bc

No Need Affection

book_age18+
3.7K
FOLLOW
49.0K
READ
family
fated
drama
tragedy
twisted
sweet
bxg
Writing Academy
Girlpower Revenge Writing Contest
Supreme Me Fiction Writing Contest
like
intro-logo
Blurb

Sarasvati Bratawijaya hanya menginginkan Nataniel Hendra Liam di dalam hidupnya, tak peduli bahwa laki-laki itu tak akan pernah meliriknya apalagi mencintainya. Baginya, Nata yang tak membatalkan pertunangan mereka sudah lebih dari cukup.

Ya.

Seharusnya itu cukup baginya. Dia sudah terbiasa hidup dalam minimnya kasih sayang. Jadi tingkah laki-laki itu yang mengabaikannya seharusnya bukan jadi masalah

Tidak apa-apa.

Nata tak perlu memberinya cinta.

Tapi bagaimana jika dunia memberitahunya bahwa dia lebih serakah dari itu semua?

chap-preview
Free preview
Prolog
"Bu Saras, semua sudah siap" Aku terkesiap ketika mendengar suara itu. Pandanganku yang daritadi menatap sebuah undangan teralihkan secara penuh, terpecah, sama seperti deru nafasku yang terpecah karena kekagetan ini. Titania akan menikah? Lalu bagaimana dengan tunanganku, Nata? Bukan.. bukannya aku tidak senang satu-satunya sainganku itu akan menikah, tetapi ada yang terasa janggal disini, aku tau mereka berdua masih berhubungan bahkan hingga bulan lalu mereka masih pergi bersama meskipun aku sudah memohon kepada Tania untuk tak lagi mendekati Nata ataupun meladeninya. Kupikir, Tania selama ini hanya mengabaikan permintaanku dan ucapannya yang akan menikah padaku saat aku mendatanginya beberapa bulan yang lalu itu hanya omong kosong belaka. Aku tidak menyangka bahwa itu kenyataan. Dia ternyata tak seburuk itu. Pernikahan seperti apa yang dia jalankan ketika hatinya sepenuhnya kepada Nata? Aku benar-benar ragu akan itu, dia bahkan rela menjadi yang kedua hanya karena rasa cintanya pada Nata. Dan perasaan Nata masih sepenuhnya milik Tania. Baiklah, tidak perlu protes, memang sebenarnya aku yang kedua, yang merambat masuk kedalam kehidupan cinta mereka melalui perjodohan dua keluarga. Tapi aku dan Nata sudah bertunangan, meskipun hati Nata tak akan pernah kudapatkan. "Lanjutkan shooting tanpa saya" aku segera berjalan keluar setelah memberitahu asistenku dan memilih menghubungi Nata yang mungkin saat ini sedang berkutat dengan pekerjaannya. Jari-jariku yang akan menekan call terhenti ketika suatu pikiran langsung masuk ke dalam otakku. Nata tak pernah suka aku mengganggunya. Baiklah, masa bodoh. Aku hanya ingin tau keadaannya sekarang. Dengan d**a bergetar aku mengarahkan ponselku ke telinga, mendengar sambungan itu tersambung dan beberapa detik kemudian langsung diangkat olehnya. Oleh orang yang berhasil merebut seluruh perhatianku selama ini. "Halo?" suara beratnya langsung membuatku merinding seketika. Aku tersenyum, sudah berapa hari kami tidak saling menghubungi? Bodoh Saras, bisa-bisanya aku mengharapkan sesuatu yang tak mungkin terjadi. Jika bukan aku yang menghubungi Nata, dia tidak akan pernah repot-repot menghubungiku. Jika tidak Tante Olla yang mempersiapkan acara kencan kami, demi bumi dan langit dia tak akan pernah mengajakku berkencan. Ya, seperti itu orang yang kucintai. "Halo? Kalau kamu nggak mau ngomong saya tutup, saya cukup sibuk" ujarnya dingin. "Mbak Tania akan menikah?" tanyaku langsung. FYI, Titania satu tahun lebih tua dariku. Diam beberapa detik, membuatku yakin dia sedang berpikir. "Kamu sudah menerima undangannya?" tanyanya pelan, aku bisa mendengar emosi tertahan dari suaranya. Bolehkah aku tertawa sekarang? Seharusnya aku khawatir dia akan bunuh diri karena cintanya akan dipersunting laki-laki lain, tapi yang kurasakan sekarang hanya kelegaan dan harapan yang akan segera muncul akan hubungan ini. "Udah, baru aja. Kamu..." "Yasudah" Tut. Sambungan terputus. Benar-benar membuatku geram. Tapi detik berikutnya yang kurasakan hanya rindu. Aku merindukan suaranya, meskipun aku tau dia tak akan merindukanku. Aku menginginkan bertemu dengannya meskipun yang dia mau aku lenyap dari dunia ini. Tidak apa, tidak akan apa-apa. Aku tidak akan apa-apa meskipun dia tak mencintaiku. Nata tak perlu mencintaiku, dia hanya perlu disampingku, menjadi pendampingku. Aku tidak butuh cintanya. Ucapan bodoh apa lagi yang sedang kuyakinkan di dalam hati? * Pernahkah aku mengatakan bahwa selama satu setengah tahun berkenalan dan hampir satu tahun bertunangan. Nata hanya pernah menghubungiku dua kali?  Pertama saat dia dipaksa Tante Olla untuk mengundangku makan malam tiga hari setelah pesta pertunangan kami, dan yang kedua adalah ketika kemarin dia mengubungiku untuk menemaninya datang ke acara ini. Ini pertama kalinya dalam sejarah pertunangan kami dia memintaku bersamanya dengan inisiatifnya sendiri. Pernikahan Titania Kiaraswari dengan Bima Alfarizi. Nata tampak menegang ketika melihat dua mempelai di pelaminan itu. Aku yang hanya memperhatikannya dari samping bisa begitu yakin tidak lama lagi dia akan menonjok laki-laki yang dengan tidak malunya mencium puncak kepala Tania dan bercanda dengan wanita itu. i***t! Mana mungkin malu  mereka sudah suami istri. Aku tidak bisa membayangkan ekspresi Nata dari depan wajahnya, pasti jauh lebih menyeramkan dan penuh kecemburuan. "Kok mereka bisa menikah?"  tanyaku pada akhirnya, takut-takut dia akan mengamuk disini. Dia akhirnya melepaskan pandangan dari Tania dan menatapku sekilas. "Dijodohkan" Oh.. "Sama kayak kita?" "Dia crush Tania saat kuliah" Aku mengangguk-angguk paham. Cinta lama bersemi kembali ternyata. Aku lega kecurigaanku pada Tania selama ini tidak terbukti dan berhasil membenarkan kata Andreas bahwa Tania tak seburuk yang Tante Olla bicarakan. Aku tidak ingin mencari musuh sebenarnya, namun melihat kedekatan Tania dan Nata dibelakangku itu benar-benar membuatku iri dan juga cemburu. "Mereka akad di Palembang, di kampung halaman yang laki-laki" ucapan Nata membuatku sepenuhnya menoleh, dia benar-benar bicara denganku kan? "Takut digagalin kamu kali" balasku cuek setengah bercanda – yeah seperti dia akan menanggapi becandaanku saja. Aku langsung ditatapnya dengan pandangan tidak percaya. Aku buru-buru menyambung pertanyaan. "lalu.. kamu?" tanyaku pada akhirnya, membuat Nata menoleh. "Apa?" dia menyipitkan matanya. Aku tersenyum miring. "Nggak berniat bunuh diri kan habis ini?" sebenarnya, rasanya benar-benar sakit mengucapkan hal ini, namun aku sudah terbiasa menahannya. "Saya lebih pengen membungkam mulutmu sekarang!" "Dengan bibirmu?" tantangku, semakin membuatnya mengerinyitkan dahi. Seolah-olah aku parasit yang baru saja hinggap di bahunya. Menatapku jijik. Aku tertawa dan menggeleng-gelengkan kepala penuh kemenangan. Biarkan saja dia semakin dongkol dengan tindakanku. Dia juga tak pernah tahu bagaimana rasanya menjadi diriku, berpura-pura tidak ada perasaan dan berpura-pura tidak menginginkan pertunangan ini. Padahal di dalam hati, aku terus berdoa agar hubungan ini tak akan putus ditengah jalan. Munafik? Memang. Nata mendengus dan tak menghiraukan ucapanku lagi, membuatku juga diam sepenuhnya. Aku kemudian memutuskan untuk menariknya saat sudah tidak ada lagi orang yang bersalaman dengan kedua mempelai, lebih cepat pergi darisini lebih baik sebelum Nata benar-benar berniat bunuh diri. "Makasih ya Pak, sudah datang" ujar Tania saat melihat kami berdua di depannya. Dia hanya tersenyum kikuk pada Nata, Nata menyalami Bima –suami Tania lebih dahulu, aku hanya mengekor di belakangnya. "Sorry, waktu itu gue nonjok lo" ucapan Bima membuatku terdiam sepenuhnya, mereka pernah bertengkar? Wow tidak perlu lagi aku tanya alasan kenapa mereka bersikap kekanak-kanakan seperti itu. Tentu saja memperebutkan Tania. Aku sungguh iri dengan Tania, Dia bisa mendapatkan perhatian dari dua laki-laki sekaligus. Sedangkan aku, jungkir balik mengejar Nata tak pernah ditanggapinya dengan baik. Malah semakin makan hati. Nata tersenyum simpul. "It's okay, salah gue jadi b******k" aku menatap Nata sepenuhnya sekarang "Titip Tania ya, gue udah hampir selalu menjaganya dari beberapa tahun yang lalu. Kalau lo menyakiti dia, lo ingat aja gue yang bisa nikung lo kapan aja" ucapan itu spontan menghunus tepat di jantungku, membuatku kembali dihantam rasa sakit. Nata selalu menjaga Tania? Apakah perlakuan yang sama akan kudapatkan setelah ini atau seumur hidupnya dia akan tetap menjaga Tania? Bodoh. Seharusnya aku tau dia tak akan pernah menjagaku seperti itu. Tidak apa. Aku bisa menjaga diriku sendiri.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MENGGENGGAM JANJI

read
473.9K
bc

TERSESAT RINDU

read
333.1K
bc

Noda Masa Lalu

read
183.3K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.8K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.7K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook