini terdiam, hatinya gamang. Ia bukan tak mempercayai anaknya, tapi kalau benar itu cucunya ia akan begitu bahagia, karena itulah yang ia dan sang suami inginkan selama ini. Kehadiran seorang cucu. “Tante,” panggil Runa. Perempuan yang sejak tadi diam menjadi penonton itu mulai mengeluarkan suaranya kembali. Dini berbalik menatap perempuan yang memanggilnya. “Mungkin benar yang dikatakan Irsyad, Runa minta maaf tante, Runa akan gugurin-” “Diam, Runa!” emosi Dini kembali naik mendengar kalimat yang belum selesai Runa ucapkan, tapi Dini tahu dengan jelas apa yang Runa maksud. “Kalau kamu lakukan kamu sama bodohnya dengan anak ini,” ucap Dini sambil menunjuk Irsyad. “Kamu udah kasih keperawanan kamu, sekarang jangan kamu buang otak kamu itu,” bentak Dini dengan air mata yang terus membanjiri wajahnya. Hal tak jauh berbeda juga terjadi pada Runa. Wajahnya sudah lengket bekas airmata yang tak habis-habis mengalir dari matanya. “Nikah sama Runa kalau kamu masih menganggap Mama ini Mama kamu,” ucap Dini tegas pada Irsyad. Irsyad menyugar rambutnya, menjauhi sang ibu dengan wajah kacau. “Enggak Ma, Irsyad enggak mau nikah sama Runa. Mama jangan buat Irsyad jadi anak durhaka, Ma,” pinta Irsyad dengan memelas. “Suka enggak suka kamu nikah sama Runa! Titik!” ucap Dini. Dini lalu meninggalkan ruang keluarga itu dengan emosi yang memuncak. Sudah cukup lima tamparan ia berikan pada Irsyad ia tidak ingin berlama-lama diruangan itu dan menambah kesakitan pada anaknya. Kepergian Dini dari ruangan disusul oleh Tama. Runa yang melihat kedua orang itu pergi menjadi semakin merasa bersalah, apalagi melihat raut wajah penuh luka dan duka yang terpancar ia merasa menjadi orang yang begitu jahat.  Ruang keluarga menyisakan tiga orang yang saling diam, sibuk dengan pikirannya sendiri. Cukup lama tak ada suara yang terdengar hingga sebuah kata-kata ketus tertangkap indera pendengaran Runa. “Puas kamu sudah membuat kekacauan di rumah saya?” tanya Irsyad dengan penuh penekanan. “Kedatangan saya bukan mau membuat kacau keluarga kamu, saya hanya ingin meminta pertanggung jawaban kamu sebagai ayah anak ini,” sahut Runa dengan beraninya. “Dengar… sampai kapanpun saya enggak akan sudi nikah sama kamu, dasar jalang,” hina Irsyad dengan tubuh yang condong kearah Runa. “Irsyad!!!” bentak Gendis yang mendengar ucapan kasar Irsyad. perempuan cantik itu menarik bahu Irsyad agar menjauh dari Runa dan tak mengucapkan kata-kata merendahkan lagi pada ibu hamil itu. Irsyad menepis kasar tangan Gendis dari bahunya. “Kamu Gendis, kenapa kamu membela perempuan ini, kenapa kamu semudah itu menyuruhku menikahi dia!” bentak Irsyad. “Aku kecewa sama kamu!” lanjut Irsyad. “Kamu kecewa sama aku? Aku lebih kecewa sama kamu Irsyad! aku marah, rasanya aku mau tikam kamu. Kamu anggap aku ini apa, selama dua tahun kita pacaran, dua bulan yang lalu kita tunangan dan sekarang ada perempuan yang bilang dia hamil anak kamu dan usia kandungannya dua bulan! Apa kamu pikir aku bahagia! Apa kamu pikir aku senang mendengarnya! Apa kamu pikir hati aku enggak sakit waktu merelakan kamu! Aku sakit Syad! Tapi aku punya otak!” Luapan amarah Gendis memenuhi ruangan itu. Runa memejamkan matanya, ia kembali bingung dengan situasi panas ini. “Kalau kamu punya otak kamu enggak akan percaya sama ucapan si jalang ini!” bentak Irsyad. “Kamu sendiri yang sudah mengakui pernah tidur dengan Runa, Syad!” ucap Gendis memukul telak Irsyad. Irsyad terdiam. “Tapi itu bukan anak aku, Ndis,” elak Irsyad. “Ini anak kamu, Irsyad! Aku enggak pernah tidur sama lelaki lain selain kamu,’ sahut Runa dengan nada tinggi. Sudah habis kesabarannya, ia tak bisa terus menerus diam dituduh terus menerus. “Diam kamu Runa! jangan pikir saya enggak tahu pekerjaan kamu!” bentak Irsyad. “Iya, memang aku akui, aku sering bertemu dengan lelaki karena pekerjanku sebagai pelayan bar, tapi aku enggak pernah melayani napsu mereka!” bentak Runa tak terima di remehkan. Harga dirinya benar-benar sudah diinjak-injak oleh lelaki bernama Irsyad ini “Cukup!” pekik Gendis. “Syad, terlepas itu anak kamu atau bukan, tapi aku benar-benar terluka mengetahui kamu pernah tidur dengan perempuan lain, kamu udah tidur dengan dia, jadi kamu harus nikah sama dia,” ucap Gendis dengan wajah tanpa ekspresinya. bersambung...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sepenggal Kisah Gama ( Indonesia )

read
5.0M
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.0K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.2K
bc

A Million Pieces || Indonesia

read
82.1K
bc

T E A R S

read
312.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook