bc

Melted

book_age0+
3.3K
FOLLOW
31.7K
READ
drama
sweet
EXO
like
intro-logo
Blurb

Perjuangan Cherry selama berbulan-bulan untuk melelehkan sebongkah es berbentuk cowok ganteng berkacamata bernama Nico mulai mendapatkan titik terang saat mereka tidak sengaja liburan bersama di Singapore. Tapi anehnya, sepulangnya dari Singapore, Nico justru semakin menjauh dan tak terjangkau. Apakah ini pertanda kalau usaha Cherry memang sejak awal adalah sia-sia?

Lalu bagaimana dengan Dika, sahabat baru Cherry yang juga merupakan sahabat karib Nico yang menyimpan rasa untuk gadis itu?

"All ice will be melt. They just takes place and the right temperature to be melted."

chap-preview
Free preview
Prolog
Cherry bersama dengan anggota kelompoknya selama MOS yang berjumlah lima orang kini sedang mengerubungi seorang cewek yang merupakan senior mereka dan juga anggota osis.   Saat ini para peserta MOS diminta untuk mengumpulkan tanda tangan para anggota OSIS sebanyak-banyaknya. Tetapi seperti tidak puas membuat para peserta MOS tersebut kerepotan, para anggota OSIS menambah keribetan proses minta tanda tangan itu dengan memberikan syarat bagi peserta yang meminta tanda tangan.   Yah walaupun tidak semua anak OSIS melakukan hal tersebut, karena ada beberapa diantara mereka memberikan tanda tangan secara Cuma-Cuma.   "Kak ayo dong kak, waktunya tinggal bentar lagi nih tanda tangannya masih kurang dua lagi," ucap seorang cowok tinggi yang menjadi ketua kelompok dimana Cherry berada.   Cewek senior itu cantik, di lehernya terpasang nametag panitia bernama Ardina Pasha. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan tampang senior galak, tetapi ekspresi jahil memenuhi wajah cewek itu.   "Eumm," Ardina memasang wajah pura-pura berfikir. Sengaja untuk membuat para juniornya merasakan panik. "Aduh gimana ya, mau sih gue ngasih tanda tangan ke kalian tapi gaasik deh kayaknya kalo gue kasih gitu aja tanpa usaha dulu," ucapnya dengan senyuman jahil.   Cherry mencibir pelan. Lha anjir, lo kira kita ngemis-ngemis gini bukan lagi usaha? Cherry lalu mendongakan wajahnya untuk menatap Ardina. "Please dong kak, yaudah gapapa deh dikasih mission dulu tapi tanda tanganin dulu deh kak, keburu abis waktunya nih!" ujar Cherry tanpa merasa takut sama sekali.   Keberaniannya untuk bicara membuat Ardina salut. "Wahh, bener ya? Yaudah sini mana gue tanda tanganin!" ucapan Ardina langsung direspon oleh ketua kelompok tersebut yang diketahui Cherry bernama Manaf.   Manaf maju mendekati Ardina dan mengangsurkan kertas milik kelompoknya dan Ardina menandatangani kertas tersebut.   Kelima anggota yang berisi dua laki-laki dan tiga perempuan itu kini siap menerima misi yang akan diberikan Ardina. Sejauh ini kelompok mereka sudah melakukan empat misi yang membuat urat malu mereka putus. Yah, setidaknya mereka memalukan bareng-bareng, bukan sendirian.   "Gue mau, elo, iya elo yang tadi!" ucap Ardina sambil menujuk Cherry yang seketika menegang karena dirinya ditunjuk.   "Sa—saya sendiri kak?" tanya Cherry gugup. Diliriknya wajah teman-temannya yang menatap prihatin ke arahnya. Hal inilah yang dikhawatirkan teman-temannya yang lain.   "Iya, sini, gausah takut tenang aja gue gak gigit!" ucap Ardina sambil tersenyum manis. Tentu saja meskipun senyumannya manis, mata Ardina berkilat jahil. Dan hal itu langsung membuat jantung Cherry berdebar cepat.   Cherry menghampiri Ardina dengan wajah pucat. Dia benar-benar takut seniornya itu mengerjainya dengan hal yang bisa mencoreng namanya. Well, meskipun Cherry orangnya 'agak' tidak tahu malu, tapi dia tidak siap jika harus melakukan hal memalukan sendirian saat ini karena sudah pasti namanya akan dikenang satu angkatan.   "Tuh, lo liat cowok yang lagi duduk di bawah ring basket?" tunjuk Ardina pada seorang senior cowok bertubuh tinggi yang sedang duduk dibawah ring basket bersama beberapa anak cowok lain.   Cherry lalu menatap Ardina dan cowok itu bergantian. Otaknya langsung berfikir yang macam-macam. Jangan bilang suruh nembak, please jangan—   "Lo kesana, minta minumnya dia dan lo harus minum di depan dia."   ANJRIT. INI SIH LEBIH GILA DARIPADA NEMBAK.   "Hah?" Bukan hanya Cherry tetapi anggota kelompok yang lain juga ikut tercengang oleh misi yang diberikan seniornya tersebut. Ardina sebenarnya tidak berniat untuk membuat juniornya itu malu, tujuan utama Ardina justru cowok yang sedang duduk dibawah ring basket.   "Gih, samperin!" Perintah Ardina sambil mendorong pelan tubuh Cherry ke arah lapangan. Karena posisi mereka saat ini ada di koridor yang bersebrangan dengan ring basket.   Cherry melirik wajah teman-teman kelompoknya yang hanya bisa berekspresi iba, lalu akhirnya Cherry memberanikan diri menghampiri cowok yang dimaksud Ardina.   Cherry menarik nafas. Dalam hati ia berujar 'bodo amat ga kenal gausah malu.' Tentu saja hanya untuk menyemangati dirinya.   Lapangan yang lebarnya hanya lima belas meter itu mendadak seperti lima belas kilo meter. Cherry menggigit bibirnya seiring langkahnya yang kian mendekat ke arah cowok itu.   "Per—permisi kak," sapa Cherry dengan nada bicara bergetar. Tidak dihiraukannya keberadaan cowok-cowok lain dilingkaran tersebut kecuali cowok yang ia tuju.   Cherry melihat cowok itu menatapnya datar dan dingin. Membuat Cherry semakin menggigit bibirnya. "Anu, saya—"   "Anunya kenapa neng?" celetuk salah seorang dari cowok-cowok tersebut membuat lingkaran cowok itu langsung dipenuhi tawa membahana. Semua tertawa kecuali cowok yang menjadi tujuannya.   Cherry tidak berani menatap ke arah wajah cowok minim ekspresi itu jadi gantinya Cherry menunduk menatap ujung sepatunya. Bodo amat kalau dirinya dicap tidak sopan.   "Saya boleh minta minum gak, kak?"   Sorak soray semakin riuh saat Cherry mengucapkan kalimat tersebut. Bahkan ada satu cowok langsung menyodorkan botol minumnya ke arah Cherry yang tentu saja ia abaikan.   "Udah dek, nih ambil punya kakak aja. Kalau kakak yang itu galak, gabakal mau ngasih!" ucap cowok itu bercanda.   Cherry tidak menghiraukan. Fokusnya tetap tertuju pada cowok yang kini menatapnya tajam. Namun tidak jelas ekspresi apa yang ia tunjukan karena wajahnya sangat datar, namun tatapan matanya begitu mengintimidasi.   "Co, kasih—"   "Siapa yang nyuruh lo?" tanyanya dingin.   Akhirnya, ini cowok ngomong juga. "Itu... kak Ardi—"   Cowok bertubuh jangkung itu berdiri, membuat Cherry merasa mungil dihadapannya.   Jantung Cherry berdegup saat samar-samar ia bisa mencium harum cologne yang maskulin dari tubuh jangkung tersebut. Cherry lalu memberanikan diri mendongak untuk menatap manik mata cowok itu. Matanya cokelat, sangat indah namun Cherry bisa melihat kabut kesedihan menyeliputinya.   "Balik sana!"   Cherry mengerjapkan matanya, antara terkejut dan bingung. "hah?"   Kekehan terdengar mengiringi Cherry, tentu saja dilakukan oleh sekelompok cowok yang ada disana. Lalu tanpa babibu cowok jangkung berwajah agak chinese itu meninggalkan Cherry diikuti sorakan teman-temannya.   "Nahloh, ngambek tuh!" ucap seorang cowok dan membuat Cherry mengernyit. Lah, ini apa-apaansih! Ngapain juga itu orang ngambek, Cuma dimintain minum doang padahal.   Cherry lalu melirik ke arah cowok-cowok yang sejak tadi meledeknya. Dan cowok-cowok itu sempat berdecak kagum saat menyadari kalau paras cewek yang sejak tadi mereka goda itu cantik.   "Wah, tau daritadi mukanya bening gini gue sikat deh!"   Mendengar ucapan cowok-cowok seniornya yang semakin tak jelas itu Cherry memilih pergi darisana dengan wajah lesu. "Kak, orangnya malah pergi," adunya pada Ardina. Ardina yang sudah tau hal itu akan terjadi hanya menunjukkan tawanya sambil menepuk-nepuk bahu Cherry.   "Hahaha, padahal seru kalo sampe dia nyamperin kesini marah-marah. Hmm berhubung lo gak berhasil berarti lo harus dihukum!"   Ucapan Ardina berhasil membuat Cherry mendelik tak percaya.   Sialan, gue dimanfaatin. Lagian ini orang ada hubungan apa coba sama cowok tadi sampe ngisengin kayak gini. Sial, sial!   "Din!" sebuah seruan membuat Ardina, Cherry dan teman kelompok Cherry yang lain ikut menoleh ke sumber suara.   Ternyata cowok yang tadi Cherry mintai minumlah yang memanggil Ardina.   Ardina baru akan membuka suara sampai akhirnya cowok itu menghampirinya. "gak lucu," ucapan dingin itu membuat Ardina justru tertawa.   "Ih yaudahsih Co, kan bercanda!" ujar Ardina sambil memegang lengan Nico. Keduanya terlihat akrab meskipun terlihat jelas ada dinding yang dibangun cowok itu sedangkan Ardina berusaha mengabaikan dinding yang dibangun.   "terserah." Lalu cowok itu berlalu meninggalkan Ardina dan lima junior yang memandanginya heran, termasuk Cherry. Namun sebelum benar-benar pergi ia melemparkan botol minumannya yang langsung segera Cherry tangkap.   "Gausah hukum dia."   Ardina lalu langsung mengibaskan tangannya mengisyaratkan agar junior-junior peserta MOSnya itu kembali ke barisan di lapangan utama. "Udah sana ngumpul di lapangan!" lalu Ardina berlalu pergi meninggalkan lima peserta MOS yang menggerutu untuk mengejar cowok itu.   "Ihh gara-gara dia kita lupa nyari satu tanda tangan lagi!!" seru seorang cewek yang Cherry ketahui bernama Hana.   Cherry lalu menghela nafas. "Udah deh pasrah aja!" ucapnya dan mau tidak mau empat anggota yang lain menyetujui ucapan Cherry dan mereka kembali masuk ke barisan. Sambil berjalan Cherry menatap botol di tangannya. Cowok itu berhasil membuatnya penasaran.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

CUTE PUMPKIN & THE BADBOY ( INDONESIA )

read
112.2K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.0K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.0K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.5K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook