bc

The Perfect Pilot

book_age0+
398
FOLLOW
2.7K
READ
tomboy
sensitive
police
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana setelah kau memutuskan untuk pergi?

Adakah yang kau rasa berbeda setelah hari-hari kita tak menemukan tawa lagi?

Ah, mungkin hanya aku yang merasakan ini seorang diri.

Ya, aku telah menetapkan hati. Jika kau pergi, aku pun lari. Namun, jika kau kembali, aku pun menghampiri.

-- Arka Bintang Reftara

"Cinta yang semu tak akan kembali."

Ya, itulah kata yang selalu aku tegaskan dalam hati.

Namun, mengapa kau datang lagi?

Membuatku sulit berbenah diri.

-- Reina Bulan Selkasa

.

.

.

chap-preview
Free preview
Prolog
Hello, welcome to my story! And enjoy the reading . "Reina? Assalamualaikum." "Reina?" "Waalaikumsalam. Eh, Arka. Sini, Sayang, masuk dulu." Arka--bocah sembilan tahun, penggemar roti s**u itu menggeleng. Tidak seperti biasanya, kali ini ia lebih memilih menunggu saja di luar. "Gak usah, Tante. Arka ke sini cuma mau ngajak Reina main sebentar doang, kok. Boleh, 'kan?" Perempuan setengah baya yang kerap disebut mama oleh Reina, melebarkan senyumnya. Ia tidak pernah melarang putri semata wayangnya bergaul dengan Arka. "Tentu boleh dong, Sayang. Sebentar, ya, Tante panggilin dulu Reinanya." Arka mengangguk. Sambil menunggu Mama Reina yang masuk kembali ke dalam rumah untuk memanggilkan putrinya, ia tolehkan kepala ke kanan dan ke kiri. Berjaga kalau-kalau temannya itu muncul dari tempat tak terduga. Ah, pasti munculnya dari dalam. "Arka!" teriak seseorang mematahkan dugaan Arka. Bocah perempuan yang sedari tadi ditungguinya ternyata datang dari samping rumah. "Ada apa?" tanyanya. Arka menggeleng. "Gak ada apa-apa. Ya udah, yuk. Arka mau ngasih tau sesuatu sama kamu." Menautkan jemarinya, ia langsung membawa Reina ke luar dari pekarangan rumah. "Arka, kita mau ke mana sih?" Arka menggumamkan kata rahasia, membuat Reina lantas mencebik. Ia paling tidak suka jika seseorang menyembunyikan sesuatu darinya. Terlebih, ini adalah Arka, sahabatnya. "Ish, licik! Giliran Arka aja boleh tau. Sedangkan Reina?  Bahkan, Rei cuma tanya aja dijawabnya begitu." Arka tersenyum. "Tadi kan Arka udah bilang, nanti juga tau. Masa mau nanya terus sih?" Reina tetap mencebik. Membuang muka dari Arka. "Arka cubit loh, kalau ngambek terus." Reina malah melepaskan tautan tangannya dengan Arka. Berjalan lurus mendahului. "Rei?" Bergeming. "Reina?" "Bulannya Arka?" Seperti sebuah mantra, langkah Reina pun akhirnya terhenti. Arka tersenyum, ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan, cepat ia raih tangan Reina, menautkan kembali jari jemari dengan Bulannya. "Nurut, 'kan cantik." Meski dipandang sinis, Arka tetap memboyong bocah perempuan berkuncir satu itu manis. "Sampai!" serunya menciptakan kerutan di kening Bulannya. Saat ini mereka memang berada di taman komplek yang terlihat tak terlalu ramai dari biasanya.  "Ngapain ke taman? Di sini kan lagi gak ada tukang mainan." Arka tertawa. Pikiran Bulannya ini sempit sekali. "Siapa juga yang mau beli mainan? Orang Arka ngajak kamu bukan untuk itu." "Terus?" Arka tidak menjawab, ia menepuk-nepuk rumput yang kini sedang diduduki, menyuruh Reina agar segera bergabung. "Nih," Ia menyodorkan dua lembar kertas putih, lengkap dengan satu buah spidol. "Ayo kita buat surat permohonan. Biar kalau kita udah besar, cita-cita kita bisa terkabul," lanjutnya. Reina memberi tatapan bingung. "Ya udah, Arka duluan deh yang tulis,"  putusnya, seraya menunduk dan mulai terlihat menulis.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.0K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.0K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.0K
bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
419.8K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.3K
bc

Kamu Yang Minta (Dokter-CEO)

read
292.5K
bc

MOVE ON

read
94.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook