bc

Deep End

book_age18+
876
FOLLOW
5.3K
READ
billionaire
arranged marriage
badboy
badgirl
bitch
drama
city
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Bagi Xander yang sangat mencintai kekasihnya, Elle, menganggap bahwa kehidupan pernikahan sekedar nama di atas kertas. Baginya, selama wanitanya adalah Elle, bukan menjadi masalah untuk dirinya terus bertahan.

Hingga satu keputusan yang di ambil orangtuanya membuatnya gamang, Xander sudah terjatuh terlalu dalam. Xander pikir, itu hanya sesaat karena sebuah keharusan dan kebiasaan bersama. Sayangnya, ketika wanita yang menjadi pilihan orangtuanya memengaruhi hatinya, Xander sadar ia telah kalah.

Lantas Amora yang berawal berpikir bahwa semua jalan yang telah di tempuhnya adalah benar, nyatanya membawa pada dirinya yang sekarat akan cinta diam-diamnya.

Sampai akhir, kisah ini terus berlanjut dan keduanya baru tersadar bahwa telah sama-sama terjatuh dengan dalam.

chap-preview
Free preview
1
Mata dengan gradiasi kecokelatan lembut itu baru saja terpejam setelah waktu menunjukkan pukul dua dini hari. Gadis dengan tatanan rambut sebahu berwarna cokelat yang senada dengan hazel matanya baru saja menyelesaikan debat menegangkan dengan kedua orang tuanya yang memaksa menikah dengan lelaki yang belum pernah ditemuinya. Ya, mau tidak mau pada akhirnya gadis itu menerima dengan berat hati keinginan kedua orang tuanya. Terutama ketika sudah menyangkut dengan Mommynya. Membuatnya tak pernah bisa menolak sekalipun ingin.   "Aku bahkan belum merasakan bagaimana rasanya bekerja setelah berjuang keras dengan ilmu hukum yang aku pelajari dibangku kuliah selama hampir empat tahun. Dan sekarang, lihatlah! Mom dan Dad memintaku untuk segera menikah tanpa memberiku ijin terlebih dahulu menghirup udara kebebasan," gerutunya pelan seraya mencoba mengingat percakapan kedua orang tuanya usai makan malam dan menyita waktu sampai dini hari ini.   Dalam benaknya, gadis cantik ini berpikir seperti apa rupa calon suaminya. Calon suaminya? Bibirnya sedikit tersenyum menyebut lelaki yang belum pernah ditemuinya dengan kata "calon suaminya".   "Oh Astaga." Helanya sambil menghirup udara lebih dalam lagi.   Tak dipungkiri jika hatinya sedikit menghangat. Entahlah. Sepertinya menerima keinginan orang tuanya adalah pilihan yang tepat. Setidaknya inilah cara berbalas budi untuk Mom yang sudah melahirkan dan merawatnya. Menyayangi dengan tulus dan menjaganya dengan sepenuh hati. Juga untuk Dadnya yang selalu menjaganya dari hal apapun.   Perlahan, mata indahnya mulai terpejam perlahan menuju alam bawah sadarnya. Dengan senyum tipis yang tak pernah hilang dari bibirnya.   ****   "Kau hanya harus menerimanya. Tolong, Mom hanya memintamu satu hal. Perlahan, kau akan mencintainya. Percayalah, Mom tak akan membuatmu menyesal karena mengenalnya. Gadis itu gadis yang tepat untukmu," tutur seorang wanita paruh baya kepada seorang lelaki yang tak lain adalah putranya sendiri. Putra sulungnya yang telah menjelma menjadi lelaki tampan penuh pesona dan berkharisma. Tak ayal, hal itu membuat sang Ibu khawatir luar biasa. Pasalnya, diluar sana banyak para gadis yang mengelu-elukan namanya. Tak hanya satu dua dari relasi bisnis suaminya yang menginginkan putranya untuk dijadikan suami bagi anak-anak mereka.   Lelaki tampan dengan sorot mata tajam itu hanya mampu menghela napas panjang dan tersenyum tipis kepada Momnya. Jika sudah Momnya yang meminta tak akan pernah bisa ia menolaknya.   "Mom, aku hanya mencintai satu gadis di dunia ini. Sungguh Mom. Aku mencintai Elle dan kami saling mencintai." Ungkapnya sedikit memberi penjelasan kepada wanita paruh baya yang dipanggilnya Mom. Wanita yang 27 tahun lalu melahirkan juga merawatnya dan memberinya kasih sayang yang tiada berujung.   Wanita itu hanya tersenyum tipis. Sudah menduga akan mendapat jawaban seperti ini dari putra sulungnya. Sambil berjalan dan mendekat serta memberinya pelukan hangat untuk putra tercintanya.   "Rasanya baru kemarin Mom memberimu ASI dan sekarang lihatlah kau sudah lebih tinggi dari Mom. Good night sunshine," ucap sang Ibu sambil lalu pergi meninggalkan putranya dan memberi ruang untuk berpikir.   Lelaki itu membalas senyuman Ibunya dan membalas pelukannya.   "Terima kasih Mom. Kau yang selalu mengerti aku."   ****   "Hei bangunlah sweety. Jangan buat calon suamimu berpikir kau gadis yang pemalas. Kau harusnya bangun lebih awal dari ayam. Tapi lihatlah, kau sungguh gadis pemalas," decak kesal seorang lelaki dengan rambut yang sedikit berantakan karena baru saja berenang di pagi hari yang cukup dingin karena musim gugur baru saja datang seminggu yang lalu.   Gadis yang di bangunkannya hanya menggeliat pelan dan merapatkan selimut tebalnya pada tubuh mungilnya.   "Oh ya ampun. Aku tak percaya jika gadis ini adalah adik kandungku. Kenapa sifatnya bertolak belakang denganku. Hei! Amora bangunlah sebelum aku menarikmu kekamar mandi," seru lelaki yang notabennya adalah kakak sulungnya.   "Diamlah kau Ian! Sungguh terkutuk kau yang mengganggu waktu tidurku," balasnya sengit dari gadis yang bernama Amora. Ya Amora Anderson. Putri kedua dari keluarga Anderson.   Sang kakak hanya mendecak kesal sambil lalu. Dan menggelengkan kepalanya mengingat kelakuan sang adik tersayangnya.   "Kau akan menyesal sungguh. Calon suamimu itu akan datang satu jam lagi. Dan lihatlah! Kau bahkan belum apa apa."   Mendengar penuturan sang kakak lantas gadis itu terbangun dan terduduk di ranjangnya, mencoba mencari kebenaran dari bola mata kakaknya.   "Benarkah? Tapi Mom dan Dad tak memberi tahuku. Jangan coba coba membohongiku Ian."   "Aku tak berbohong. Tanyakan saja pada Mom. Dad bahkan pergi ke bandara untuk menjemput calon suami juga ibu mertuamu itu adik manis." Usai dengan kata-katanya Ian Anderson, anak tertua dari keluarga Anderson lantas pergi keluar dari kamar adik tersayangnya dan langsung menuruni tangga untuk menemui Momnya yang berepot-repot untuk menyiapkan masakan.   "Morning Mom," sapanya pada sang Ibu sembari mengecup pipi kirinya.   "Morning sweety. Kau sudah membangunkan adikmu?" tanya sang Ibu sambil tak melepas spatula di tangan kanannya.   "Sudah Mom. Mungkin akan bersiap sebentar lagi. Aku bahkan tak percaya jika dia adikku. Sungguh bertolak belakang denganku. Memangnya apa yang Mom makan ketika mengandungnya?"   "Entahlah. Mom juga lupa. Kau ikut sarapan bersama kami dan juga Xander serta Ibunya bukan? Mom harap kau mau menyambutnya. Bagaimana pun dia akan menjadi adik iparmu."   "Hm." Aku akan bersiap Mom. Jawabnya singkat lantas menggerakkan kakinya kearah lantai dua dimana kamarnya berada.   ****   Xander melangkah turun dari jet pribadi yang membawanya juga Ibunya ke Toronto. Bisa ia lihat pepohonan yang mulai meranggas karena musim gugur baru saja menyapa Toronto. Kota kelahirannya. Rasanya sudah lama Xander tak pulang kesini. Terakhir kali ketika natal dua tahun lalu dan selebihnya waktunya ia habiskan untuk belajar bisnisnya di Belanda dan mengurus beberapa cabang kantor di sana.   Xander kembali ke Toronto. Mengurus perusahaan di sini dan menerima perjodohan juga menikah dengan gadis pilihan Ibunya. Xander akan mencoba menerimanya. Sekali pun ia tak memiliki rasa cinta untuknya. Cinta ini masih tetap untuk Elle. Gadis keturunan Jerman yang mampu meluluh lantakkan hatinya dalam satu kali pertemuan dan membuatnya tergila-gila hanya dengan senyumnya.   Kami bahkan belum saling mengakhiri hubungan ini namun Xander akan menikah dengan gadis lain. Sedikit tidak adil karena Ayahnya tak bisa menerima gadis pilihannya. Dan itu membuatnya tertekan selama hampir satu tahun terakhir. Namun Xander tahu, Ayahnya inginkan dirinya mendapatkan yang terbaik. Mungkin setelah pernikahan ini, ia akan menemui Elle di Los Angeles. Di apartemen yang kami tempati bersamanya selama hampir tiga tahun ini.   "Xander? Kau melamun?" Suara Ibunya—Malle—sedikit membuatnya kaget namun dengan cepat Xander menguasai air mukanya dan tersenyum simpul padanya.   "Hanya sedikit berpikir Mom," jawabnya singkat dan kembali menarik koper-koper yang berukuran tak terlalu besar.   "Ronald sudah menunggu kita. Cepatlah. Aku tak ingin membuatnya menunggu."   "Ya." Xander hanya menjawab singkat dan bergegas menuju ke arah pintu di mana pria paruh baya yang notabennya adalah sahabat juga calon mertuanya menunggu.   "Kuharap kau tak terlalu lama menunggu. Cuaca sedikit buruk dan penerbangan delay selama 30 menit," tutur Malle kepada pria yang bernama Ronald itu sambil menunjukkan senyum yang sedikit menyesal.   "No problem Male. Akupun baru saja tiba. Oh hai Xander. Kau bahkan sudah sangat dewasa dan tampan sekarang." Pria itu menyapa juga memberikan pelukan singkat pada Xander.   Xander hanya tersenyum dan mengangguk serta membalas pelukan singkatnya. Selanjutnya, Ronald menggiringnya dan Ibunya menuju mobil serta sopir yang sudah menunggu diparkiran.   Dapat ia lihat pemandangan dari luar jendela yang sepi karena waktu menunjukkan pukul enam pagi. Ya, Xander dan Ibunya mengambil penerbangan pagi dan sampai Toronto di saat orang-orang masih bergelut asik dengan selimut tebalnya.   "Aku benar benar merindukan kota ini,” batinnya sambil memasang earphone dan mendengarkan lagu dari Ipodnya.   **** Amora tak pernah berpikir lelaki berparas tampan ini adalah calon suaminya. Lelaki dingin dan sedikit angkuh. Terlihat dari bagaimana cara dia memandang orang lain.   Xander Rodriguez   Amora mengingat nama itu bahkan menyimpan dalam memori otaknya. Apakah sikapnya memang seperti ini. Acuh dan tak pernah peduli? Oh, dan jangan lupakan soal tatapan tajam matanya juga sikap dinginnya. Jika saja mata berhazle cokelat madu dapat membunuh orang, Amora orang pertama yang akan mati terbunuh oleh sorot tajamnya.   Namun entah kenapa, sejak satu jam yang lalu aku mencuri pandang dengannya, Amora justru semakin sangat ingin mengenalnya.   Salahkan ia? Amora bahkan belum pernah berpacaran atau menjalin hubungan dengan pria mana pun. Dan apa ini. Apa perasaan ini. Amora seakan-akan terlena oleh pesona tampan juga kharismanya.   Namun sungguh Amora meredam semua rasa itu. Hatinya belum sepenuhnya menerima pria ini. Amora bahkan tak tahu apa yang akan kita alami jika sudah menikah nanti.   Amora ingin menolaknya, sungguh. Namun Ibunya selalu memberinya penjelasan bahwa Xander, lelaki dingin itu adalah pria baik. Hanya perlu waktu untuk saling mengenalnya maka benih cinta akan bisa tumbuh.   Amora tak yakin. Ia bahkan tak yakin dengan hatinya.   Sarapan pagi ini diiringi dengan dentingan suara sendok dan piring yang saling beradu. Sesekali Ayah dan Ibunya mengajak Malle berbincang. Amora tak sedikit paham karena fokusnya terpecah.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
598.7K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

Dependencia

read
186.2K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook