bc

Terjerat Pesona Bocah Tengil

book_age16+
1.5K
FOLLOW
7.1K
READ
age gap
playboy
goodgirl
sweet
bxg
female lead
city
betrayal
love at the first sight
like
intro-logo
Blurb

~~~tap love, please!~~~

Pengkhianatan oleh sang kekasih depan matanya membuat Viona tak bisa mempercayai makluk yang di sebut laki-laki.

Namun, apa yang terjadi jika dia bertemu dengan cowok tampan, tengil, dan selalu menggodanya setiap mereka bertemu. Bahkan tak jarang dia membuat Viona merasa nyaman saat bersamanya.

“Menghitung total jumlah batu bata dalam satu gedung lebih menyenangkan dari pada memikirkan makhluk bernama laki-laki.”

Viona Rasti.

“Kamu yang hitung batu batanya, biar aku yang membangun pondasi cinta kita.”

Dio aditama Erfaz

chap-preview
Free preview
Viona Rasti
Viona Rasti : Viona Rasti, gadis berusia 23 tahun yang berprofesi sebagai arsitek tampak sibuk dengan kertas-kertas dan laptop di depannya. Wajah cantik tanpa polesan itu tampak begitu fokus menatap angka-angka di layar laptopnya. Rambutnya di kucir kuda memperlihatkan leher jenjang yang putih mulus. serta poni yang hampir menutupi matanya kini di jepit ke atas agar tak mengganggu konsentrasinya. Jari-jari lentik yang bergerak lincah di atas keyboard menjadi hiburan tersendiri bagi gadis manis itu. Hidup sebagai yatim piatu membuatnya harus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Meskipun, kedua orang tua Vio mempunyai harta yang tergolong banyak, tapi Vio tak mau jika hanya bergantung pada harta warisan itu. Makanya dia putuskan untuk melanjutkan pendidikannya dan meraih cita-cita sebagai arsitek. Apalagi di rumah warisan kedua orang tuanya ada bi Rumi yang sudah merawatnya sejak kecil. Kedua orang tua Viona meninggal dua tahun yang lalu karena kecelakaan. Keduanya menghembuskan nafas terakhir saat perjalanan menuju rumah sakit. Kecelakaan itu terjadi tepat di ulang tahunnya yang ke 21. Membuat Vio terpuruk hingga berbulan-bulan. Flashback on, Hari ini, orang tua Vio akan pulang dari luar kota untuk merayakan ulang tahun Vio yang ke 21. Mereka sudah janji untuk segera menyelesaikan pekerjaannya di luar kota agar bisa segera pulang demi putri tercinta mereka. Pukul 10 pagi, Vio tampak mondar-mandir di depan rumahnya, menanti kedatangan kedua orang tuanya yang sangat dia nantikan. Seharusnya mereka sudah sampai sejak setengah jam yang lalu. Namun, sampai sekarang belum ada tanda-tanda kedatangan keduanya. Ponsel keduanya pun tak dapat di hubungi. Membuat Vio semakin gelisah. “Papa sama mama mana ya, Bi?” tanya Vio cemas kepada asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumahnya semenjak dia kecil itu. “Iya, Non. Kok belum sampai ya.” Jawab bi Rumi yang sama ikut merasa tak enak dalam hatinya menunggu kedatangan majikannya. Tak berselang lama, ada panggilan masuk di ponsel Vio. Nomor tak di kenal. Membuat Vio enggan mengangkatnya. Dia memang tak pernah mau mengangkat atau pun membalas chat dari nomor yang tak di kenal. Kembali memasukkan ponsel itu ke saku membuat bi Rumi heran. “Kenapa nggak di angkat, Non?.” Tanya bi Rumi. “Males ah, Bi. Nomor nggak dikenal.” Jawab Vio apa adanya dan kembali menatap pintu pagar rumahnya yang masih kosong, belum ada tanda-tanda jika orang tuanya datang. “Coba di angkat dulu, siapa tahu penting.” Ucap bi Rumi. Mendengar ucapan bi Rumi, Akhirnya Vio pun berfikir sejenak, dia sempat ragun namun mencoba untuk mengangkat panggilan telepon tersebut. “Halo, selamat siang.” Ucap seseorang dari sebrang sana. “Apa benar ini dengan keluarga bapak Yohan dan ibu Fatma?” Sambungnya. “Iya, saya anaknya. Ada yang bisa saya bantu.” Jawab Vio. “Iya, kami dari kepolisian ingin mengabarkan, jika bapak Yohan dan ibu Fatma mengalami kecelakaan di jalan X dan sekarang tengah di bawa menuju rumah sakit terdekat.” Jawab si penelepon. Jedeeerrr....!!!!! Bagai tersambar petir di siang hari yang tampak cerah tanpa mendung. Tubuh Vio langsung luruh dengan nafas tersengal. Bi Rumi yang melihatnya pun tampak terkejut dan panik. “Non. Non Viona ada apa ?” tanya bi Rumi berjongkok sambil membantu Viona untuk duduk di kursi teras. “Nggak.. Nggak mungkin ( sambil menatap ke arah bi Rumi dengan mata berkaca-kaca ) , mereka pasti salah orang ‘kan bik. Papa sama mama nggak mungkin kecelakaan.” Ucap Viona dengan air mata yang tak terbendung lagi. “Innalillahi..” ucap bi Rumi ikut meneteskan air matanya. Memeluk gadis yang sejak kecil dia rawat itu penuh kasih sayang. Memberi kekuatan agar bisa menghadapi kenyataan yang ada. “Non.. Non Viona yang sabar ya.” Ucap bi Rumi. Tangis Viona pun pecah seketika bahkan dia jatuh pingsan karena tak kuasa menahan kesedihan. Hari yang seharusnya bisa dia habiskan dengan penuh kebahagiaan bersama keluarganya harus menjadi hari terburuk untuk Viona. Hari ini di ulang tahunnya yang ke dua puluh satu. Viona kehilangan kedua malaikat dalam hidupnya. Kedua orang tuanya pergi untuk selamanya. Terpuruk dalam kesedihan membuat Viona harus menunda cita-citanya sebagai arsitek. Profesi yang sangat dia inginkan dan juga menjadi profesi sang ayah. Yohan Rasti papa Viona adalah arsitek terkenal dengan hasil terbaik. Hampir semua pengusaha memakai jasa Yohan untuk mendesign gedung-gedung pencakar langit milik mereka. Bahkan, 45 persen bangunan pencakar langit di kota-kota besar di seluruh Negri adalah hasil Design Yohan. Butuh waktu satu tahun bagi Viona untuk bisa bangkit dari keterpurukannya. Dan selama itu pula, Bayu Fahriza yang merupakan kakak kelas Viona selalu mendampingi Vio setiap saat. Membuat rasa yang indah itu mulai hadir di hati Vio. Mereka pun memutuskan untuk menjalin hubungan hingga sekarang. Flashback off. Tok.. tok.. tok.. “Non..” panggil bi Rumi dari depan pintu kamar Viona. “Iya, Bi. Masuk.” Jawab Viona tanpa mengalihkan pandangannya dari depan laptop. Mendengar sahutan dari dalam membuat bi Rumi tersenyum kemudian memutar handle pintu. Senyumnya pun melebar saat melihat gadis cantik yang sangat dia sayangi seperti anaknya sendiri itu kini tengah menyibukkan diri dengan profesi barunya. Menjadi arsitek sesuai cita-citanya dan menggantikan almarhum sang papa yang dulu juga seorang arsitek terkenal. Mendekat, menaruh gelas berisi s**u coklat hangat, dan duduk di ranjang samping Vio yang masih fokus ke layar laptopnya. Sungguh bahagia melihat Viona yang sekarang, bangkit dari keterpurukan yang selama satu tahun menghantui hari-harinya. Kini dia tampak lebih ceria dan kembali seperti Viona yang dahulu. Gadis periang, murah hati dan tak pernah membedakan status sosial. “Susunya di minum dulu, Non.” Ucap bi Rumi. “Iya, Bi. Nanti aku minum. Nanggung sebentar lagi selesai.” Jawab Viona tersenyum menatap wanita paruh baya di sampingnya. Wanita yang sangat dia sayangi setelah sang mama. “Ya udah. Bibi keluar dulu. Jangan tidur malam-malam. Dan jangan lupa susunya di minum.” Ucap bi Rumi tersenyum mengelus puncak kepala Viona sayang. “Iya, Bi. Terima kasih ya.” Jawab Viona. “Sama-sama.” Bi Rumi pun keluar dari kamar Vio meninggalkan Vio yang kembali fokus ke layar laptopnya. Detik kemudian dia ingat dengan s**u coklat kesukaannya yang tadi di bawakan oleh bi Rumi. Mengambilnya dan menegaknya hingga tandas. Kemudian kembali ke layar laptop dan kertas-kertas di depannya. Lima belas menit kemudian, Viona telah selesai mengerjakan projek yang di minta oleh cliennya. Ya, akhir-akhir ini dia sangat sibuk dengan urusan kerjanya. Hasil designnya banyak yang suka bahkan orang-orang yang dulu memakai jasa papanya kini tampak menyukai hasil kerja Viona yang sama bagusnya dengan sang papa. Karena kesibukannya, Viona menjadi jarang bisa menghabiskan waktu dengan kekasihnya. Untungnya, Bayu memahami kesibukan Viona dan tak mempermasalahkan hal itu. Ting.. Ada peaan masuk ke ponsel Vio, tertera nama ‘Bayu Sayng’. Membuat viona tersenyum kemudian membuka pesan tersebut. [Bayu Sayng : Selamat malam sayang. Jangan lupa tidur, kerjanya di lanjut besok.] Senyum pun tak dapat di tahan oleh Viona. Kekasihnya yang dia pacari selama 3 bulan terakhir ini selalu bisa mengerti dia dan tak pernah menuntut apapun. [ Me : Selamat malam sayang. Aku udah selesai kok. Dan ini juga mau tidur. btw, kamu lagi ngapain? Masih di kafe kah ?] Pesan itu pun langsung centang biru, detik kemudian terlihat sang kekasih tengah ‘Mengetik…’ Ting… [Bayu Sayng : pinterrr…. Aku lagi belajar matematika. (di iringi emoji sedih)] [Me : Kok sedih gitu emojinya.] [Bayu Sayng : Nggak papa sayang. Lagi pusing aja, karyawan kafe minta naik gaji bulan ini. Sedangkan kafe aku agak sepi.] [Me : memangnya butuh berapa sih ?] [Bayu Sayng : sekitar tiga puluh lima juta (di akhiri emoji sedih)] [Me : Yaudah, nanti aku transfer ya. ?."] [Bayu Sayng : Jangan sayang. Itu kan hasil kerja kamu.] [Me : Gak papa kok. Aku iklas.] Kemudian Viona pun keluar dari aplikasi hijau itu dan masuk ke akun mobile bankingnya. Mengetik beberapa angka kemudian mengirimnya ke rekening Bayu. Detik kemudian terpampang tanda ceklis di layar ponselnya menandakan jika transaksi itu berhasil. Ting.. [Bayu Sayng : Terima kasih ya sayang. I love you.] [Me : I love you too]

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook