bc

Heartbreak Chronicles : Scarlet

book_age16+
348
FOLLOW
1.5K
READ
dark
family
badgirl
bitch
inspirational
drama
twisted
city
abuse
friendship
like
intro-logo
Blurb

Aku hanyalah aku.

Namun kamu bukan hanya kamu.

Dan selamanya akan seperti itu.

[Sequel of Heartbreak Syndrome: Disarankan membaca Heartbreak Syndrome terlebih dahulu]

chap-preview
Free preview
THAT MAN
London, Inggris. "Jadi, apa pesan yang ingin Anda sampaikan untuk para pembaca di novel kedua Anda ini?" tanya seorang wartawan. Aku menggenggam mikrofon. "Pesan?" aku diam sejenak. "Karena novel ini bertemakan cinta, saya ingin menyampaikan kepada para pembaca, terkhusus untuk anak-anak remaja yang mungkin menikmati cerita saya, bahwa sebenarnya cinta itu hanya tipuan. Tipuan hati yang menipu logika. Jangan pernah kalian ceroboh dengan cinta hingga akhirnya kalian sendiri yang akan tersesat dalam putaran batin." "Untuk kalian para remaja, masa dimana kalian hidup sekarang adalah masa-masa transisi menuju kedewasaan, jika kalian mengaku mencintai seseorang, perasaan itu hanyalah sebuah rasa simpatik dan kagum yang menyatu, sewaktu-waktu akan hilang. Percayalah," aku kembali mengambil jeda, lalu menghela napas. "Cinta yang sesungguhnya akan datang di waktu yang tepat. Cepat atau lambat, cinta yang sesungguhnya akan menemuimu, dengan segenap kebahagiaan dan kegembiraan yang mungkin tidak akan habis termakan waktu. Sekali lagi, percayalah," lanjutku, lalu berhenti bicara dan kembali tersenyum. Semua orang yang ada di acara launching ini kini bertepuk tangan, menghargai apa yang sudah aku katakan. Sebagian dari mereka ada yang terlihat tengah mencatat, mungkin mereka mencatat ucapanku tadi atau mungkin juga hal lain, sebagian wartawan juga terus memotretku dari berbagai sisi dengan kamera mereka yang canggih nan mahal. Sementara kebanyakan pengunjung yang lain memotretku dengan kamera ponsel mereka, sebagian ada yang melambai padaku dan aku pun membalasnya. Mataku bergerak ke sekeliling toko buku luas dimana acara ini berlangsung, menatap sekian banyak pengunjung dan juga cahaya cahaya kamera yang terkadang mengganggu penglihatan. Namun, mataku ini cekatan. Diantara sekian banyak pengunjung yang kulihat kini, ada satu sosok yang entah dengan keajaiban apa bisa tertangkap di penglihatanku. Aku tersenyum padanya, dan ia juga tersenyum padaku. Dia satu-satunya pengunjung yang hanya berdiri terdiam, tanpa memotret atau setidaknya menggenggam novelku yang di sesi nanti akan aku tanda tangani. Dia hanya berdiri tegak di sana, di tengah kerumunan orang, dengan gayanya yang keren sembari kedua tangan itu ia silangkan di depan dadanya. *** Jam setengah sepuluh malam. Acara ini baru saja selesai. Aku menghela napas dan langsung bersandar pada kursiku. Lelah. Tanganku rasanya pegal menandatangani entah berapa ratus novel tadi. Namun aku senang, sangat senang. "Keyrina!" Aku menoleh, dan seorang pekerja toko buku ini menghampiriku sambil tersenyum. Dia Alicia, pegawai toko buku sekaligus teman satu jurusanku di kampus. "Keren deh tadi, aku suka pesan yang kamu sampaikan ke pengunjung tentang novelmu," ujarnya. Aku tersenyum. "Tapi capek banget," keluhku kemudian. Alicia mengelus pundakku. "Ini bagian dari kerja kerasmu," ucapnya lalu tersenyum lagi. "Kelin!" seorang lelaki memanggil nama itu, aku menoleh dan laki-laki itu menghampiriku. Alicia mencolek tubuhku pelan, lalu ia tersenyum meledek. "Ehmm... aku lanjut kerja dulu ya, ada lantai yang harus di sapu," ujarnya, lalu tanpa jawabanku ia berlari kecil begitu saja. "s**u cokelat." Sebuah kemasan kotak s**u siap saji tiba-tiba dihadapkan di pandanganku. Aku langsung menerimanya dan tanpa basa-basi segera menusukkan sedotan ke kemasan tersebut dan meminumnya. "Ahh," ujarku lega kala kerongkonganku akhirnya basah dengan minuman favoritku ini. "Dari tadi gue di sini cuma di kasih air mineral, nggak berasa," ujarku padanya. Laki-laki yang menghampiriku ini sekaligus laki-laki yang sedari tadi berdiri di kerumunan pengunjung dan tersenyum padaku, dia Rolfie. Rolfie Alanzo. Dia sahabatku sejak kecil. Ibunya orang Inggris, dan ayahnya orang Spanyol, namun dia sedikit fasih berbahasa Indonesia karena aku sering tidak sengaja berbicara dengannya menggunakan bahasa Indonesia, namun karena keseringan mau tidak mau dia harus memahami diriku. Dia biasa memanggilku dengan sebutan 'Kelin' dan aku biasa memanggilnya dengan sebutan 'Olfie' atau 'Fie'. Itu sebenarnya bukan panggilan khusus atau spesial. Tidak sama sekali. Kami berdua terkadang membenci kalimat yang sehari-hari keluar dari mulut kami tersebut. Kedua nama itu terdengar kekanak-kanakan. Dahulu semasa kami kecil, aku kesulitan mengucap namanya yang masih terdengar asing dan sulit untukku, alhasil aku hanya bisa memanggilnya dengan sebutan yang menurutku paling mendekati namanya itu. Dan dia, sewaktu kecil kedua gigi depannya copot karena terjatuh dari ayunan, kedua gigi itu kembali tumbuh utuh lumayan lama, itu membuatnya kesulitan mengucap banyak kata karena lidahnya akan keluar dari barisan gigi setiap kali dia berkata-kata, dan gara-gara hal tersebut dirinya pun kesulitan menyebut namaku, ia hanya bisa memanggilku 'Kelina' waktu itu, namun mungkin karena terdengar terlalu panjang, akhirnya ia mulai memanggilku dengan sebutan 'Kelin'. Kami berdua sempat mencoba untuk saling memanggil dengan nama yang benar, tapi percuma. Hal itu nyatanya sulit. Kebiasaan yang sudah terbentuk sedari kecil itu seperti mengakar permanen dalam diri kami. Dan akhirnya kami pun menyerah. "Pulang yuk?" ajaknya. Aku mengangguk, dan beranjak berdiri. "See you guys later!" ujar Rolfie pada seluruh pegawai toko yang tengah beberes. Mereka serentak menjawab sembari beberapa dari mereka melambaikan tangan, aku pun begitu. Lantas tak butuh waktu lama aku menunggu di halaman luar toko, Rolfie akhirnya keluar dari parkiran dengan mobilnya, dan tanpa basa-basi lagi aku segera masuk ke dalam. "Restoran Indonesia itu masih buka nggak ya?" gumam Rolfie sembari menyetir. Aku tak menjawab hanya menaikkan kedua pundakku tanda tak tahu. Setelahnya, tak ada lagi perbincangan. Rolfie fokus menyetir, sementara aku fokus memandanginya. Tanpa sepengetahuannya, aku memandanginya lekat. Hidung mancung dan bentuk rahang yang tegas itu nampak jelas dari samping. Terkadang aku berpikir, bagaimana caranya Tuhan menciptakan Rolfie sedemikian rupa sempurnanya. Wajah tampan itu terkadang sangat teduh bila dipandang, terlebih lagi bila ia tersenyum padaku, namun wajah itu juga yang terkadang nampak sangat cemas dan khawatir semisal aku kenapa-napa, dan wajah itu juga yang mampu berubah sangat dingin dan datar kala aku membuat kesalahan. Aku jadi ingat awal kami kembali bertemu kala pertama kali aku kembali menginjakkan kaki di London. Kala itu, wajah tampannya menghadirkan ekspresi yang lain. Ekspresi kaget sekaligus bingung, waktu itu tatapan matanya lekat memandangiku, hingga akhirnya ia menyadari bahwa aku Kelin sahabat kecilnya. Awalnya aku sedikit lupa dengan dirinya, waktu aku baru kembali ke negara ini, pikiranku sangat kacau. Duniaku abu-abu. Yang menghiasi hari-hariku hanya tangisan kala itu. Dia banyak berubah, sampai-sampai aku hampir lupa siapa lelaki tampan yang kala itu tiba-tiba menegurku dan menatapku dalam-dalam. Lelaki perfeksionis di sebelahku ini, dahulu hanyalah seorang bocah kecil dengan gigi depan yang ompong. Seorang bocah kecil yang selalu kesulitan menyebut namaku. Seorang bocah kecil yang bahkan takut mengendarai sepeda roda dua. Dan kini, bocah kecil itu telah berubah menjadi lelaki dewasa. Menjadi lelaki yang diidamkan banyak gadis di luar sana. Gigi depan yang dulu pernah copot itu kini justru menjadi susunan gigi yang rapi dan sangat manis bilang dipandang kala ia tersenyum, cocoklah bila dijadikan model iklan pasta gigi. Tapi serius. Aku tidak bercanda. Rasa-rasanya aku telah menemukan Rolfie yang lain. Bukan Rolfie si bocah lugu yang dulu kukenal. Dari segi fisik memang dia banyak berubah, namun entah kenapa persahabatan kami layaknya mengakar kuat. Persahabatan itu masih sama, hanya kami saja yang sudah semakin dewasa. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.1K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.1K
bc

HYPER!

read
556.4K
bc

HELP ME - BAHASA INDONESIA (COMPLETE)

read
9.9M
bc

Wedding Organizer

read
46.6K
bc

Long Road

read
118.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook