bc

Wife for My Dad

book_age12+
4.4K
FOLLOW
65.3K
READ
arrogant
goodgirl
CEO
boss
student
comedy
sweet
bxg
enimies to lovers
teacher
like
intro-logo
Blurb

Bertemu dengan Miss Tata, guru yang memiliki semua hal yang diimpikan Miki sebagai sosok seorang ibu, membuat dia ingin memiliki Miss Tata sebagai mamanya.

Namun, rasanya sangat mustahil mewujudkan semua itu, mengingat sikap papanya kepada perempuan. Dengan caranya sendiri, Miki berusaha menjodohkan sang papa dengan Miss Tata.

Akankah mimpi Miki menjadi kenyataan?

chap-preview
Free preview
1. Miki Menghilang
    "Miki ke mana ya? Kok tumben belum datang?" Tata kembali melihat jam tangannya. Biasanya Miki tiba di sekolah pukul 06.45. Waktu ditanya alasannya, Miki bilang supaya ada waktu ketemu sama Tata. Tapi sekarang sudah pukul 06.55, kenapa Miki belum datang.     "Tumben ini anak dateng terlambat? Macet gitu jalanan? Atau jangan-jangan itu anak kesiangan bangun," gumam Tata pada diri sendiri. Namun Tata tidak bisa menunggu lebih lama lagi karena jam sudah menunjukkan pukul 06.58 dan dia harus segera ke ruang guru untuk ibadah pagi.      "Awas ya Mik …!" ujar Tata sambil berlari-lari menuju ruang guru. Tata membayangkan sambil tersenyum hukuman apa yang setimpal buat Miki karena sudah membuatnya harus berlari seperti sekarang.     Selesai ibadah pagi waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 dan sudah terdengar bel masuk. Tata tersenyum simpul melihat anak-anak yang berlarian menuju kelas masing-masing, akan tetapi matanya tidak menemukan sosok anak yang dia tunggu dari tadi.     "Lho …, kok nggak ada? Itu anak ke mana ya? Masa terlambat?" Untuk memastikan, Tata bergegas menuju pintu gerbang sekolah. Setibanya di sana, pintu gerbang sudah tertutup dan tidak ada siapapun di sana. Tata menghampiri pos keamanan dan bertanya pada petugas yang berjaga di sana.      "Permisi Pak?"     "Oh …, Miss Tata. Ada perlu apa Miss?" tanya Pak Ali, petugas keamanan.     "Eng …, tadi Bapak liat Miki, siswa kelas 2?" tanya Tata.     "Michael Kang?" ujar Pak Ali sambil berpikir.      "Iya Pak. Yang sering saya antar ke mobilnya." Tita menjelaskan.     Setelah berpikir Pak Ali menjawab, "Oh …, yang suka dijemput sama Pak Beno?"      "Iya Pak, betul. Bapak liat?"     "Wah ..., hari ini kayanya nggak masuk Miss. Soalnya sampe gerbang ditutup, saya gak liat anak itu. Mobilnya juga gak keliatan."     Tata terpaku mendengar penjelasan dari petugas keamanan. "Nah lho, trus itu anak ke mana?" Tata bergumam.     "Tumben amat nggak ngasih kabar." ujar Tata sambil mengambil ponsel dari saku celana. Kemudian Tata mencoba menghubungi Miki, tersambung namun tidak diangkat. Jangan-jangan itu anak sakit. Tapi kayanya nggak mungkin. Semalem masih baik-baik aja kok. Tiba-tiba Tata teringat dengan Bi Ira. Ditekannya nomor ponsel Bi Ira, dan tersambung.     "Halo," terdengar suara Bi Ira di seberang.     "Bi Ira? Bi, ini Tata."     "Oh Miss Tata. Ada apa Miss pagi-pagi udah telepon."     "Bi …," Tata bingung haruskah bertanya tentang Miki. Kalo hanya prasangka sendiri kan malu.      "Miss …, kok malah diem?" ujar Bi Ira.      "Gapapa Bi, tadinya mau ngomong sama Miki." Tata menjawab asal.     "Den Miki? Kan sekolah Miss. Memang Miss belum ketemu sama Den Miki?" tanya Bi Ira dengan nada bingung.     "Eh iya Bi, saya lupa. Kalo gitu saya tutup dulu telponnya ya Bi." Tata mematikan sambungan telepon dengan pikiran kalut. Di sekolah nggak ada, di rumah juga nggak ada. Terus dia ke mana? Miki jangan bikin Miss bingung dong …, kamu di mana?  Tata mencoba menghubungi nomor ponsel Miki lagi, akan tetapi hasilnya tetap sama, tidak diangkat. Sambil menghela napas, Tata kembali ke perpustakaan karena setelah jam istirahat kelas 4 akan ada jadwal untuk meminjam buku.      "Akhirnya …, selesai juga," ujar Tata sambil menyandarkan punggung di sandaran kursi. Setelah beberapa saat, Tata berdiri dan mengambil dompet. Lambung nya terasa perih, Tata tidak sempat sarapan tadi pagi, dan lupa untuk makan pada jam istirahat pertama. Tata mengurungkan langkahnya menuju ke kantin, dia berbalik arah menuju ke kelas 2B. Ingin memastikan apakah benar Miki tidak masuk hari ini.     Dari jendela, Tata melihat meja Miki kosong. Hati Tata kembali dipenuhi rasa khawatir. Belum pernah Miki seperti ini. Jika tidak masuk pasti memberi kabar kepada Tata. Anne kebetulan melihat Tata sedang berdiri di luar kelas melambaikan tangan meminta Tata untuk masuk ke kelasnya. Tata masuk ke dalam kelas dan menghampiri Anne.     "Ngapain kamu berdiri di sana, Ta?" tanya Anne.     "Aku nyari Miki. Dari tadi pagi aku belum ketemu sama dia."     "Aku baru mau tanya ke kamu, Ta …"     "Tanya apaan," sela Tata.     "Ih …, nggak sabaran banget sih," ujar Anne. Lalu Anne melanjutkan ucapannya, "Aku mau tanya kenapa Miki nggak masuk. Mungkin kamu tau, karena kalian kan deket."     "Aku juga nggak tau, Ne. Padahal semalem pas ngobrol di chat, dia malah bilang hari ini mau bawa bekal kesukaan aku."     "Kamu udah coba telepon, Ta?"      "Udah. Tadi aku telepon ke nomor Miki, tersambung tapi gak ada yang angkat. Terus aku telepon ke rumahnya, kata asisten rumah Miki sekolah. Perasaan aku jadi nggak enak, Ne."     "Tenang dulu, Ta. Semua pasti baik-baik aja," ujar Anne mencoba menenangkan Tata. Dia tahu Tata memang dekat dengan Miki, dan wajar jika Tata khawatir.     "Kamu udah coba kontak papanya Miki?" tanya Anne ke Tata.     "Ogah," ujar Tata cepat.     "Lho …?"  "Kamu aja Ne yang hubungi papanya Miki. Kan kamu Wali Kelas Miki." ujar Tata.     "Iya, Ta. Rencananya nanti setelah jam pelajaran usai, baru aku mau telepon."     "Ya udah Ne, aku mau balik ke perpustakaan. Tolong kabarin aku ya kalo ada perkembangan." Anne menganggukkan kepala. Tata pun berjalan keluar dari kelas 2B dan menuju ke perpustakaan, Tata menggerutu mengingat perkataan Anne kenapa bukan dia yang menghubungi papanya Miki.      "Gue telepon Tuan Nyebelin? Mending gue disuruh nyuci baju lima ember besar deh, daripada telepon itu orang."     "Orang super dingin, super jutek, super nyebelin." Membayangkan menghubungi Jericho, membuat Tata merasa mulas. Gimana kalo beneran dia harus menghubungi Jericho. Tata bergidik membayangkan hal itu.     Akan tetapi Tata semakin gelisah mengingat dia belum mendapatkan kabar dari Miki. Tata mencoba tetap berpikir positif, bahwa semua baik-baik saja. Tinggal menunggu beberapa jam sampai Anne menghubungi Jericho.            ***     Setelah pelajaran berakhir dan anak-anak sudah pulang, Anne mengambil ponselnya dan menghubungi Jericho.     "Halo, selamat siang." ucap Anne ketika telepon tersambung.     "Selamat siang Miss." Jericho menjawab.     "Maaf Pak, boleh saya menanyakan sesuatu?" tanya Anne hati-hati.     "Ada apa ya Miss? Langsung aja Miss, saya banyak kerjaan." jawab Jericho tanpa basa-basi.     "Duh nyebelinnya ini orang nggak ilang-ilang", batin Anne.      "Begini Pak. Saya ingin menanyakan keadaan Miki. Apa Miki sakit, Pak? Apa …"     "Miki baik-baik saja Miss," sela Jericho. "Bukannya Miss tadi ketemu sama Miki?"     Mendengar jawaban Jericho, Anne terkejut. Jadi Miki gak ada di rumah? Anne membatin kembali.     "Maaf sekali Pak, tapi hari ini Miki tidak hadir di sekolah. Karena itu saya menghubungi Bapak." ucap Anne perlahan.     "MAKSUD MISS APA DENGAN BERKATA MIKI TIDAK HADIR DI SEKOLAH!" Jericho berkata dengan suara tinggi. "SAYA YANG ANTAR MIKI SAMPAI KE MOBIL TADI PAGI! MANA MUNGKIN DIA TIDAK SAMPAI DI SEKOLAH?!"     "Pak mohon sabar dulu. Kami juga bingung Pak, tapi dengan marah tidak akan menyelesaikan masalah." ujar Anne mencoba untuk sabar.     "Bagaimana kalau Bapak datang ke sekolah sekarang? Supaya kita bisa sama-sama mencari jalan keluar yang terbaik."     "Oke. Saya segera ke sana!" Jericho langsung mematikan ponselnya.     Anne memandangi ponselnya, dan berkata, "Pantes Tata masih nggak mau diminta tolong menghubungi papanya Miki. Ternyata masih jutek dan dingin," ujar Anne.     Anne membereskan meja. Setelah itu dia keluar, menuju ke perpustakaan untuk memberi kabar pada Tata.              ***     "Argh …!" Tata menjerit perlahan, mencoba mengeluarkan sesak yang dirasakan sejak tadi. Tata mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Miki lagi. Tapi kali ini ponsel Miki mati. Tata menggigit bibirnya. "Kok nggak aktif," gumam Tata.     "Miki kamu di mana? Kamu kenapa? Tolong kabarin Miss dong. Miss beneran khawatir ini." Pintu perpustakaan terbuka, Anne melongok dari luar dan memanggil,      "Ta …?"     "Ya," jawab Tata sambil berusaha menahan tangis. "Masuk aja Ne."     Anne berjalan menghampiri Tata. Setelah dekat, dia melihat wajah kacau Tata dan bahwa gadis itu sedang berusaha menahan tangis.     "Ada apa Ne?" tanya Tata.     "Aku udah menghubungi papanya Miki."     "Terus apa kata dia?" sela Tata.     "Pak Jericho bilang, tadi pagi Miki berangkat ke sekolah, dan dia yang antar sampe ke mobil."      "Terus Miki ke mana dong?" ujar Tata sambil menangis. Runtuh sudah pertahanan Tata.     "Ta, sabar dulu ya. Kita tunggu sampe Pak Jericho tiba." ujar Anne sambil menggenggam tangan Tata yang masih menangis.     "Kamu ikut sama aku aja ke kantor Kepsek," usul Anne. "Biar kamu juga tau ada apa sebenernya."     "Jangan!" ujar Tata.      "Kenapa, Ta? Toh Miss Becky pasti ngerti."     "Bukan Miss Becky nya, Ne, tapi papanya Miki." ujar Tata. "Aku nggak mau urusan jadi makin rumit dengan kehadiran aku di sana."     "Maksud kamu?" tanya Anne kurang paham.     "Aku kan bukan Wali Kelas Miki, nanti apa kata dia kalo liat aku ada di sana? Biar aku tunggu di sini aja, Ne."      Anne diam memikirkan ucapan Tata. Setelah mengerti, Anne pun berkata, " Baiklah. Kamu tunggu aku di sini. Nanti aku kabarin berita selanjutnya."                    ***     Begitu mendengar berita dari sekolah, Jericho hilang akal. Bagaimana mungkin anaknya bisa tidak ada di sekolah.      "Vina," panggil Jericho pada sekretarisnya melalui interkom. "Tolong ke ruangan saya sekarang."     "Baik, Pak." jawab Vina. Setelah itu Vina langsung menuju ke ruangan Jericho, dan mengetuk pintu. Setelah dipersilahkan masuk, Vina berjalan menuju meja Jericho.     "Ada apa, Pak?" tanya Vina.     "Tolong batalkan semua acara saya. Saya ada urusan mendadak dan nggak akan balik lagi ke kantor." Vina terkejut mendengar perintah atasannya. Dia memperhatikan wajah atasannya. Baru kali ini Vina melihat wajah Jericho yang seperti ini. Pucat dan ada ketakutan membayang di raut wajah Jericho.     "Siap, Pak." jawab Vina. "Ada lagi, Pak?"     "Nggak ada." Setelah itu, Jericho langsung bangkit dari kursi dan berjalan meninggalkan ruangan menuju lantai bawah. Di mana kamu sekarang, Mik? Kenapa kamu lakuin ini ke Papa? Apa salah Papa sampe kamu begini? Apa kamu marah ke Papa karena kejadian kemaren? batin Jericho.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.3K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.4K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.0K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.6K
bc

Pesona Mantan Istri Presdir

read
14.1K
bc

KUBELI KESOMBONGAN IPARKU

read
45.8K
bc

Pengganti

read
301.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook