bc

Romansa Angsa

book_age18+
2.9K
FOLLOW
13.9K
READ
billionaire
sex
love after marriage
drama
bxg
first love
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Kejadian paling buruk dalam hidup Qiandra adalah saat ia tak sengaja menjadi penyebab kecelakaan seorang lelaki dan mengakibatkan lelaki tersebut mengalami kelumpuhan.

Lelaki itu bernama Nathan Rajendra, seseorang yang memiliki latar belakang kuat dan menakutkan.

Karena kelumpuhan yang diderita Nathan, istri Nathan memilih bercerai dan meninggalkannya. Hidup Nathan kacau hanya dalam semalam.

Nathan meminta tanggung jawab pada Qiandra. Dia meminta Qiandra menikahinya, menggantikan posisi istri yang kini telah pergi entah ke mana.

Siapa yang menyangka pernikahan ini akan membawa mereka pada banyak cerita baru?

...

Jangan lupa tap love, ya ❤❤❤

chap-preview
Free preview
Dua Belas Tahun Lalu
Seorang murid cowok bengal dengan senyum malas berjalan menuju kelas XII IPA-2 yang berada di ujung lorong, kelas paling dekat dengan kantin sekolah, sekaligus kelas yang terkenal dengan muridnya yang paling berprestasi. "Di mana Qiandra?" tanya Nathan, nada suaranya dalam dan mengandung ancaman. Seorang murid cowok yang mendapat pertanyaan ini mundur satu langkah secara otomatis, matanya menyorot takut-takut. Nathan adalah siswa dengan predikat sebagai pentolan sekolah. Latar belakangnya sebagai putra investor utama sekolah ini membuat Nathan memiliki kekebalan hukum terhadap setiap kenakalannya yang di atas kewajaran. SMA Darma Garuda adalah sebuah sekolah elite yang bernaung di bawah yayasan Darma Garuda dan berhasil menembus standar tinggi, menjadi sekolah yang dilirik kaum jenset. Di sinilah kekuatan uang dan otak bermain. Sekolah ini memiliki tiga kaum. Mereka yang terlalu kaya meski tidak pandai, mereka yang terlalu pandai tapi tidak kaya, dan mereka yang kaya sekaligus pandai. Nathan Rajendra adalah salah satu murid yang menggunakan kekayaan sebagai kekuatan utama. Ayahnya memiliki bisnis perbankan dan properti. Keluarganya menguasai banyak aset di Jakarta dan sekitarnya. Hanya orang bodoh atau orang gila saja yang dengan sengaja memancing masalah dengan keluarga Rajendra, meskipun itu masih seorang bocah. Nathan, dengan usianya yang masih tujuh belas tahun, mampu membuat keluarganya menekan orang lain dengan kekuatan dan latar belakang Rajendra. "Qian … Qiandra … di … di dalam kelas!" Cowok itu menjawab dengan takut-takut. Semua orang dalam jarak dua meter dari mereka segera menjauh, berharap tidak menjadi objek sasaran Nathan. Nathan adalah orang yang temperamental. Jika ia mendengar jawaban yang tidak sesuai dengan yang ia inginkan, dia akan cenderung menghajar siapa pun orang terdekatnya. Jelas tak ada yang mau menjadi samsak tinjunya secara acak. Senyuman Nathan semakin lebar, sejenak membuat para cewek terhipnotis. Cowok ini bisa terlihat setampan malaikat andai tatapan jahat di matanya menghilang. Dia diberkahi kulit sawo matang, mata bulat sempurna dengan bulu mata yang terlalu lentik bagi seorang cowok, alis tebal melengkung sempurna, dan rahang persegi. Yang paling menawan dari dirinya adalah senyumnya. Sebuah keindahan yang bercampur dengan kelicikan. Seperti senyum iblis yang ditujukan untuk menggoda korbannya. Nathan memasuki kelas yang gaduh, berjalan santai dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana abu-abunya. Nathan bersiul pelan, membuat siswa dalam kelas itu secara otomatis menyadari keberadaannya. Suasana kelas yang ribut sejenak langsung sepi. Beberapa anak secara otomatis menyingkir dari jalan Nathan. "Pagi, Qiandra!" Nathan menatap seorang gadis dengan kecantikan khas jawa yang sangat menawan. Hidungnya yang bangir, mata cokelatnya yang indah dengan bulu mata lebih lentik dari milik Nathan, bibir melengkung sensual, wajah oval dengan belaham dagu samar, dan rambut lurus sepanjang pinggang. Sebuah bando hitam berpita menghiasi kepalanya, menahan beberapa helai rambut liar yang berusaha melepaskan diri. Qiandra mengangkat pandangannya, menatap Nathan yang tersenyum nakal. Dia mendesah panjang, mengembalikan lagi fokusnya pada buku Matematika yang ia genggam. Akan ada ulangan Matematika di jam pertama. "Bisa nggak sekali aja loe liatin gue lebih lama dari loe liatin buku?" Nathan mengambil paksa buku cetak yang digenggam gadis itu, tersenyum hangat tanpa menunjukkan rasa bersalah. "Qi … gue ke toilet dulu, ya!" Eva, teman sebangku Qiandra langsung melarikan diri untuk menghindar dari keberadaan Nathan yang dominan. Bukannya dia tidak memiliki solidaritas pertemanan, tetapi ia tak ingin dianggap sebagai pengganggu mereka. Bisa berabe nanti jika Nathan tak suka. Qiandra hanya mengernyitkan kening, menatap kepergian sahabatnya yang tak tahu malu. Giliran PR saja dia nyontek. Saat ada Nathan, bukannya bantuin melarikan diri, malah ngacir duluan. Persahabatan mereka perlu dipertanyakan. "Apa menariknya matematika? Banyak orang bilang pesona gue lebih menarik!" Nathan duduk santai di kursi yang ia buat terbalik, masih mempertahankan senyum nakalnya untuk satu-satunya gadis yang ia kejar semenjak dua setengah tahun yang lalu. Qiandra adalah dua orang dari siswa sekolah ini yang mendapat beasiswa secara penuh. Latar belakangnya sederhana. Nathan sudah hafal di luar kepala riwayat gadis itu dari sejak dua tahun yang lalu. Ibunya seorang pedagang toko kelontong, ayahnya guru wiyata di sekolah dasar. Memiliki dua adik cewek. Tinggal di daerah Tanah Abang. Bahkan Nathan hafal alamat rumah Qiandra dengan mata tertutup. Dia hafal, tapi belum pernah bertandang ke sana. Bagaimana bisa bertandang jika Qiandra masih saja menanggapinya dengan dingin. Cewek ini satu-satunya makhluk di alam semesta yang tak menganggap dirinya ada. Nathan meraih tangan Qiandra erat-erat. Dia tak mengijinkan cewek ini melepaskan diri, meski Qiandra mencurahkan seluruh tenaganya untuk memberontak. "Qi … jadi pacar gue, ya! Nggak kasihan apa gue kejer dari kelas sepuluh tetep nggak direspon juga? Ya? Mau ya? Perasaan gue ke loe itu seperti angsa, tau nggak? Satu dan untuk selamanya!" Cewek di hadapannya ini adalah satu-satunya cewek yang bisa membuat Nathan memohon. Dia adalah cewek pertama yang masih sanggup menolak keberadaannya, tidak terintimidasi oleh latar belakang Nathan yang luar biasa. Dia juga cewek pertama yang tak bisa Nathan paksa dengan kekuatan keluarganya. Singkat kata, dia adalah cewek yang Nathan inginkan, tetapi belum juga ia dapatkan. "Akan sampai kapan loe bayang-bayangi gue terus, Nathan? Berhenti jadi pengganggu!" Qiandra menatap mata Nathan sekilas, sebelum akhirnya menundukkan pandangan. Tangan Nathan yang masih meraih jari-jemarinya terasa hangat dan menenangkan. Qiandra bahkan terkejut dengan efek ini. "Kenapa sulit banget sih ngejer loe! Dua bulan lagi ujian. Setelah itu kelulusan! Mbokap nyuruh gue kuliah di Oxford! Kalau loe mau jadi pacar gue, gue akan cari universitas di sekitar sini aja biar kita tetep deket!" Nathan masih mempertahankan senyumnya yang menawan. Semua siswa dalam jarak dengar mereka, hanya bisa berpura-pura tak tahu. Sudah menjadi rahasia umum bagi penghuni sekolah ini, mengetahui fakta pengejaran Nathan terhadap Qiandra yang tanpa akhir. Semuanya bermula dari sejak MOS, mereka menjadi pasangan acak selama satu hari untuk melakukan misi dari kakak kelas. Sejak itu, Nathan tertarik pada Qiandra dengan kadar yang bahkan membuat siswa lain syok. Qiandra memang cantik, luar biasa cerdas, dan berattitude baik. Andai Nathan tidak mengejar Qiandra dan menandainya sebagai calon ceweknya, banyak yang bersedia mendekati Qiandra. Tetapi karena Nathan telah bergerak dulu, hampir semua cowok waras di sekolah ini memilih mundur. Siapa yang mau menyerahkan lehernya dengan suka rela untuk Nathan penggal? Tentu tak ada. "Loe bisa ambil study apa pun yang loe mau! Semua itu nggak ada hubungannya dengan gue!" Qiandra menjawab datar. Dia lelah untuk menjadi objek pengejaran dan objek permainan lelaki ini. Nathan menatap Qiandra dengan raut tak suka. "Tetep nggak mau jadi cewek gue? Gue bisa berubah baik lho! Gue bisa menentang dunia buat loe lho! Jangankan laut! Gunung juga bakal gue taklukkin!" Qiandra menatap Nathan dengan serius. Berapa tahun cowok ini membayanginya? Dua setengah tahun. Ratusan kali Qiandra telah dicegat saat di kantin. Ratusan kali ia didatangi ke kelas tanpa alasan. Ratusan kali ia disapa dan ditahan. Akan sampai kapan semua ini? Qiandra juga ingin memiliki kehidupan normal, tanpa dikejar cowok badung yang prestasi terbaiknya adalah mencetak skor di catatan guru BP. Dia ingin bebas. Dia ingin diberi nafas. Tidak ada cewek yang suka dengan pengejaran tanpa akhir. Qiandra memejamkan mata sejenak, merangkai kata-kata dalam otaknya dengan serius. Dia ingin sekali saja mengungkapkan kata hatinya. Setelah menguatkan tekad, Qiandra membuka matanya untuk berbicara serius. "Nathan, gue tahu loe dari keluarga kaya yang sangat berpengaruh. Loe dibesarkan dengan ideologi bahwa apa pun yang loe mau, sepanjang loe menginginkannya, loe bakal dapetin. Tapi nggak selamanya seperti itu. Loe bisa ngaku suka sama gue, tapi nggak berarti gue harus merasakan hal serupa. Mungkin ini bukan suka. Mungkin ini hanya tantangan hati loe aja karena gue bukan cewek yang mudah loe dapat, jadi terbentuk rasa suka palsu dari loe. "Tolong, Nathan! Gue lelah! Gue lelah untuk dikejar terus seperti ini. Gue lelah dengan sikap loe yang kekanakan. Gue lelah dengan sikap loe yang sok kaya dan seolah-olah apa yang loe ingin, berhak orang lain berikan di atas nampan perak. Gue lelah dan gue sangat sangat lelah. "Kenapa gue terlalu sial sehingga narik minat loe? Bisa nggak loe mundur dan beri gue ruang. Semenjak loe ngejer gue, teman-teman gue selalu merasa takut. Takut mereka secara nggak sengaja nyinggung loe, buat loe marah, narik kekesalan loe! Jadi ... bisa nggak gue minta loe berhenti ngejar lagi? "Gue lelah, Nathan! Gue lelah harus dibayangi cowok seperti loe yang sangat egois, menang sendiri, dan semaunya sendiri. Tolong! Kejar aja cewek lain yang lebih berminat sama loe! Gue lelah!" Nathan tertegun dalam waktu beberapa detik. Dia melepaskan tangan Qiandra yang ada dalam genggaman, dan menatap cewek ini cukup lama untuk menilai keseriusan kata-katanya. Kalimat yang diberikan Qiandra adalah kalimat yang paling panjang yang pernah Nathan dengar, sekaligus paling besar efeknya. Dia kira pada akhirnya, Qiandra akan membalas ketertarikannya dan menyambut pengejarannya dengan senyum tulus. Ternyata, gadis itu lelah. Dia terlalu lelah karena selalu dikejar oleh Nathan. Sementara bahkan Nathan tidak sekali pun merasa lelah, gadis itu justru merasakannya. Nathan tersenyum getir. Dia bangkit berdiri, menunduk dalam, kemudian menyampaikan sesuatu. "Maaf, ya!" Nathan berbalik pergi. Semua orang memyingkir, menatap punggungnya yang tak lagi berbalik. Dia mengejar gadis itu, dan gadis itu mengaku lelah. Dia menyukai gadis itu, dan gadis itu mengaku lelah. Dia membayangi gadis itu, dan gadis itu merasa lelah. Jika begitu, kenapa Nathan bahkan tidak merasa lelah sama sekali? Senyum Nathan masih terlihat getir. Dia terkekeh sinis, kemudian memukul pintu kelas lain yang kebetulan ia lewati. Banyak siswa terkejut dan menjauh pergi. Senyumnya untuk satu gadis, dan gadis itu mengusirnya. Perasaannya seperti angsa. Hanya untuk Qiandra. Tetapi sepertinya tidak begitu dengan dia. Baiklah. Ini adalah saatnya Nathan mundur, menjauh pergi, seperti yang Qiandra minta. Karena rasa sakitnya untuk terus bertahan di sisi gadis itu sudah di atas batas toleransi dirinya mampu bertahan. Gadis itu lelah. Baiklah. Nathan harus berhenti. Gadis itu lelah. Baiklah. Nathan berharap ia juga lelah. Sayangnya, dia tak kunjung lelah. …

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

A Secret Proposal

read
376.4K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

BILLION BUCKS SEASON 2 (COMPLETE)

read
334.5K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
114.0K
bc

Hello Wife

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook