bc

The Series Of Nibras

book_age18+
768
FOLLOW
6.9K
READ
family
forced
goodgirl
brave
drama
tragedy
comedy
humorous
serious
chubby
like
intro-logo
Blurb

Patah hati karena cinta ditolak oleh orang yang kita cintai, tentu saja tidak ingin itu terjadi.

Nibras Arelian Nabhan, pria yang telah berusia 26 tahun itu masih saja merasakan patah hati karena ditolak oleh perempuan yang dia cintai satu tahun yang lalu, Popy Aira Basri. setelah satu tahun Nibras merasakan patah hati, dia dipertemukan dengan seorang gadis pemulung yang dibawa oleh sang nenek yaitu Lia ke rumah utama Nabhan. Atika Fitrhiya, perempuan yang tidak sengaja memulung sang nenek yang bernama Lia Rahmawati Nabhan, yaitu nyonya besar Nabhan dari salah satu tempat sampah yang dia singgah disitu. Lia, nenek yang berusia 76 tahun itu membawa Atika ke rumah utama Nabhan. Kisah asmara Nibras dengan Atika dimulai.

"Um? Apa ini?"

krek

krek

"Astaga!"

"Manusia!"

Slash

"Uh?"

"Dimanah aku?"

"Em...di rumah saya nek. Apakah nenek lapar?"

"Ya..."

"Saya akan ambilkan makanan,"

"Bisakah saya mendapatkan makanan dari tempat sampah di depan rumahmu?"

"What?!"

Slash

chap-preview
Free preview
Part 1
"Suamiku..." terdengar suara tua seorang perempuan memanggil suaminya. "Aku disini Lia," sahut sang suami dari perempuan tua itu. "Kita akan kemana? Aku memakai baju baru," tanya wanita tua itu bingung. Ke arah suaminya, sang suami sedang mengancingkan kenop jaket pada tubuhnya. Agri, sang suami dari wanita tua itu yang kini telah berusia 86 tahun tersenyum lembut ke arah istrinya yang berumur 76 tahun itu. "Lia sayang, hari ini kita akan makan di restoran Nabhan, karena hari ini adalah hari pernikahan kita yang ke lima puluh enam tahun," jawab pria tua itu lembut. "Ah? Hari pernikahan kita?" Lia, sang istri yang telah pikun itu memandang ke arah suaminya dengan tatapan bingung. "Ya, hari pernikahan kita, kita sudah menikah selama lima puluh enam tahun, sayang," ujar Agri lembut ke arah sang istri. "Oh...rupanya begitu..." Lia manggut-manggut. Lalu Lia bertanya lagi. "Lalu apakah lima puluh enam tahun itu lama?" Agri tersenyum lembut ke arah istrinya, wanita yang telah menemaninya selama 56 tahun ini. "Tentu saja lama sayang. Sebab, sekarang kita sudah tua, aku menikahimu lima puluh enam tahun yang lalu ketika kamu berumur dua puluh tahun," jawab Agri lembut, dia menjelaskan secara perlahan agar kalimatnya mudah dimengerti oleh sang istri yang sudah lupa ingatan akibat faktor usia. "Oh begitu rupanya..." Lia manggut-manggut. "Oh...bagaimana ini...aku telah melupakan segalanya..." ujar Lia sedih. Hap Sang suami yang telah selesai mengancingkan jaket ke tubuh istrinya itu tersenyum lembut sambil memeluk istrinya. "Tidak apa-apa sayang, asalkan jangan melupakan aku," ujar Agri memeluk Lia. "Kau benar suamiku...jangan melupakan kamu..." balas Lia. "Suamiku...beruntungnya aku memiliki dirimu..." ujar Lia. "Aku yang beruntung memiliki dirimu sayang..." Cup Agri mengecup kening Lia yang berada dalam pelukannya. Piw Para pelayan dan pengawal yang ada di ruangan itu hanya terdiam. Mereka tidak bersuara sedikitpun takut jika mereka bersuara, batuk atau apapun akan menganggu tuan besar dan nyonya besar mereka yang sedang berpelukan mempertontonkan cinta mereka. Farel, pria paruh baya yang kini telah berusia 55 tahun itu hanya bisa berdiri sambil menunggu percakapan dan interaksi antara ayah dan ibunya selesai. Sebab, dia takut untuk menginterupsi waktu kebersamaan antara sang ayah dan ibunya. "Mas, belum juga? Aku nunggu udah satu jam-" "Sst!" Farel mengisyaratkan tanda diam ke arah istrinya yang baru datang dari ruang tamu. "Ammph!" Jihan Kamala, wanita yang telah berumur 53 tahun itu dengan cepat menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara apapun. Ternyata ayah mertua dan ibu mertuanya saling memeluk dan mengecup. "Ya ampun, hampir saja aku berteriak cepat, untung saja tidak jadi." Batin Jihan. Hari ini mereka akan makan di salah satu restoran Nabhan, tempatnya memang agak jauh dari rumah mereka, karena tempat itu dekat dengan laut. Hari ini juga adalah hari pernikahan ke lima puluh enam dari orang tua suaminya. Farel menunggu lama di sebuah sofa, sebab ayahnya terkesan seperti tidak mau melepaskan ibunya dari pelukannya. "Nasib punya ayah yang sangat bucin terhadap ibu, seperti ini..." gumam Farel. "Suamiku..." Lia memanggil suaminya di dalam pelukan Agri. "Aku disini Lia," sahut Agri lembut. "Kita akan makan dimana?" tanya Lia. "Kita akan makan di restoran Nabhan, sayang." Jawab Agri. Meskipun jawaban ini sudah dia utarakan sebelumnya, namun Agri tidak keberatan untuk mengulangi lagi jawabannya. Dia sudah terbiasa dengan ingatan dari sang istri yang telah pikun. "Oh...apakah makanannya enak?" tanya Lia. Agri tersenyum lalu mengangguk pelan. "Tentu saja makanannya enak, ada bubur ayam spesial kesukaanmu, sayang." Jawab Agri. "Oh...apakah disana ada tempat sampah seperti di rumah ini?" tanya Lia dengan nada berharap. "Tentu saja ada, Lia sayang. Ada tempat sampah di sana." Jawab Agri sabar. "Oh...syukurlah...aku bisa mencari sisa roti untuk makan nanti..." ujar Lia sambil mengangguk. Piw! "Ehmph!" Jihan yang sempat terbatuk itu cepat-cepat membungkam mulutnya. "Tentu saja bisa, ada roti sisa disana..." ujar Agri sambil tersenyum. Lalu... Sret Agri melirik ke arah Farel yang sedang duduk memandangi mereka. "Ada roti sisa..." ujar Agri sambil menatap tajam ke arah anak sulungnya. Glung glung "Tentu saja ada roti sisa disana, ibu. Ibu bisa makan banyak roti sisa, selain itu ada juga anggur hitam kesukaan ibu." Farel dengan sigap berbicara mendukung kalimat dari sang ayah agar sang ibu mereka percaya. "Oh...bagus sekali...aku ingin pergi ke sana, suamiku..." ujar Lia. "Baik, kita akan pergi." Balas Agri. "Fyuuuhh!" Farel menghembuskan napas lega. Untung saja dia siaga dalam mendukung percakapan antara ibu dan ayahnya. Di sebuah sudut, terlihat seorang pemuda tersenyum geli ketika memandang sang ayahnya yang menghembuskan napas lega. °°° Tak Tak Tak Sret Bunyi langkah kaki dari beberapa orang terhenti. "Betapa indahnya bangunan ini..." Lia, sang nenek 76 tahun itu memandang gedung yang akan di masuki dengan keluarganya. Agri juga ikut berhenti karena sang istri yang berhenti dan mengagumi bangunan di depan mereka. Agri tersenyum lembut sambil merangkul sang istri. Ada banyak pengawal dan pelayan di belakang mereka. Mereka bertugas untuk menjaga dan melindungi pasangan yang sudah tua itu. Mereka juga berhenti karena dua majikan besar mereka berhenti. Orang-orang yang sedang menunggu kedatangan mereka terlihat berdiri. Mereka terlihat sabar ketika menunggu kedatangan tuan benar dan nyonya besar Nabhan. "Benar Lia sayang, bangunan ini indah...kita akan masuk ke dalam, disini tempat yang aku maksud itu, tempet restoran yang akan kita makan,"" ujar Agri. "Oh...begitu rupanya..." Lia manggut-manggut. Lia dan Agri melanjutkan lagi jalan mereka menuju ke restoran itu. Tak Tak Sret Ketika langkah kedua mereka yang kecil itu, Lia berhenti lagi. Agri pun ikut berhenti. "Suamiku..." panggil Lia. "Ya, istriku Lia." Sahut Agri. "Lalu dimanakah tempat sampahnya?" tanya Lia dengan tatapan penasaran. Agri tersenyum sambil menunjuk ke arah dua buah tempat sampah yang berada di depan mereka. "Itu tempat sampahnya, Lia." Jawab Agri. "Ah...rupanya disitu..." ujar Lia. Pengawal dan pelayan yang mengikuti di belakang mereka berhenti lagi. Tak Tak Sret Lia berhenti lagi, Agri pun berhenti dan yang pastinya, para pengawal dan pelayan juga berhenti. "Suamiku..." panggil Lia lagi. "Ya, Lia istriku..." sahut Agri sabar. "Banyak sekali orang disini... apakah kita bisa masuk?" tanya Lia. "Tentu saja bisa sayang, mereka sedang menunggu kedatangan kita," jawab Agri. "Oh... rupanya begitu..." Lia manggut-manggut. Tak Tak Tak Dan pada akhirnya Lia dan Agri memasuki pintu mewah dari restauran itu. Banyak orang menghampiri Agri dan Lia. Mereka tersenyum menyapa Agri dan Lia. "Selamat siang tuan Agri," seorang pria paruh baya berusia 50 tahun menyapa Agri yang sudah duduk setelah dia mendudukan istrinya. Agri menoleh ke arah pria paruh baya itu. "Selamat siang juga, tuan Salim," balas Agri. Pria itu tersenyum. "Bagaimana kabar anda dan istri? Saya harap baik dan sehat selalu sampai umur panjang dan bersama selalu," ujar pria setengah abad itu. "Kabar kami baik-baik saja, terima kasih kepada tuan Salim atas doanya, kembali kepada anda juga doa saya," balas Agri. "Terima kasih atas doanya tuan Agri." Ujar tuan Salim. Agri mengangguk singkat. "Tuan Agri, selamat atas hari pernikahanmu yang ke lima puluh enam, saya doakan semoga umur pernikahan dari tuan dan nyonya Nabhan akan lebih dari seratus tahun," ujar seorang wanita berusia 40 tahun. Agri menoleh ke arah wanita itu, lalu dia mengangguk. "Terima kasih atas doanya nyonya Rahan, kembali saya doakan yang sama kepada anda dan suami," balas Agri. "Terima kasih tuan Nabhan." Ujar nyonya Rahan. "Ah...nyonya Lia, anda tidak pernah tua, selalu saja cantik seperti pertama aku bertemu dengan anda," ujar salah seorang perempuan berumur 56 tahun. Lia memandang ke arah wanita itu. "Wahai wanita ini...siapakah dirimu?" tanya Lia ke arah wanita itu bingung. Wanita itu tersenyum. "Nama saya adalah Kilara Sarana," jawab perempuan itu. Lia memandangi perempuan yang bernama Kilara itu bingung, "apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" "Ya, kita pernah bertemu sebelumnya, saya adalah cucu dari paman tua yang pernah bertemu anda di tempat sampah lima puluh enam tahun yang lalu, apakah anda masih ingat seorang paman yang nyonya Lia sebut sebagai 'paman yang baik'?" jawab Kilara. "Paman yang baik?" Lia mengingat-ngingat. Lia berusaha mengingat. "Oh...aku sudah tidak ingin lagi..." ujar Lia. "Tidak apa-apa, itu juga sudah lama." Ujar Kilara. "Saya berharap nyonya Lia akan selalu sehat, jangan sakit-sakit, dan umur panjang," ujar Kilara. "Oh...terima kasih...kau sungguh baik..." ujar Lia. Kilara mengangguk. "Anda yang sungguh baik, nyonya Lia." Ujar wanita 56 tahun itu. Kemudian ada banyak orang dan pejabat yang menyapa Agri dan memberi Agri selamat. Farel, Busran, dan juga Rafi ada di tempat itu, mereka juga disapa oleh tamu-tamu yang ada. Tamu undangan juga tidak mau melelaskan kesempatan bertemu dengan dan menyapa hangat anak-anak dari Agri dan Lia. Ini adalah kesempatan bagus untuk mendekatkan diri. Acara makan makan malam hari pernikahan dari Agri dan Lia dipindahkan siang hari dikarenakan tubuh Agri dan Lia yang sudah tua, tidak mampu terlalu berdiri di malam hari. Terlihat cucu-cucu dari Agri dan Lia yang juga berada di situ. Nibras, yang datang bersama Agri. Gaishan dan Ghifan anak dari Busran, Ahsan anak dari Rafi. Bushra yang merupakan putri dari Busran dan Gea. Mereka semua di sapa oleh tamu dan pejabat. Ada juga yang merupakan direktur dan menejer dari anak perusahaan atau perusahaan yang diakuisisi oleh Nabhan. "Halo tuan Farel, sudah lama tidak bertemu, akhirnya kita bertemu disini, saya merasa terhormat mendapat undangan makan siang ini karena tuan Farel masih mengingat saya," ujar salah seorang pria paruh baya. "Tentu saja, kita pernah menjadi mitra bisnis, bagaimana aku melupakan anda, tuan Balaram?" Di lain sisi ada Busran dan Rafi, mereka juga didatangi oleh tamu undangan. Sedangkan Jihan, Gea dan Cici Cila yang merupakan menantu Nabhan juga didekati oleh istri-istri dan wanita sosialita yang lain. Bushra, gadis yang berusia 20 tahun itu merasa bosan karena sendirian, kedua kakak sepupunya Diyanah dan Daniah tidak datang karena alasan kesehatan dan masalah keluarga suami mereka. Bushra memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar mengelilingi restoran itu. Gaishan bertemu dengan partner bisnisnya, Ghifan, sang adik kembar juga sama. Beberapa pengawal yang mengawal Agri dan Lia tadi berada di tempat lain. Mereka di tempatkan di sudut-sudut ruang restoran mengawasi setiap gerakan dari para tamu undangan yang mencurigakan. Sementara pelayan yang datang tadi bersama Agri dan Lia, pergi ke dapur melihat prefensi dari nyonya besar Nabhan. Mereka takut jika koki atau tukang masak salah penyajian tentang makanan dari nyonya besar mereka. Ada pelayan dan pengawal yang sibuk melihat isi dari tempat sampah di sekitar restoran itu, mereka sedang memeriksa ulang dan menilai apakah isi dari tempat sampah itu tepat seperti yang diinginkan oleh tuan besar ataukah tidak. Terlalu serius berbicara, Agri merasa ingin buang air kecil. Jadi dia memutuskan percakapannya. "Oh, maaf tuan Hari, saya harus ke toilet dulu," ujar Agri. Tuan Hari mengangguk mengerti. "Baik." Agri menoleh ke arah sang istri. "Lia sayang, kau tunggu disini sebentar, aku akan ke toilet dulu, tidak akan lama, aku berjanji." Ujar Agri lembut ke arah Lia. Glung glung Lia mengangguk pelan. "Baiklah suamiku...aku akan menunggu disini..." jawab Lia. Agri mengangguk lalu ada dua pengawal yang mengantarnya ke toilet. Sepeninggal Agri, Lia melihat sekelilingnya, dia terlihat mencari-cari orang yang dia kenal, yaitu keluarganya. "Ah...dimanakah Jihan dan yang lainnya..." Lia bergumam. Drrt drrt drrt Bunyi ponsel dari tuan Hari berdering. Tuan Hari .erogoh ponselnya dan mengatakan permisi kepada nyonya Hari, sang istri dan seorang wanita yang ada disitu. "Permisi, aku angkat panggilan telepon dulu." Ujar tuan Hari. Nyonya Hari dan wanita itu mengangguk mengerti. Mereka saling berbicara lagi. Datang seorang wanita berumur 45 tahun menghampiri nyonya Hari dan wanita itu. "Oh nyonya Hari lama tak jumpa, kau semakin cantik saja," ujar wanita yang datang itu. "Ah nyonya Salim, anda yang semakin cantik," ujar nyonya Hari. Tiga orang itu saling berbicara membahas mengenai kecantikan mereka. Lia merasa agak bosan menunggu suaminya. Dia tidak bisa mengajak bicara dari tiga orang didepannya karena tidak diperhatikan oleh mereka. Sret Dengan pinggang tuanya, Lia berdiri dari tempat duduk, dia berbalik ke belakang mencari jalan ke arah toliet. Dia ingin menyusul suaminya saja agar mereka saling berbicara saja. Lia berjalan pelan seperti siput. Kepergian Lia tidak disadari oleh siapapun. Masing-masing sibuk dengan urusan mereka. Tak Tak Tak Lia yang berjalan ingin mencari jalan ke toilet tadi berubah arah ke luar pintu restoran. Karena faktor usianya dan ingatan nya yang telah memudar, Lia tidak tahu bahwa dia telah keluar dari dalam restoran itu. Beberapa pelayan dan pengawal terlalu sibuk menundukkan kepala mereka ke dalam tempat sampah untuk memeriksa isi dari tempat sampah sehingga mereka tidak melihat seorang nenek tua yang merupakan majikan mereka berjalan tepat di belakang mereka. Tak Tak Tak Lia berjalan mencari suaminya. "Uh...dimanakah toiletnya..." gumam Lia. Tak Tak Tak Langkah kaki Lia yang seperti siput itu lama kelamaan menjauh dari arah restoran. "Suamiku dimana ini..." ujar Lia mencari-cari suaminya. Selama beberapa menit Lia berjalan. Sret Merasa lelah, Lia duduk di salah satu bak sampah yang dia dekati. Cuaca panas, karena ini disiang hari. Kryuuukk kryuuukk Bunyi dari perut Lia. "Ah... rupanya aku sudah lapar..." ujar Lia. Krek krek krek Lia mengorek-ngorek bak sampah yang dia singgahi. "Ah...ada sisa roti..." wajah Lia berseri-seri. Sret Gut Lia meraih sisa roti itu dan mengunyahnya. °°° "Huh! Nasib pemulung seperti ini, susah senang selalu ditempat sampah." Seorang perempuan menarik napas lelah karena sudah dari pagi dia sudah keluar rumah untuk mengerjakan pekerjaan yang sudah digelutinya selama lebih dari sepuluh tahun. Krek krek krek Dia sedang mengorek-ngorek bak sampah untuk mencari botol bekas air mineral untuk dia jual. Krek krek krek Sret "Eh?" Perempuan itu terlihat bingung, "Um? Apa ini?" dia melihat sebuah jaket tertutup isi sampah yang berupa kardus, kertas kresek dan lain-lain. krek krek Perempuan itu menjauhkan sampah-sampah itu dan... "Astaga!" matanya melotot hampir lompat. "Manusia!" °°° Saya menulis cerita ini di platform D.R.E.A.M.E dan I.N.N.O.V.E.L milik S.T.A.R.Y PTE. LDT Jika anda menemukan cerita ini di platform lain, mohon jangan dibaca, itu bajakan.  Mohon dukungannya. Terima kasih atas kerja samanya.  Salam Jimmywall.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.2K
bc

Mengikat Mutiara

read
142.1K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.0K
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.3K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

MOVE ON

read
94.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook