bc

ALPHA'S MATE

book_age4+
156
FOLLOW
1K
READ
adventure
alpha
dark
curse
mate
king
Writing Challenge
like
intro-logo
Blurb

Moongoddes lah yang telah menciptakan semua ini. Setiap makhluk immortal yang ada didunia ini hanya diberikan satu mate yang akan menemaninya semasa hidup kekalnya. Entah itu berasal dari sesama klan atau pun berbeda, jika menyangkut urusan mate sejauh apapun mereka, dipastikan suatu saat mereka bertemu untuk memenuhi takdirnya masing-masing. Seperti halnya kau dan aku. Aku mengenalimu sebagai mate ku karena bau yang dikeluarkan oleh tubuhmu sendiri, karena jika kau bukan mateku maka aku tak kan bisa mencium bau bunga lili bercampur bunga lavender yang memabukkan seperti ini dari kejauhan. Maka dari itu aku yakin kau adalah mate ku, pasangan hidupku dan juga Luna-ku.

==AIDEN NICHOLAS THOMPSON==

chap-preview
Free preview
PROLOGUE : WHO ARE YOU?
"Ayah.. Maafkan aku tetapi aku menyesal telah meninggalkan mu sendirian." Ruby, gadis cantik yang tengah berlari di tengah hutan yang mulai membeku itu tampak sangat putus asa dengan takdir yang di milikinya. Bahkan di sepanjang jalan yang telah ia lalui, ia menangis tatkala kepingan-kepingan ingatannya terus berputar di dalam kepalanya. Ia memang benar-benar sangat merindukan kedua orang tuanya karena itu semua kenangan yang ia miliki terasa sangat menyakitkan baginya. Badai yang sedang melanda hutan itu pun kian membesar, membuat Ruby sangat kepayahan. Ia ingin bersembunyi tak melawan badai seperti itu tetapi ia tidak punya pilihan lain selain harus melarikan diri dari seseorang yang mengejarnya karena ia tahu seseorang yang mengejarnya itu bukanlah seorang manusia biasa. Tetapi berada di tengah-tengah badai seperti ini juga bukan merupakan sebuah ide yang bagus, sebab disana Ruby hanya mengenakan sebuah dress tipis yang bahkan tak bisa melindunginya barang seinci pun dari udara dingin yang padahal bisa membuatnya mati kapan saja.  Entah sampai kapan badai ini segera berakhir. Apakah setelah ini berakhir dia masih hidup ataukah tidak? tak ada yang tahu akan hal-hal dimasa depan. Ruby pun terus menangis benar-benar putus asa hingga kedua matanya kini terasa sangat sakit dan pandangannya mulai menjadi kabur. Dia sungguh tidak tahu harus melakukan apa selain harus segera menemukan tempat yang bisa membantunya melarikan diri. "Jadi sampai kapan aku harus bertahan seperti ini, Tuhan?Apa sekarang kau pun tak bisa mendengarku?!"  Sebenarnya Ruby memang sangat membenci Tuhannya karena Dia selalu saja membuat Ruby menderita bahkan hingga saat ini, dimana kehidupannya akan segera berakhir. Orang-orang selalu mengatakan bahwa Tuhan akan selalu ada di setiap hambanya tetapi itu mungkin sedikit keliru, sebab sampai sekarang Ruby tak pernah merasakan kehadiran-Nya sama sekali. Dan terakhir, Dia tak pernah mengabulkan apa yang gadis itu harapkan meski ia memohon dengan sangat. Itulah satu-satunya alasan mengapa Ruby membenci Tuhannya sendiri. Itulah yang ia renungkan selama ini di setiap detik kehidupannya. Hingga tiba pada titik terendah tubuh gadis itu, ia pun jatuh tak sadarkan diri. Detik demi detik waktu berlalu, gadis itu terbaring beralaskan salju membuat nyawanya perlahan-lahan di renggut oleh dingin nya cuaca di sana. Samar-samar dari kejauhan, tampak Serigala besar berbulu putih kebiruan berlari menghampiri Ruby yang mulai tertutupi oleh salju lalu serigala itu membawa Ruby naik keatas punggung kokoh miliknya. **** "Ah!" Ruby pun memegang kepalanya yang terasa sangat berat. Sebuah kamar bernuansa putih abu abu di hadapannya kian menyambut gadis itu seolah-olah berusaha menyadarkan Ruby untuk segera menyadari keberadaannya."Dimana aku?" Tanpa Ruby sadari, seorang pria yang memang bertelanjang d**a terbaring di sisi-nya pun kini terbangun karena merasakan pergerakkan dari sisi kananya kemudian dia pun mengerjapkan matanya, berusaha beradaptasi. "Kau sudah bangun," Suaranya terdengar berat dan juga santai. Namun nyatanya suara itu berhasil membuat Ruby sangat terkejut hingga segera menoleh ke arah pria yang entah sejak kapan tersenyum begitu manis padanya. Sontak Ruby berlari ke arah pintu tetapi sayangnya pintu itu terkunci. Pria itu pun terkekeh melihatnya. Melihat dia tertawa sekali lagi gadis itu mengambil tindakan, ia terlihat mengambil gunting yang ada di atas meja rias. Entah apa yang sudah pria itu lakukan hingga ada gunting sebesar ini di dalam kamarnya. "Apa yang kau lakukan disini?!" teriakan Ruby terdengar begitu menggema di kamar tersebut, membuat laki-laki yang ada di hadapannya pun segera menutupi telinganya ngilu. "WHO ARE YOU?!" Kali ini, Ruby tampak berteriak lebih keras dari sebelumnya membuat pria itu kian tertarik padanya. Dengan tenang, Pria tampan itu tersenyum lalu berjalan menghampiri gadis itu. Tentu Ruby terlihat terkejut dengan apa yang di lakukan pria tersebut. "A-apa yang kau lakukan? Kenapa kau menghampiri ku dengan tatapan seperti itu?!" Ruby pun terus melangkah mundur, berusaha menjauhi pria tersebut yang entah bagaimana kini sudah berada sekitar lima centimeter dari tempatnya berdiri.  "Apa kau sudah gila ?!"  Ruby pun berteriak tetapi suaranya terdengar seperti orang yang sedang dicekik.. Kedua bola matanya tampak bergerak ke sana kemari berusaha menghindari tatapan mata Emerald pria itu secara langsung hingga akhirnya Ruby menyerah lalu menatap pria itu dengan tajam seolah berusaha mengimintidasi pria itu. Melihat gadis di hadapannya mulai berani menatapnya, pria itu tersenyum lebih lebar. Dia menyentuh anak rambut Ruby yang sedikit menutupi wajahnya. "Aku ingin memakanmu, Honey.." "Kau gi-" Belum sempat Ruby melanjutkan kalimatnya, pria itu semakin menghimpitkan tubuh mereka membuat Ruby jadi merasa sesak seketika. "Arrgh! Dasar pria m***m!". "Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku! Aku tidak bisa bernapas, Bodoh." Pria itu pun sedikit melonggarkan dekapannya kemudian ia menatap lurus tepat pada iris gadis itu. "Kamu benar-benar sangat cantik, Queen. Dahulu, pasti aku melakukan sesuatu yang baik hingga bisa mendapatkanmu sekarang." DEG. Ruby tampak terdiam, mematung bagaikan patung yang terhipnotis oleh pesona pria dihadapannya. Ia bahkan tidak terlihat berkedip barang sedikitpun, ia ingin berpaling tetapi sekarang ia benar-benar tak bisa mengontrol dirinya sendiri. "Apa kini aku sudah gila? Mengapa pria ini menjadi terlihat sangat sempurna seketika?"  "Bahkan kini wajahnya tampak semakin dekat denganku, dan deruan napasnya terasa sangat menggelikan di bibirku.. Tetapi kenapa aku tak melakukan perlawanan? Apa yang sedang aku lakukan sebenarnya? "    Pria yang sejak tadi memperhatikan Ruby pun kini tertawa melihat tingkah gadis dihadapannya.  " Queen, aku rasa kamu menginginkan ku". Setelah mengatakan hal itu, pria itu pergi meninggalkan Ruby yang tampak masih mencerna apa pria itu katakan padanya.   "Arrgh, aku pasti sudah GILA!"  Di sisi lain, pria itu tersenyum dengan lebarnya. "Apa dia pikir aku akan melakukan sesuatu yang buruk padanya? Atau dia memang menginginkan ciumanku?" Dia benar-benar membayangkan gadis-nya. Setelah kejadian itu, Ruby pun berusaha terlihat sibuk dengan memikirkan hal yang lain. "Entah sudah berapa lama aku ada disini. Tapi Kenapa juga laki laki itu bisa sekamar denganku? Apakah dia melakukan sesuatu padaku selama aku tak sadar? Bisa saja kan, hal itu terjadi. Pria itu kan mesum." Ruby menggaruk kepalanya yang tidak gatal. " Tapi jika iya, harusnya kan tadi dia menciumku tanpa ijin. Namun, dia tak melakukan hal itu. Arrrgh, jadi sebenarnya apa.. yang dia inginkan dariku dengan membawa ku kemarih huh? Atau sebenarnya apa--" Yang aku inginkan darinya? Apa aku telah berubah jadi m***m? "Aargh.. Tidak-tidak-tidak." Kemudian selang beberapa menit matanya membulat. "Tapi mengapa dia selalu menunjukkan senyum misteriusnya? Aku yakin ia telah melakukan sesuatu padaku saat aku pingsan belakangan ini." Dua puluh menit berlalu, ia pun menunggu pria itu dengan gemas berharap kalau laki-laki itu bisa memberinya penjelasan yang masuk di akal nantinya. Hingga akhirnya, pintu di depannya bergeser pelan, membuat perhatian Ruby pun teralihkan. Apa tidak apa, jika aku ada disini? Dia bahkan masih memakai handuk. Pria itu keluar dengan rambut basah yang acak-acakan membuat penampilannya sedikit terkesan badboy namun begitu tampan. Ah, tidak! Aku harus tetap disini untuk mendengar penjelasannya karena setelah itu aku harus lari keluar dari sini. Ya benar, aku harus melakukannya sekarang. Jadi aku masih gadis baik-baik kan? Melihat ekspresi aneh gadis di seberangnya, ia pun menghampiri gadis itu sambil tersenyum. Wolf pria itu yang sedari tadi hanya diam pun, kini mulai bersuara. 'Aiden, beri dia alasan yang bagus. Aku tebak sepertinya dia hendak lari setelah mendengar penjelasanmu.' Pria yang mempunyai nama Aiden pun hanya mengangguk kecil. Aiden memandang Ruby dengan intens membuat gadis itu tampak mati-matian bertahan dengan udara panas yang ada di sekitarnya. Karena demi apapun, tubuh Aiden terlihat sangat sexy dari pada sebelumnya. "Ok, jangan alihkan pandangan mu pada yang lain, Ruby." Dengan percaya diri, Aiden mendudukkan dirinya di kasur, dimana gadis berada. la pun menjelaskan semuanya pada gadis itu. "Pertama, aku Aiden Nicholas Thompson, Raja dari seluruh klan di dunia ini. Terserah kamu akan memangggilku dengan sebutan apa tapi aku harap kau memanggilku 'Sayang." senyum manisnya terlihat begitu meyakinkan. Kemudian Aiden pun melesat dengan cepat. "Kemana dia?" "Aku disini. Dan kamu harus tahu bahwa aku adalah mate-mu, Baby." bisiknya pelan ditelinga Ruby membuat gadis itu terkejut dan merinding seketika. Belum sempat Ruby membuka suaranya hendak mengoceh, Aiden lebih dulu kembali meneruskan kalimatnya. "Kedua, jika kamu bertanya-tanya yang perlu kamu ketahui adalah aku tidak melakukan apapun padamu selama 2 hari ini, meskipun sebenarnya aku juga menginginkannya," goda pria tampan itu seraya mengerlingkan matanya. A-apa?! Dia- Tapi syukurlah kalau begitu. Aku harusnya senang kan? Hening. Di samping itu, Ruby hanya menatap Aiden dengan pandangan sulit diartikan. "Ok, masih ada lagi?" Mendapat pertanyaan seperti itu Aiden menggeleng kecil. Ruby pun menarik napas panjang lalu memijat kepalanya yang tiba-tiba saja terasa sakit. "Pertama, kenapa kau mengklaim diriku ini adalah soulmatemu hm maksudku mate-mu? Bisa saja kaj kamu salah orang, Aiden. Aku tidak mungkin punya-" Ruby pun menajamkan tatapannya tepat di manik mata pria itu. "Mate seperti apa yang kau katakan." Aiden menghembuskan nafasnya kasar kemudian memandang lurus ke arah hutan didepannya. "Tidak! Kau tahu, Queen?" Ruby mengeryitkan dahinya bingung.'Queen?' "Moongoddes lah yang telah menciptakan semua ini. Setiap makhluk immortal yang ada didunia ini hanya diberikan satu mate yang akan menemaninya semasa hidup kekalnya. Entah itu berasal dari sesama klan atau pun berbeda, jika menyangkut urusan mate sejauh apapun mereka, dipastikan suatu saat mereka bertemu untuk memenuhi takdirnya masing-masing. Seperti halnya kau dan aku. Aku mengenalimu sebagai mate ku karena bau yang dikeluarkan oleh tubuhmu sendiri, karena jika kau bukan mateku maka aku tak kan bisa mencium bau bunga lili bercampur bunga lavender yang memabukkan seperti ini dari kejauhan. Maka dari itu aku yakin kau adalah mate ku, pasangan hidupku dan Luna ku," jelas Aiden seraya menghirup udara disekitarnya kemudian menatap Ruby dengan tatapan memuja. "Sudah sejak lama aku menunggu kehadiranmu selama seratus tiga puluh tahun ini, hingga akhirnya aku pun berhasil menemukanmu sekarang. Kau tahu? Aku sangat bahagia telah bertemu denganmu dan ku harap kau bisa menerimaku juga cepat-cepatlah mencintaiku,Queen" lanjutnya seraya menarik tangan Ruby lalu menciumnya. Ruby berdehem lalu menarik tangannya untuk dikibas-kibaskan karena entah bagaimana tiba-tiba udara disana terasa begitu panas."Pertanyaan kedua, kau mengatakan bahwa setiap makhluk immortal hanya diberikan satu mate saja. Lalu makhluk immortal seperti apa dirimu?" "Werewolf." Napas Ruby tercekat."We-werewolf? Jadi kau adalah Raja serigala maksudmu?!" seraya menutup mulutnya tak percaya. "Ya" Hening. "Baiklah. Pe-pertanyaan ketiga, kenapa aku bisa ada disini? Dan kau.. kenapa kita ada dikamar yang sama? Kamu tahu itu bukanlah hal yang baik." Kini Ruby berkacak pinggang meminta jawaban yang masuk akal. "Menggemaskan! Dia bahkan merubah ekspresinya dalam satu detik. Aiden, apa dia seorang face-" "Diamlah,Dave!" Dengan terpaksa, Aiden pun menutupi kekesalannya dengan menundukkan kepalanya. "Ketika aku dan beta-ku hendak kembali ke pack ku ini,di perjalanan tiba-tiba saja aku mencium bau harum yang dikeluarkan tubuhmu hingga setelah beberapa lama mencari dimana asal wewangian tersebut, aku pun menemukanmu tergeletak diatas hamparan salju kemudian membawamu kesini." Alih-alih mendengarkan, Ruby malah menunduk dan bahunya sedikit bergetar.  "Queen, kenapa kamu menangis?" Melihat Ruby seperti itu, naluri lelaki-nya pun muncul seketika. Ia memeluk Ruby membiarkan gadis itu menangis dalam dekapannya seraya mengelus kepala dengan kasih. ' Apa yang membuatnya menangis seperti ini, Aiden?" Memangnya apa yang dipikirkannya? Bukankankah kamu bisa membaca pikiran? Bacalah pikirannya, Aiden. Aiden bodoh! Kenapa pikiran mu dikosongkan hah?!' Aiden tak menghiraukan perkataan Dave, padahal volume suara Dave di kepalanya bisa disebut diluar batas normalnya. Mungkin Aiden sendiri tengah sibuk dengan perasaan asing yang tiba-tiba melandanya? Aiden memejamkankan matanya erat. Berusaha menghilangkan perasaan asing yang begitu menyiksanya. "Queen, aku harap kau tak kan bersedih lagi setelah ini," Aiden membatin. ****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
923.1K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

Si dingin suamiku

read
489.9K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.0K
bc

Accidentally Married

read
102.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook