bc

Dia, Suamiku.

book_age18+
16.3K
FOLLOW
185.5K
READ
love-triangle
contract marriage
love after marriage
dominant
CEO
bxg
city
coming of age
like
intro-logo
Blurb

Aku mencintainya, tapi dia memiliki seseorang yang ditunggu. Aku pun memilih bertahan demi menjaga putrinya dan menghadapi semua sikap dingin dari laki-laki yang ku cintai. Sampai suatu saat dia benar-benar membuatku ingin menjadi seorang iblis dan mengabaikannya, melupakan rasa cinta yang susah untuk ku hancurkan. Apakah bisa?

Citra Aryana.

chap-preview
Free preview
Awal.
Pernikahan yang terlihat megah namun terkesan tertutup membuat senyum Citra terlihat begitu bahagia, pernikahan yang ia tunggu-tunggu akhirnya terlaksana juga, tak ada rasa curiga apapun yang ada di hatinya karena ia tahu dirinya menikah pada orang yang juga mencintainya. Langkah kaki seorang wanita dengan heels yang tinggi membuat Citra menoleh dan tersenyum lebar ke arah wanita itu, meskipun dirinya tak mengenali hampir semua tamu, tapi ia tahu jika tamu-tamu itu adalah rekan suaminya. Citra tersenyum tipis saat melihat tangannya yang tadinya terulur untuk menyapa wanita itu kini diabaikan begitu saja, tatapan matanya beralih menatap ke arah suaminya yang diam saja saat wanita itu mencium kedua pipi suaminya tanpa rasa canggung sedikitpun. "Istrimu benar-benar cantik," kata Wanita itu dengan senyuman yang sangat mempesona. Tiba-tiba saja Citra merasa tak enak, dirinya tahu wanita itu sangat cantik, bahkan dirinya tak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan wanita itu. "Halo, aku Angela teman Anand." Kata wanita itu mengulurkan tangannya ke arah Citra. Citra pun mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah suaminya dan Angela secara bergantian, Citra menghela nafasnya pelan saat melihat suaminya memalingkan wajahnya dan memilih menatap ke arah lain. "Citra, terima kasih sudah datang ke pernikahan kami." Jawab Citra dengan sangat ramah. Angela pun tertawa dengan pelan, tatapannya terlihat sinis saat melihat cincin yang melingkar di jari manis Citra. "Sudah pasti aku akan datang, jika tidak mungkin aku akan menyesal karena tak bisa melihat wajah dia saat ini." Jawab Angela yang langsung saja membuat Anand terdiam. Angela pun berpamitan untuk pergi terlebih dahulu, membiarkan tamu undangan lain yang datang untuk mengucapkan selamat pada keduanya. "Apa kamu tak cemburu? Sepertinya ada sedikit masalah pada wanita itu." Bisik Erika pelan yang langsung saja membuat Citra terdiam dan menatap ke arah suaminya yang terus menatap ke arah Angela berada. "Nggak masalah, mereka berteman baik kok." Jawab Citra yang langsung saja membuat Erika terdiam dan menepuk pelan bahu Citra. "Ingat, jika ada sesuatu jangan sungkan untuk bilang sama aku dan juga Tasya, btw Tasya nggak bisa datang karena ada sedikit masalah dengan Gibran, jadi dia nitip ucapan selamat untuk kamu." Kata Erika sedikit keras, dan anehnya suami temannya itupun tak sedikitpun menoleh ataupun penasaran dengan apa yang di bicarakan oleh istri dan juga temannya. "Jangan jadi orang baik jika pendampingmu tak baik." Kata Erika lagi seraya berlalu pergi setelah mengucapkan kata-kata itu pada Citra, Erika pun memilih untuk tak menyapa suami temannya yang sudah terlihat sekali jika laki-laki itu sangatlah b******k. Pesta pernikahan yang cukup megah itu akhirnya berakhir, semua keluarga langsung pulang meninggalkan kedua pengantin yang sengaja di tinggalkan di rumah sendirian, Ara pun di bawa pulang oleh kakeknya agar tak mengganggu suasana hangat pengantin baru. "Mandilah, lalu tidur, kamu pasti lelah." Kata Anand yang langsung saja di jawabi senyuman manis oleh Citra. "Kalau gitu aku mandi dulu ya mas," pamit Citra dengan suara pelan, meninggalkan Anand yang masih ada di ruang tamu. Anand menghembuskan napasnya pelan, tangannya bergerak menyentuh pipinya yang tadi di cium oleh Angela, entah kenapa hatinya terasa sakit saat memikirkannya. Wanita yang selalu menolak ajakan pernikahan darinya demi karir yang ia banggakan, padahal jika mau Anand pun mampu untuk memberikan semuanya. Sudah hampir 10 tahun dirinya menunggu Angela siap untuk menikah dengannya, tapi tetap saja wanita itu masih mementingkan karirnya dan mengusulkan dirinya untuk menikah dengan wanita lain demi sosok Ara yang membutuhkan sosok seorang ibu. Setelah beberapa menit di dalam kamar mandi, Citra pun keluar dan menatap kamar yang kosong, matanya melirik ke arah jam dinding yang ada di kamarnya, sudah selarut ini dan kenapa suaminya belum masuk ke kamar juga? Citra pun bergegas ganti baju dan berjalan keluar kamar untuk membangunkan suaminya yang ia pikir tertidur di sofa ruang tamu. "Gimana rasanya menikah dengan orang lain?" Suara yang terdengar dari seorang wanita membuat Citra terdiam, matanya menatap lurus ke depan di mana suaminya berdiri bersama seorang wanita yang tadi ia temui. "Ah, aku benar-benar ingin tertawa, kenapa juga wanita itu mau menerima cincin yang bahkan udah aku tolak? Bener-bener menyedihkan." Lanjut wanita itu yang langsung saja membuat Citra melirik ke arah jari manisnya, di mana ada cincin pernikahan yang tersemat manis di sana. "Berhenti bicara omong kosong, aku menikah demi Ara, kamu tahu sendiri kan kalau Ara butuh sosok seorang ibu, sedangkan kamu? Kamu bahkan tak peduli pada darah dagingmu sendiri." Kata Anand sedikit marah, tentu saja ia marah saat perasaannya seolah sedang di permainkan oleh wanita yang ia cintai. Angela tersenyum tipis dan berjalan mendekat ke arah Anand, kedua tangan Angela bergerak melingkar di leher Anand dengan gerakan yang sensual, membuat Citra menutup bibirnya tak percaya saat melihatnya. "Tenang saja, nanti saat waktunya tiba, kita akan menikah, dan kamu bisa bebas dari wanita jal*ng itu, Anandku yang malang." Kata Angela yang langsung saja melumat bibir Anand dengan cepat, dan tentu saja semua itu di sambut hangat oleh Anand. Citra jatuh terduduk saat melihatnya, ada apa sebenarnya? Kenapa kehidupannya seperti ini? Dan begitu menyedihkan? "No, aku menolak untuk ranjang." Suara Angela yang kembali terdengar membuat Citra menoleh dengan cepat dan menatap ke arah Angela yang membenarkan kancing kemejanya yang sudah terbuka. "Aku akan pulang, sana kamu coba istrimu, meskipun dia pernah di pakai orang lain seperti yang dia katakan, mungkin saja miliknya masih sedikit hangat untuk singgah." Lanjut Angela yang langsung saja mengecup pipi Anand kanan kiri dan berlalu pergi ke arah pintu. Anand yang kesal pun langsung saja melempar vas bunga ke arah dinding yang menimbulkan bunyi yang nyaring, Citra yang takut pun memilih untuk kembali ke kamar dan pura-pura tidur. Citra tidur dengan tak tenang, rasa takut dan juga sakit hati ia rasakan bersamaan, ingin menangis tapi tak berani. Setelah beberapa menit berlalu, Anand pun masuk ke dalam kamar, tatapannya ia arahkan ke arah Citra yang tertidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya dari bawah sampai sebatas d**a. Anand mengambil nafasnya panjang dan berjalan ke arah kamar mandi, dirinya benar-benar tak bisa melakukan semua itu pada istrinya, atau dirinya akan menyakiti wanita itu. Citra membuka matanya saat suara pintu kamar mandi tertutup, dadanya kembali terasa sesak hingga rasanya ingin menangis saat itu juga. Citra terkejut saat suara pintu kamar mandi terbuka lagi, dengan cepat Citra menutup matanya dengan cepat, hingga akhirnya kamar itu terlihat gelap setelah Anand mematikan lampunya. Citra membuka matanya, mengintip ke arah suaminya yang berjalan ke arah sofa yang ada di dalam kamar dan tidur di atasnya, Citra tahu dirinya tak cukup suci untuk pengusaha kaya seperti suaminya, dan dirinya pun sadar jika keberadaannya hanyalah sebagai seorang ibu untuk Ara, putri angkatnya. Pagi menyapa begitu cepat, Anand bangun dan berkutat di dapur karena hari ini pembantu rumah tangganya masih libur. Anand berniat menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri dan juga orang baru yang ada di dalam rumahnya, setidaknya dirinya harus bersikap baik pada wanita yang sudah menjadi istrinya agar wanita itu juga berlaku baik pada putrinya. "Sayang, papa kangen." Kata Anand yang saat itu masih memotong beberapa sayuran sambil menghubungi putrinya lewat sambungan telponnya. "Papa, Ara juga kangen, Papa jangan buat adik dulu, Ara nggak mau kalau mama Citra di ambil alih sama adik Ara nanti." Suara riang dari Ara yang terdengar nyaring membuat Anand tersenyum tipis. Citra yang baru saja masuk ke dapur terdiam saat mendengar suara Ara, tatapannya beralih ke arah ponsel suaminya yang menyala, menandakan laki-laki itu sedang bertelpon dengan putrinya dan tentu saja dengan speaker yang di aktifkan. "Kalau gitu Ara pulang dong, nanti kalau Ara nggak pulang-pulang papa nggak punya pilihan lain selain membuat adik baru untuk Ara." Suara renyah yang terdengar dari bibir laki-laki itu membuat Citra tersenyum tipis, tak mungkin juga dirinya akan memiliki anak dengan laki-laki yang tak mencintainya, tentu saja dirinya tak ingin aborsi untuk kedua kalinya. Citra melangkahkan kakinya untuk mendekat dan berdiri di samping suaminya, mengambil alih pisau yang tadi di pakai suaminya untuk memotong sayuran yang ada di depannya. "Sudah bangun? Apa tidurmu nyenyak?" Sapa Anand dengan nada suara yang sangat lemah lembut, jika saja Citra tak tahu apa yang terjadi tadi malam tentu saja dirinya akan semakin jatuh cinta pada laki-laki yang menjadi suaminya itu. "Nyenyak banget mas," jawab Citra pelan seraya tersenyum tipis yang di paksakan. "Ayah, apa itu mama?" Pertanyaan yang terdengar dari suara Ara membuat Citra menoleh cepat dan tersenyum lebar, membuat Anand menenggak liurnya pelan karena melihat senyuman Citra yang terlihat sangat manis. "Ara, ini mama sayang, Ara kapan pulang? Mama kangen." Balas Citra dengan nada andalannya, lembut dan sangat menyenangkan untuk anak-anak. "Mama, nanti Ara akan pulang setelah pulang sekolah, mama Ara mau makan masakan mama lagi." Jawab Ara dengan antusias. "Siap, nanti mama pasti masak makanan kesukaan Ara, Ara sekolahnya yang pintar ya." Balas Citra lagi masih dengan senyuman lebarnya. Anand terdiam, bahkan istrinya tak merasa canggung ataupun tak suka pada putrinya, lalu kenapa Angela selaku mama kandung Ara selalu menolak dan tak suka pada Ara? Panggilan pun terputus setelah Ara mengucapkan salam perpisahan, bahkan sampai bunyi sambungan telepon terputus pun Citra masih tersenyum dengan lebar, seolah-olah wanita itu memang sangat menyukai berinteraksi dengan Ara. "Kamu nggak ada kelas hari ini?" Tanya Anand yang langsung saja membuat Citra menoleh dan sedikit demi sedikit menghilangkan senyumannya. "Enggak, mas Anand kalau ada meeting bisa pergi mandi dulu, biar aku yang masak." Jawab Citra sebisa mungkin untuk menghargai suaminya itu. Bagaimanapun juga ajaran Alisya yang terus menerus menghormati suaminya membuat Citra berusaha sebaik mungkin untuk mengikutinya. "Hari ini aku libur, masak pengantin baru langsung masuk kerja." Jawab Anand berniat menggoda Citra yang malah ingin tertawa keras saat mendengarnya. "Ara, dia putri Angela yang kemarin itu kan?" Tanya Citra memberanikan diri, dirinya tak ingin terus terdiam dan pura-pura tak tahu apapun, bagaimanapun juga dirinya sudah tahu dan tak mungkin juga untuk terus bersikap bodoh untuk waktu yang lama. "Dari mana kamu tahu?" Pertanyaan suaminya yang terdengar dingin membuat Citra meletakkan pisaunya dan mendongakkan kepalanya menatap ke arah suaminya yang memang lebih tinggi darinya. "Wajah mereka sama," jawab Citra dengan tenang, matanya masih menatap ke arah suaminya yang terlihat marah. "Jangan pernah bilang apapun pada putriku, katakan saja jika ibunya sudah m*ti." Balas Anand yang langsung saja membuat Citra terdiam dan menundukkan kepalanya pelan. "Sekarang Ara putriku, jadi sampai kapanpun akan tetap menjadi putriku, dan tak akan memiliki ibu lain." Kata Citra yang langsung saja meneruskan kegiatannya. "Aku keluar," kata Anand yang langsung saja pergi meninggalkan Citra di dapur sendirian. Citra memegangi kedua wajahnya dengan kedua tangannya, tatapannya tiba-tiba terasa buram karena air matanya yang berhasil keluar, ia tak menyangka jika rasanya akan sesakit ini. Suara sepatu yang kembali terdengar membuat Citra mengusap air matanya dengan cepat, ia tak akan pernah membiarkan laki-laki jahat itu melihat air matanya dan mengolok-olok dirinya yang sudah jatuh pada pesona laki-laki itu. "Aku akan pulang siang sekalian menjemput Ara, aku juga akan sarapan di luar jadi tak perlu memasakkan untukku," kata Anand seraya mengambil ponselnya dan berlalu pergi meninggalkan Citra yang kembali menangis pelan. Pernikahannya tak akan baik-baik saja, dan untuk itu semua dirinya tak perlu bersusah payah untuk memperjuangkan semuanya, yang perlu ia perjuangkan adalah Ara, meskipun dirinya bukanlah ibu kandung anak itu, tapi dirinya sudah sangat cocok pada Ara. Citra kembali meneruskan kegiatannya dan di akhiri dengan sarapan sendirian di rumah sebesar itu, dan tiba-tiba saja dirinya teringat saat-saat tinggal di rumah Alisya dan Gerald, dirinya sangat ingat bagaimana harmonisnya hubungan yang ada di dalam rumah itu. "Kak, bantu aku agar dapat bertahan dalam hubungan yang salah ini." Gumam Citra pelan. Seharian Citra membersihkan rumah itu untuk menunggu kedatangan putrinya, sisa-sisa vas semalam sudah bersih dan bahkan tak ada pecahan yang di tinggalkan di tempat sampah. Membuat Citra berpikir jika Anand adalah laki-laki yang mengerikan. Suara mobil yang berhenti membuat Citra menghentikan gerakannya dan dengan cepat mengembalikan sapu dan juga alat lainnya yang tadi ia gunakan. "Mama." Teriakan yang terdengar setelah suara pintu terbuka membuat Citra menoleh dan berlari ke depan untuk menyambut kedatangan putrinya. "Ara, mama di sini." Panggil Citra yang langsung saja berlari menghampiri putrinya yang juga berlari ke arahnya. "Mama, Ara nggak mau punya adik." Kata Ara yang langsung saja membuat Citra tertawa mendengarnya. "Siapa yang mau bikinin Ara adik? Mama kan maunya cuma Ara, nggak ada adik." Jawab Citra dengan cepat. Anand terdiam di tempatnya, tatapannya ia arahkan ke arah Citra yang berbicara tanpa ragu, seolah-olah wanita itu benar-benar tak menginginkan anak darinya. "Makasih mama, Mama yang terbaik." Balas Ara yang langsung saja memeluk Citra dengan cepat. Citra memeluk Ara dengan sedikit tak nyaman saat sudut matanya tak sengaja melihat suaminya terus menerus menatap ke arahnya dengan tatapan yang sedikit berbeda dari biasanya. "Karena Ara sudah besar, Ara tidur di kamar sendiri ya, mama tidurnya sama ayah." Kata Anand yang langsung saja menghampiri keduanya dan memisahkan pelukan keduanya. "Ara mau tidur sama mama." Jawab Ara tak terima dengan kata-kata ayahnya. "Nggak boleh, kalau Ara masih mau tidur sama mama, Ara akan papa antar ke rumah kakek lagi." Kata Anand lagi. Citra terdiam, kenapa juga suaminya melarang putrinya untuk tidur bersama? Toh keduanya tak akan melakukan apapun mengingat laki-laki itu jijik pada masalalunya hingga menceritakan semuanya pada mantan kekasihnya itu. "PAPA JAHAT." teriak Ara dengan keras dan berlari ke arah kamarnya. "Jangan terlalu kerasa sama anak kecil, lagian kenapa kalau kita tidur bersama, bukankah semalam kamu juga tidur di sofa?" Tegur Citra sedikit kesal, dan berlalu meninggalkan Anand untuk mengejar putrinya. Anand terdiam di tempatnya, jika istrinya tahu jika dirinya tidur di sofa berarti ada dua kemungkinan. 1. Istrinya tahu semuanya, 2. Istrinya tak sengaja terbangun di tengah malam. Citra membuka pintu kamar Ara dengan pelan, senyumnya pun mengembang dengan sangat manis. Diam-diam Anand pun ikut menyusul kepergian Citra yang menyusul putrinya dengan pelan. "Ara," panggil Citra pelan seraya membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh anak itu. "Ara nggak boleh marah sama orang tua," lanjut Citra lagi dengan suara pelan. "Tapi ayah jahat, ayah bilang akan membuat adik untuk Ara, Ara nggak suka punya adik." Balas Ara tercampur dengan suara Isak tangisnya yang terdengar sedikit menyakitkan di telinga Anand. "Ara, bangun dulu." Pinta Citra yang langsung saja membuat Ara menurut. Pertama-tama Citra membantu melepaskan tas punggung yang masih melekat di tubuh putri angkatnya itu, setelah itu Citra pun membantu melepaskan sepatu dan juga kaus kaki yang juga masih di pakai Ara. "Ara mau ganti baju dulu?" Tanya Citra dengan suara pelan. Ara menggeleng dengan cepat, tangannya bergerak untuk melepas ikat pinggangnya sendiri, namun tangan cekatan Citra dengan cepat membantu Ara untuk melepaskannya. "Ara nggak mau punya adik." Rengek Ara lagi dengan suara seraknya. "Ara nggak akan punya adik, mama juga nggak mau buatin adik buat Ara." Jawab Citra dengan cepat. Ara terdiam dan terus menatap ke arah mamanya, mencari kebenaran dari apa yang di katakan oleh mama barunya. "Tapi ada satu syarat." Lanjut Citra yang langsung saja membuat mata Ara melebar. "Ara nggak boleh marah-marah sama orang tua, entah itu mama, papa, kakek ataupun orang lain yang lebih tua dari Ara, Ara harus ingat ini baik-baik ya." Kata Citra yang langsung saja di jawabi anggukan oleh Ara. "Jangan benci siapapun yang lebih tua, jadi nanti Ara jangan lupa minta maaf sama ayah ya?" Lanjut Citra lagi dengan suara pelan. Anand terdiam di tempatnya, dirinya mendengar semua yang di ajarkan Citra untuk putrinya, pilihannya memanglah tidak salah, yang salah adalah hatinya yang mencintai wanita lain dengan begitu dalam hingga tak mampu untuk memulai hubungan baru bersama orang lain, sekalipun istrinya sendiri. "Apa Ara juga tak boleh benci sama mama kandung Ara?" Pertanyaan yang terdengar membuat Anand menoleh dan menatap keduanya dengan tatapan tajam, ia penasaran dengan apa yang akan di katakan oleh Citra pada putrinya di saat wanita itu sudah tahu kebenaran akan kehadiran Ara di dunia ini. "Apa Ara punya foto mama Ara?" Tanya Citra yang langsung saja di jawabi anggukan oleh Ara, Citra pun menatap ke arah anak angkatnya yang langsung saja menuju ke arah nakas yang ada di samping ranjangnya. "Kata papa, mama Ara sudah meninggal dan mama Ara juga sangat sayang sama Ara, tapi Ara marah sama mama karena nggak mau tinggal sama Ara." Kata Ara seraya menyerahkan foto mamanya ke arah Citra. Citra menatap ke arah foto itu dengan tatapan tajam, bahkan matanya pun terbuka dengan lebar karena foto itu adalah foto Angela yang sangat cantik. "Papa juga punya teman yang mirip sekali dengan mama, tapi kata papa itu bukan mama Ara, karena mama Ara sudah meninggal." Lanjut Ara yang langsung saja membuat Citra terdiam. Bahkan Ara juga mengenali sosok mamanya dengan baik, mungkin jika suatu saat Ara tahu akan orang tua kandungnya, di saat itu juga Citra tak akan mampu untuk menahan putri angkatnya itu. "Karena mama Ara sayang sama Ara, Ara nggak boleh benci sama dia, Ara harus doain mama agar mama baik-baik saja." Kata Citra yang langsung saja di jawabi anggukan oleh Ara. "Mama, Ara lapar." Kata Ara yang langsung saja membuat Anand keluar terlebih dahulu dari kamar putrinya itu, kata-kata yang di ucapkan oleh Citra tak akan pernah ia lupakan, setidaknya wanita itu mengajarkan hal-hal baik pada putrinya meskipun wanita itu sudah tahu apa yang sudah ia lakukan. Anand berjalan ke arah meja makan, dan duduk dengan pikiran yang kemana-mana, ia tak tahu harus sampai kapan menahan wanita itu untuk tetap di sisi putrinya, sedangkan dirinya masih terus menerus menunggu kedatangan Angela setelah siap untuk menikah dengannya. Suara riang Ara dan Citra terdengar di telinga Anand, tatapan Anand tertuju pada dua orang wanita yang saat ini menempati rumahnya. "Ara duduk dulu sama papa ya, jangan lupa dengan apa yang tadi mama katakan, mama akan siapa makannya dulu." Kata Citra kembali mengingatkan putrinya dan berlalu ke arah dapur. Ara berlari mendekat ke arah Papanya dengan senyuman manisnya, dan tentu saja Anand juga tersenyum dan menyambut kedatangan putrinya dengan senang. "Papa, Ara minta maaf ya, karena sudah teriak-teriak sama papa, Ara janji nggak akan mengulanginya lagi." Kata Ara yang langsung saja mendapatkan ciuman dari Anand. Hati Anand tiba-tiba saja menghangat saat mengingat bagaimana Citra mengajari putrinya dengan baik, bahkan Anand berani bertaruh jika dirinya akan mencintai wanita itu jika tak ada Angela di dalam hatinya. Sayang sekali Anand belum mampu membuka hatinya untuk wanita lain, karena Angela masihlah menjadi wanita yang paling ia cintai sampai saat ini. Tbc

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook